Terimbas Cuaca, Banyak Ikan di Keramba Mati
Petani di sekitar Danau Batur mengeluhkan naiknya harga pakan ikan. Untuk menyiasati hal itu, pemberian pakan ikan dikurangi, dari dua kali sehari menjadi hanya sekali.
BANGLI, NusaBali
Diduga karena suhu air yang tak menentu akibat faktor cuaca, ikan milik petani yang dibudidayakan dalam keramba di Danau Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli, banyak mati. Sebagian besar ikan yang mati tersebut masih berupa bibit, yang belum lama ditebar.
I Wayan Musik, 36, salah seorang petani menuturkan tak tahu apa yang memicu kematian bibit ikan tersebut. Namun berdasarkan pengalaman selama ini, Musik yakin kematian ikan karena dampak musim, antara musih hujan dan kemarau.
“Karena ketika hujan mulai turun beberapa kali, ikan tiba-tiba banyak mati. Namun sesudahnya, normal,” tutur Musik, Jumat (26/2).
Demikian juga setelah masa hujan terputus, dalam satu dua hari, ikan juga banyak mati. Kejadian ini boleh dikatakan rutin setiap tahun. Petani sudah pernah berupaya menanggulangi dengan memberi obat, namun tak mempan. “Tak bisa, apalagi dengan air danau demikian, begitu ditebar obat sudah langsung hilang (obatnya),” ucap Musik.
Karena itulah, petani ikan pasrah, memelihara bibit yang masih bertahan hidup. Biasanya, dari jumlah yang ditebar separuhnya itu masih bisa bertahan dan jadi ikan dewasa.
Selain kematian bibit ikan, petani juga mengeluhkan harga pakan ikan (pelet). Dari awalnya Rp 390 ribu per sak, kini harga pelet mencapai Rp 420 per sak. Untuk mengakalinya, petani mengurangi jatah pakan ikan. Biasanya ikan diberi pakan dua kali sehari, kini hanya sekali sehari. Hal itu tentu saja berimbas. Masa panen jadi mundur dari 6 bulan jadi 7 bulan. “Karena ikan kan telat besar,” imbuh Musik.
Lonjakan harga pakan ini pula mengakibatkan petani tak begitu merasakan banyak untung meskipun harga ikan lumayan bagus, yakni rata-rata Rp 22 ribu per kilogram. “Harga ikan bagus, karena banyak penggemarnya. Namun harga pakan juga naik,” ujar Musik.
Untuk diketahui, budidaya ikan mujair merupakan salah satu mata pencaharian warga di sekitar Danau Batur, selain sebagai petani hortikultura. Budidaya ikan dilakukan di dalam keramba, yang rata-rata berukuran 4 x 4 meter. Jika dalam kondisi normal, satu petak keramba bisa menghasilkan 200 kiloram ikan dewasa.
Kabid Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Bangli I Nyoman Widiada menyatakan, benih ikan yang mati pada musim hujan atau pada saat memasuki musim kemarau merupakan hal yang wajar. ”Kan terjadi perubahan suhu dalam keramba,” jelas Widiada.
Namun, lanjut Widiada, jumlah ikan yang mati tidak lah terlalu banyak. Tidak seperti pada saat ada munculnya semburan belerang di dalam danau. ”Pola pemeliharaan dan kualitas bibit tentu bisa mengurangi dan menanggulangi kematian ikan lebih lanjut,” ucap Widiada. Kata Widiada, benih yang ditebar haruslah benih yang berkualitas. Itulah salah satu upaya untuk mengurangi risiko kematian ikan, karena faktor suhu dan imbas dari cuaca panas dan hujan. 7 k17
1
Komentar