Purwani, Puncak Karya di Samuantiga
Puncak Karya Bhatara Turun Kabeh Kahyangan Jagat Pura Samuantiga Desa Pakraman Bedulu akan berlangsung pada Purwani Purnama Sasih Jiyestha, Minggu (29/4).
GIANYAR, NusaBali
Krama pangempon dari lima desa pakraman, yakni Desa Pakraman Wanayu Mas, Desa Pakraman Taman, Desa Pakraman Bedulu, Desa Pakraman Tengkulak Kaja dan Desa Pakraman Tengkulak Tengah, kini sedang ngayah untuk persiapan karya.
Seperti tampak, Minggu (22/4), pengayah dari kalangan dewasa dan anak-anak ngayah majejaitan. Ketua Paruman Penyungsung Pura Samuantiga Drs I Wayan Patera didampingi Ketua Saba Pura Samuan Tiga, Ida Bagus Parsa menjelaskan rangkaian Karya Padudusan Agung di Pura Samuantiga sudah diawali dengan tradisi ‘Ngambeng’, sejak Minggu (15/4). Ngambeng identik dengan sosialisasi akan ada karya. Setelah Ngambeng, dilanjutkan prosesi Pangrauh, pada H - 8 puncak karya yakni Sabtu (21/4) tepat pukul 24.00 Wita. “Prosesi Pangrauh ditandai kemunculan sinar dari langit, turunnya di Pohon Wani di utamaning mandala Pura Samuantiga,” jelasnya. Sinar suci ini, kata Patera, diyakini krama bahwa Ida Bhatara telah hadir untuk memberikan anugerah selama karya.
“Setelah Pangrauh inilah, krama yang belum berkesempatan mengaturkan hasil bumi saat Ngambeng, secara khusus datang ke pura membawa sarana upakara, seperti beras, telur, gula, dupa dan sejenisnya,” jelas pensiunan dosen Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra, Unud ini.7nvi
Krama pangempon dari lima desa pakraman, yakni Desa Pakraman Wanayu Mas, Desa Pakraman Taman, Desa Pakraman Bedulu, Desa Pakraman Tengkulak Kaja dan Desa Pakraman Tengkulak Tengah, kini sedang ngayah untuk persiapan karya.
Seperti tampak, Minggu (22/4), pengayah dari kalangan dewasa dan anak-anak ngayah majejaitan. Ketua Paruman Penyungsung Pura Samuantiga Drs I Wayan Patera didampingi Ketua Saba Pura Samuan Tiga, Ida Bagus Parsa menjelaskan rangkaian Karya Padudusan Agung di Pura Samuantiga sudah diawali dengan tradisi ‘Ngambeng’, sejak Minggu (15/4). Ngambeng identik dengan sosialisasi akan ada karya. Setelah Ngambeng, dilanjutkan prosesi Pangrauh, pada H - 8 puncak karya yakni Sabtu (21/4) tepat pukul 24.00 Wita. “Prosesi Pangrauh ditandai kemunculan sinar dari langit, turunnya di Pohon Wani di utamaning mandala Pura Samuantiga,” jelasnya. Sinar suci ini, kata Patera, diyakini krama bahwa Ida Bhatara telah hadir untuk memberikan anugerah selama karya.
“Setelah Pangrauh inilah, krama yang belum berkesempatan mengaturkan hasil bumi saat Ngambeng, secara khusus datang ke pura membawa sarana upakara, seperti beras, telur, gula, dupa dan sejenisnya,” jelas pensiunan dosen Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra, Unud ini.7nvi
1
Komentar