Ekspor Menyusut, Pebisnis Hortikultura Fokus Pasar Lokal
Produksi hortikultura Bali mulai menyusut menyusul musim kemarau.
DENPASAR, NusaBali
Otomatis pasaran, termasuk ekspor juga merosot. Yang masih bertahan atau rutin adalah produk horti yang tidak tergantung musim, seperti semangka, melon dan pepaya.Sedangkan rata- rata produk buah yang tergantung musiman, sudah surut produksi. Mulai dari mangga, durian, manggis dan buah musiman lainnya. “Ya otomatis berkurang ekspornya,” ujar I Wayan Sugiarta, salah seorang pebisnis hortikultura Bali, Jumat (20/4).
Menurut Sugiarta, hampir semua produk buah musiman tersebut sudah berlalu musimnya. “Durian masih ada, namun segera akan habis,” ungkapnya. “ Saat ini kami sedang lakukan penjajagan ekspor buah naga ke Qatar,” ungkap Sugiarta yang juga Ketua DPD Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura (Aspekhorti) Bali.
Data terakhir menurut Sugiarta, yang berhasil diekspor adalah manggis sebanyak 50 ton dengan tujuan Qatar dan beberapa ton buah lainnya. “Sesungguhnya permintaan masih banyak, tetapi kami tidak bisa memenuhi,” kata Sugiarta.
Merosotnya pasar ekspor akibat kehabisan produksi menyebabkan para pelaku lebih konsentrasi pada pasaran lokal. Di antaranya pasar di sektor sektor pariwisata. Seperti permintaan dari hotel dan restoran serta yang lainnya. Permintaan dari hotel dan restoran adalah pada produk-produk biasa yang tak bermusim, yakni pepaya, melon dan semangka.
Tidak semua permintaan pasar lokal tersebut juga mampu dipenuhi, sehingga terpaksa memasukkan produk hortikultura luar daerah. Antara lain dari Jawa Timur. “Pasokannya sekitar 25 persen,” ungkap Sugiarta.
Selain buah tak bermusim, keberlangsungan bisnis hortikultura Bali, juga dipengaruhi komoditas sayur mayur, seperti sawi, kentang, kubis dan yang lainnya. “Kemarau malah sayur mayur bagus produknya,” tambah Sugiarta. *k17
Otomatis pasaran, termasuk ekspor juga merosot. Yang masih bertahan atau rutin adalah produk horti yang tidak tergantung musim, seperti semangka, melon dan pepaya.Sedangkan rata- rata produk buah yang tergantung musiman, sudah surut produksi. Mulai dari mangga, durian, manggis dan buah musiman lainnya. “Ya otomatis berkurang ekspornya,” ujar I Wayan Sugiarta, salah seorang pebisnis hortikultura Bali, Jumat (20/4).
Menurut Sugiarta, hampir semua produk buah musiman tersebut sudah berlalu musimnya. “Durian masih ada, namun segera akan habis,” ungkapnya. “ Saat ini kami sedang lakukan penjajagan ekspor buah naga ke Qatar,” ungkap Sugiarta yang juga Ketua DPD Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura (Aspekhorti) Bali.
Data terakhir menurut Sugiarta, yang berhasil diekspor adalah manggis sebanyak 50 ton dengan tujuan Qatar dan beberapa ton buah lainnya. “Sesungguhnya permintaan masih banyak, tetapi kami tidak bisa memenuhi,” kata Sugiarta.
Merosotnya pasar ekspor akibat kehabisan produksi menyebabkan para pelaku lebih konsentrasi pada pasaran lokal. Di antaranya pasar di sektor sektor pariwisata. Seperti permintaan dari hotel dan restoran serta yang lainnya. Permintaan dari hotel dan restoran adalah pada produk-produk biasa yang tak bermusim, yakni pepaya, melon dan semangka.
Tidak semua permintaan pasar lokal tersebut juga mampu dipenuhi, sehingga terpaksa memasukkan produk hortikultura luar daerah. Antara lain dari Jawa Timur. “Pasokannya sekitar 25 persen,” ungkap Sugiarta.
Selain buah tak bermusim, keberlangsungan bisnis hortikultura Bali, juga dipengaruhi komoditas sayur mayur, seperti sawi, kentang, kubis dan yang lainnya. “Kemarau malah sayur mayur bagus produknya,” tambah Sugiarta. *k17
Komentar