Tangkapan Tuna Menurun, Awak Kapal Dirumahkan
Hasil tangkapan yang terus mengalami penurunan, menyebabkan para pengusaha kapal tuna, menghentikan operasional kapal-kapal tangkap mereka.
DENPASAR, NusaBali
Otomatis para awak kapal pun terimbas tidak bekerja alias menganggur. Para pengusaha bingung sampai kapan keadaan sepi tuna ini berlanjut.I Nyoman Sarya, salah seorang pengusaha/pemilik kapal tuna mengaku prihatin dengan keadaan tersebut. “Memang tuna jadi andalan (eskpor), namun tangkapan terus sepi,” ujar Sarya, Senin (23/4).
Hanya saja Sarya tidak bisa menyebutkan detail sampai berapa persen penurunan tangkapannya. Dia menyebut keadaan yang dialaminya. Dari 20 kapal miliknya, setengahnya atau separo dia tidak operasikan.“Rugi operasi dengan biaya banyak, tetapi tak ada tuna,” ujar Sarya.
Kondisi tak jauh beda, dialami pengusaha kapal penangkap tuna lainnya. Mereka lebih memiloh ‘mendocking’ kapal mereka, daripada beroperasi. Termasuk ‘merumahkan’ awak sampai perkiraan tuna ramai kembali. “Kalau saya. Sisakan satu awak untuk jaga kapal, yang lainnya istirahat,” tambah Sarya.
Dihubungi terpisah Kepala Dinas Perikanan Provinsi Bali I Made Gunaje, mengakui merosotnya tangkapan tuna sudah berlangsung lebih dari 3 bulan. “Memang dari laporan dan pengaduan teman-teman ( nelayan) demikian,” ungkap Gunaje.Tak diketahui apa yang menjadi penyebab merosotnya penangkapan tuna. “Datanya juga kita tidak ada,” lanjut Gunaje.
Alasannya, data berasal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP). Dinas Perikanan tidak melakukan pendataan. Karena itulah, kata Gunaje untuk kepastian data menunggu dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP). Gunaje menyatakan tak mau menjelaskan lebih jauh, karena data soa tuna juga belum ada datanya.
Sementara berdasarkan data tahun 2017, total produksi perikanan tangkap (laut) sebanyak 112.539 ton. Itu juga total produksi. Sedang rincian per jenis atau per item tidak disebutkan. “Karena itulah kami katakan, masih menunggu data dari kementerian,” jelasnya. *k17
Otomatis para awak kapal pun terimbas tidak bekerja alias menganggur. Para pengusaha bingung sampai kapan keadaan sepi tuna ini berlanjut.I Nyoman Sarya, salah seorang pengusaha/pemilik kapal tuna mengaku prihatin dengan keadaan tersebut. “Memang tuna jadi andalan (eskpor), namun tangkapan terus sepi,” ujar Sarya, Senin (23/4).
Hanya saja Sarya tidak bisa menyebutkan detail sampai berapa persen penurunan tangkapannya. Dia menyebut keadaan yang dialaminya. Dari 20 kapal miliknya, setengahnya atau separo dia tidak operasikan.“Rugi operasi dengan biaya banyak, tetapi tak ada tuna,” ujar Sarya.
Kondisi tak jauh beda, dialami pengusaha kapal penangkap tuna lainnya. Mereka lebih memiloh ‘mendocking’ kapal mereka, daripada beroperasi. Termasuk ‘merumahkan’ awak sampai perkiraan tuna ramai kembali. “Kalau saya. Sisakan satu awak untuk jaga kapal, yang lainnya istirahat,” tambah Sarya.
Dihubungi terpisah Kepala Dinas Perikanan Provinsi Bali I Made Gunaje, mengakui merosotnya tangkapan tuna sudah berlangsung lebih dari 3 bulan. “Memang dari laporan dan pengaduan teman-teman ( nelayan) demikian,” ungkap Gunaje.Tak diketahui apa yang menjadi penyebab merosotnya penangkapan tuna. “Datanya juga kita tidak ada,” lanjut Gunaje.
Alasannya, data berasal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP). Dinas Perikanan tidak melakukan pendataan. Karena itulah, kata Gunaje untuk kepastian data menunggu dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP). Gunaje menyatakan tak mau menjelaskan lebih jauh, karena data soa tuna juga belum ada datanya.
Sementara berdasarkan data tahun 2017, total produksi perikanan tangkap (laut) sebanyak 112.539 ton. Itu juga total produksi. Sedang rincian per jenis atau per item tidak disebutkan. “Karena itulah kami katakan, masih menunggu data dari kementerian,” jelasnya. *k17
1
Komentar