Tompi Tolak Pasien Transeksual
Isu transgender saat ini tengah marak jadi bahan perbincangan.
JAKARTA, NusaBali
Awalnya karena sosok pedangdut Lucinta Luna yang enggan mengaku jika dirinya dulu melakukan operasi bedah kelamin dan kini menjadi seorang wanita. Padahal, sudah ada beberapa bukti yang muncul ke permukaan.
Sebagai dokter ahli bedah plastik, pria 39 tahun ini mengaku pernah mengerjakan operasi bedah kelamin selama beberapa kali, meski hanya sebagai asisten saja. Namun untuk mengerjakan sebagai kepala operasi, Tompi menolaknya.
"Saya pribadi memilih untuk tidak mengerjakan (operasi bedah kelamin). Jadi kalo ada pasien transeksual atau pasien laki-laki dateng ke saya mau pasang payudara (which is itu sangat lazim dan sangat banyak kasusnya), termasuk kasus itu saya menolak. Saya nggak mau ngerjain kalau itu. Tapi kalau ada yang mau mengerjakan itu silakan. Secara keilmuan mungkin. Jadi di sini banyak faktor yang menjadi pertimbangan seorang dokter menerima atau menolak kasus ini. Yang menolak, saya tidak berhak menyalahkan, silakan dan ada dasar keilmuannya. Yang pasti, kita punya prinsip dan pendirian masing-masing," jawab pemilik klinik BeYOUtiful ini tegas seperti dilansir kapanlagi.
Operasi bedah kelamin masih dianggap tabu oleh mayoritas. Tentunya dokter yang melakukan operasinya pun tak jarang dapat pandangan miring. Meski tak merasakan beban untuk mengerjakan operasi bedah kelamin, namun menurut Tompi setiap dokter pasti punya value yang berbeda-beda.
"Kalau saya kan nggak mau ngerjain, jadi nggak ada beban moral. Kalau ada masyarakat yang berpikir dokternya beban moral atau nggak, itu kan tergantung value yang dianut. Buat orang yang non-muslim, makan babi itu baik-baik aja. Buat islam makan babi kan haram. Nah terus lu tanya nih sama orang islam gimana perasaannya makan babi, kan konyol. Jadi value orang kan beda-beda. Dokter pun beda-beda value nya yang dianut. Yang saya tekankan, ada sebagian dokter yang ngerasa, 'Kalau nggak saya yang ngerjain nanti dikerjain orang lain berantakan, rusak malah makin ngaco'. Mereka pun yang saya tau, dokter yang mengerjakan ini pun sangat selektif dalam memilih pasien, nggak sembarangan," pungkas Tompi. *
Awalnya karena sosok pedangdut Lucinta Luna yang enggan mengaku jika dirinya dulu melakukan operasi bedah kelamin dan kini menjadi seorang wanita. Padahal, sudah ada beberapa bukti yang muncul ke permukaan.
Sebagai dokter ahli bedah plastik, pria 39 tahun ini mengaku pernah mengerjakan operasi bedah kelamin selama beberapa kali, meski hanya sebagai asisten saja. Namun untuk mengerjakan sebagai kepala operasi, Tompi menolaknya.
"Saya pribadi memilih untuk tidak mengerjakan (operasi bedah kelamin). Jadi kalo ada pasien transeksual atau pasien laki-laki dateng ke saya mau pasang payudara (which is itu sangat lazim dan sangat banyak kasusnya), termasuk kasus itu saya menolak. Saya nggak mau ngerjain kalau itu. Tapi kalau ada yang mau mengerjakan itu silakan. Secara keilmuan mungkin. Jadi di sini banyak faktor yang menjadi pertimbangan seorang dokter menerima atau menolak kasus ini. Yang menolak, saya tidak berhak menyalahkan, silakan dan ada dasar keilmuannya. Yang pasti, kita punya prinsip dan pendirian masing-masing," jawab pemilik klinik BeYOUtiful ini tegas seperti dilansir kapanlagi.
Operasi bedah kelamin masih dianggap tabu oleh mayoritas. Tentunya dokter yang melakukan operasinya pun tak jarang dapat pandangan miring. Meski tak merasakan beban untuk mengerjakan operasi bedah kelamin, namun menurut Tompi setiap dokter pasti punya value yang berbeda-beda.
"Kalau saya kan nggak mau ngerjain, jadi nggak ada beban moral. Kalau ada masyarakat yang berpikir dokternya beban moral atau nggak, itu kan tergantung value yang dianut. Buat orang yang non-muslim, makan babi itu baik-baik aja. Buat islam makan babi kan haram. Nah terus lu tanya nih sama orang islam gimana perasaannya makan babi, kan konyol. Jadi value orang kan beda-beda. Dokter pun beda-beda value nya yang dianut. Yang saya tekankan, ada sebagian dokter yang ngerasa, 'Kalau nggak saya yang ngerjain nanti dikerjain orang lain berantakan, rusak malah makin ngaco'. Mereka pun yang saya tau, dokter yang mengerjakan ini pun sangat selektif dalam memilih pasien, nggak sembarangan," pungkas Tompi. *
Komentar