nusabali

Jenazah Dikubur Berdampingan

  • www.nusabali.com-jenazah-dikubur-berdampingan

Sesuai tradisi di Banjar Kedewatan, Desa Mundeh Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, jenazah boleh dikubur dengan cara ngemaling.

Sekeluarga Terjatuh ke Jurang, Ibu dan 2 Anak Tewas

TABANAN, NusaBali
Kematian tragis Ni Putu Nina Damayanti, 32, dengan dua orang anak perempuannya Ni Putu Santi Widiantari, 14, dan Ni Sayu Kadek Putri Anggita Cahyani, 8, (sebelumnya ditulis Ni Komang Sri Muliani) dalam kecelakaan maut jatuh ke jurang sedalam 5 meter, di Jalan Raya Telaga – Sepang, Kecamatan Busungbiu, Buleleng, pada Jumat (20/4) sore, membuat suami korban Ni Putu Nina Damayanti, I Gede Darma, sangat terpukul. Sementara sesuai keputusan bersama, tiga jenazah ibu dan dua anak, itu dikuburkan pada Saniscara Umanis Tolu, Sabtu (21/4), secara berdampingan.

Ketika NusaBali ke rumah duka di Banjar Kedewatan, Desa Mundeh Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan. Sabtu (21/4), Gede Darma terus mengurung diri di dalam kamar, tempat jenazah istri dan dua anaknya disemayamkan.

Terungkap bahwa kepergian Ni Putu Nina Damayanti ke Buleleng untuk mengantarkan dua orang anak perempuannya Ni Putu Santi Widiantari, kelas 2 SMP, dan Ni Sayu Kadek Putri Anggita Cahyani, kelas 2 SD, ke rumah neneknya atau rumah suaminya di Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Dua putrinya itu bersekolah di Buleleng. Kebetulan pada Sabtu (21/4) si sulung dapat giliran piket di sekolahnya. Mereka pergi ke Buleleng berempat, yakni Damayanti bersama tiga orang anak perempuannya, Ni Putu Ayu Santi Widiantari, Ni Komang Sri Mulyani, dan Ni Sayu Kadek Putri Anggita Cahyanti. Mereka berboncengan naik motor Honda Vario nopol DK 7515 HR.

Anak-anak Damayanti bersekolah di wilayah Kabupaten Buleleng karena jaraknya lebih dekat dibandingkan sekolah SMP di wilayah Kabupaten Tabanan. Di samping itu juga suami Damayanti, I Gede Darma, nyentana ke Banjar Kedewatan, Desa Mundeh Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan. Sehingga pasangan ini sering bolak balik Buleleng – Tabanan.

Pada Sabtu pagi kemarin, sejumlah prajuru adat dan krama sudah berkumpul di rumah duka. Prajuru adat sedang berembuk terkait proses penguburan. Sedangkan krama lanang dan istri (warga perempuan dan laki-laki) sibuk menyiapkan upakara. Rencanaya jenazah Damayanti dan dua putrinya dikubur pada Saniscara Umanis Tolu, Sabtu (21/4), di Setra Desa Adat Penataran, Desa Mundeh Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat, sekitar pukul 16.00 Wita. Ketiganya akan dikubur berdampingan.

Tiga jenazah ibu dan dua anaknya ini dibawa dari Buleleng pada Jumat (20/4) malam, dan tiba di Selemadeg Barat sekitar pukul 24.00 Wita, dengan mobil ambulans dari Puskesmas Busungbiu.

Dalam kecelakaan maut ini tidak ada satu pun anggota keluarga yang mempunyai firasat aneh. Semua berjalan seperti hari-hari biasa. Namun ketika hendak ke Buleleng, Damayanti sempat minta izin/pamit kepada orangtuanya, Ni Putu Suciati dan I Ketut Sukanta, akan mengantarkan si sulung, karena pada Sabtu (21/4) harus piket di sekolahnya.

Sambil menangis, Ni Ketut Suciati yang ditemui di rumah duka, kemarin, menuturkan, dia dan suaminya tidak ada merasakan firasat aneh. Namun sebelum pergi, Damayanti sempat meminta izin kepadanya dan suami.Jumat (20/4) sekitar pukul 11.30 Wita, hanya Ketut Sukanta yang sempat melihat keberangkatan Damayanti dengan membonceng tiga anaknya. Sedangkan Ni Putu Suciati tidak melihat karena sedang ada di kebun.

Ni Putu Suciati menyatakan sangat kelihangan anak pertamanya. “Tidak bisa ngomong apa saya, cucu juga tidak ada,” ujarnya.Sementara itu, Kelian Adat Banjar Kedewatan I Putu Arta Yasa, menjelaskan korban Damayanti saat itu akan mengantarkan anaknya ke rumah sang nenek, atau rumah bapaknya, I Gede Darma, di Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Karena dua anaknya yang meninggal ini sekolah di Buleleng. Dan mereka memang sering tinggal di Buleleng. Di samping itu, suami Damayanti punya bengkel di sana. “Tetapi mereka pulang ke Tabanan hampir setiap hari, karena jaraknya dekat,” bebernya.

Menurut Arta Yasa, ketika mendapatkan kabar itu, semua keluarga dan krama Desa Mundeh Kauh shock. Sebab pagi harinya korban Damayanti masih ngobrol biasa, tiba-tiba mendapat kabar yang tidak terduga. Apalagi sosok Damayanti di lingkungan banjar dikenal sangat humoris. “Orangnya ramah. Tak hanya keluarga, Desa Mundeh juga kehilangan sosok Damayanti dan anak-anaknya,” tutur Arta Yasa.

Dia menjelaskan terkait dengan proses penguburan, sebenarnya tidak ada hari baik saat ini. Ada hari baik pada Senin (23/4), namun kondisi jenazah yang banyak luka, tidak memungkinkan (menunggu hingga Senin). Tetapi sesuai dengan tradisi di Banjar Kedewatan, jenazah boleh dikubur dengan cara ngemaling (mencuri). Sehingga sesuai keputusan bersama, tiga jenazah akan dikuburkan pada Saniscara Umanis Tolu, Sabtu (21/4).

“Ketiga jenazah ibu dan anak nanti akan dikubur secara berdampingan,” tandas Arta Yasa.“Keluarga memang tidak ada firasat, ini murni kecelakaan karena diprediksi motor yang dibawa korban remnya blong. Apalagi saat itu terjadi hujan lebat sehingga jalan licin. Makanya kondisi jenazah banyak luka,” jelasnya.

Sementara seorang anak Damayanti yang selamat, Ni Komang Sri Muliani, kelas 1 SD di Selemadeg Barat sedang dirawat di RS Shanti Graha Seririt, informasinya kondisinya belum stabil. Korban Sri Muliani kondisinya sadar tetapi di dalam kerangka pelipis kiri ada gumpalan darah.

Sebelumnya diberitakan, sekeluarga beranggotakan empat orang jatuh ke jurang di jalur berbahaya kawasan Desa Telaga, Jumat (20/4) sore. Informasinya, kecelakaan maut satu keluarga jatuh ke jurang ini diduga terjadi akibat out of control. Pasalnya, sore itu jalan licin karena hujan deras di jalur ekstrem tersebut. Kala itu, motor Vario DK 7515 HR yang dikendarai korban Damayanti melaju dari arah selatan dalam kondisi jalan menurun.

Korban Damayanti membonceng tiga anak perempuannya. Nah, begitu memasuki lokasi TKP di jalan menurun dan tikungan ke kiri cukup tajam, di bawah guyuran hujan lebat, korban Damayanti tidak mampu mengendalikan kendaraannya. Motor yang ditunggangi Damayanti bersama tiga anaknya pun terpeleset, kemudian jatuh ke jurang sedalam 5 meter. Ibu dan tiga anaknya ini mendarat di sungai berbatu.Peristiwa naas ini kemudian diketahui warga yang sedang melintas di lokasi. Saat itu, ketiga korban tewas ditemukan dalam posisi tertumpuk alias saling tindih. *d

Komentar