Tiga Korban Tenggelam Ditemukan Sudah Tewas
Dua korban, Kadek Sudiasta dan Wayan Budiastrawan, ditemukan mengambang di perairan sisi selatan Pura Watu Klotok
Salah Satu Korban Terdampar di Pantai Matahari Terbit
SEMARAPURA, NusaBali
Tiga korban hilang tenggelam akibat digulung ombak di Pantai Watu Klotok, Desa Tojan, Kecamatan Klungkung, akhirnya ditemukan dalam kondisi tewas, Selasa (24/4). Jasad ketiga korban ditemukan mengambang di tempat terpisah dalam waktu berbeda-beda.
Korban pertama yang ditemukan petugas gabungan adalah I Kadek Sudiasta, 36, pencari batu sikat asal Banjar Jero Agung, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung. Jasad Kadek Sudiasta ditemukan mengambang di perairan sebelah selatan Pura Watu Klotok dalam jarak 300 meter dari tepi panti, Selasa siang pukul 14.12 Wita. Jasad korban berusia 36 tahun ini masih mengenakan baju warna kuning.
Sedangkan jasad I Wayan Budiastrawan, 30, pencari batu sikat asal Banjar Tojan Kelod, Desa Tojan, Kecamatan Klungkung, ditemukan 11 menit kemudian, sekitar pukul 14.23 Wita. Jasad korban berusia 30 tahun ini ditemukan mengambang di perairan sekitar 100 meter arah barat dari lokasi penemuan Kadek Sudiasta.
Sebaliknya, jasad Ni Wayan Sutami, 52, korban hilang tenggelam asal Banjar Semseman, Desa Sangkan Gunung, Kecamatan Sidemen, Karangasem baru ditemukan Selasa sore pukul 16.00 Wita. Jasad perempuan berusia 52 tahun yang hilang digulung ombak saat malukat di Pantai Watu Klotok ini ditemukan di Pantai Matahari Terbit Sanur, Denpasar Selatan.
Korban Ni Wayan Sutami sebelumnya hilang terseret ombak saat malukat di Pantai Watu Klotok bersama suaminya, I Nengah Karna, 54. Sang suami, Nengah Karna, yang notabene mantan Kelian Dinas Banjar Semseman, Desa Sangkan Gunung, berhasil selamat dari maut berkat pertolongan dua pencari batu sikat: I Nyoman Mudana dan Mangku Sumerta, keduanya warga Banjar Tojan Kelod, Desa Tojan.
Sebaliknya, sang istri, Wayan Sutami, gagal diselamatkan. Bahkan, dua pencari batu sikat yang berusaha menolong Wayan Sutami, yakni Kadek Sudiasta dan Wayan Budiastrawan, justru ikut hilang terseret ahir hingga sama-sama ditemukan sudah jadi mayat. Jasad korban Wayan Sutami kemarin sore langsung dibawa ke RS Sanglah, Denpasar untuk pemeriksaan lebih lanjut, setelah dievakuasi Tim SAR dan Sat Polair dari Pantai Matahari Terbit.
Keberadaan mayat Wayan Sutami yang mengambang di tengah laut sekitar 1 kilometer dari bibir pantai ini pertama kali diketahui penumpang speed boat yang hendak menyeberang ke Nusa Penida. Penumpang tersebut kemudian melaporkan per telepon temuan ini ke petugas. “Saat ditemukan, kondisi korban masih mengenakan pakaian, tapi kulit bagian wajah sudah memutih dan membiru,” ujar seorang petugas kepolisian.
Sementara, jasad Kadek Sudiasta dan Wayan Budiastrawan kemarin siang langsung dievakuasi ke Pelabuhan Tradisional Kampung Kusamba (penyeberangan barang) di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung. Koordinator Lapangan Basarnas, I Wayan Suwena, mengatakan jasad dua pencari batu sikat yang jadi korban terseret arus terpaksa harus dievakuasi melalui Pelabuhan Kampung Kusamba di Pantai Kusamba, karena kondisi ombak di Pantai Watu Klotok masih tidak bersahabat.
“Ombak di Pantai Watu Klotok masih tinggi, sehingga tidak memungkinkan untuk evakuasi di sana,” jelas Wayan Suwena. Setelah diturunkan di Pantai Kusamba, jenazah kedua korban langsung dibawa pulang ke rumah duka masing-masing. Mereka tidak dibawa ke Ruang Jenazah RSUD Klungkung atas permintaan keluarga.
Jenazah korban Wayan Budiastrawan kemarin siang langsung dipulangkan ke rumah duka di Banjar Tojan Kelod, Desa Tojan, Kecamatan Klungkung untuk proses pemakaman. Namun, belum diketahui kapan jenazahnya akan dimakamkan. Sedangkan jenazah Kadek Sudiasta dipulangkan ke rumah duka di Banjar Jero Agung, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung.
Sementara itu, jenazah Wayan Sutami hingga kemarin sore masih berada di Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah. Sejumlah kerabat korban tampak di depan ruanh jenazah. Termasuk anak kedua korban yang kini berdinas sebagai polisi di Polda Bali, I Komang Sutrisna, 22. Pantauan NusaBali, sejumlah anggota Polres Klungkung juga berada di sana. Namun, hingga berita ini ditulis, pihak Instalasi Kedokteran Forensik belum merilis hasil pemeriksaan terhadap jenazah korban tenggalam.
Sedangkan Komang Sutrisna mengaku sangat terpukul atas kematian tragis ibunya. Kepada NusaBali, Komang Sutrisna memaparkan, sebelum peristiwa maut, kedua orangtuanya pamitan dengan orang di rumah pukul 09.00 Wita. Saat itu, ibunya mengaku hendak malukat ke Pantai Watu Klotok, selain juga mampir ke pasar. “Ternyata, begini jadinya,” jelas Sutrisna, yang kemarin siang sempat ke Pantai Watu Klotok untuk sembahyang sebagai upaya niskala pencarian ibunya.
Menurut Sutrisna, beberapa hari sebelumnya, sang ayah yakni Nengah Karna sempat bercerita soal mimpi aneh. Dalam mimpinya, Nengah Karna mengaku gigi depannya tanggal. Ternyata, itu firasat akan kehilangan sang istri. “Bapak cerita, dalam mimpi, ada dua gigi depannya yang tanggal,” kenang Sutrisna. Dikatakan Sutrisna, ibunya yang punya riwayat sesak napas memang kerap malukat ke beberapa tempat di Bali.
Musibah maut yang merenggut tiga korban nyawa itu sendiri berawal dari ritual malukan pasutri Nengah Karna dan Wayan Sutami di Pantai Watu Klotok, Senin pagi. Pasutri asal Desa Sangkan Gunung ini malukat (mandi suci), karena si istri menderita sakit jantung dan maag. Setibanya di Pantai Watu Klotok sekitar pukul 10.00 Wita, mereka langsung mencari posisi melukat dengan berjalan ke arah barat yang berjarak sekitar 200 meter dari areal parkir kendaraan di sisi barat Pura Watu Klotok.
Setelah sembahyang dengan posisi menghadap laut (sisi selatan), pasutri paruh baya ini langsung mandi dengan air laut sekitar pukul 10.30 Wita. Sang istri, Wayan Sutami, lebih dulu menuju bibir pantai untuk malukat. Begitu melangkah, tiba-tiba muncul ombak besar setinggi 5 meter menggulung perempuan 52 tahun ini. Melihat istrunya digulung ombak, Nengah Karna pun berusaha melakukan penyelematan. Dia berhasil memegang tangan istrinya. Namun, karena hempasan ombak sangat kuat, korban Waytan Sutami terlepas dari pegangan suaminya. Saat itulah, empat orang pencari batu sikat di pesisir Pantai Watu Klotok berusaha menyelamatkan pasutri yang digulung ombak ini.
Nyoman Mudana dan Mangku Sumerta berhasil menyelamatkan korban Nengah Karna. Namun, dua rekannya sesama pencari batu sikat, Kadek Sudiasta dan Wayan Budiastrawan, yang berusaha menyelamatkan korban Wayan Sutami, justru ikut terseret ombak hingga hilang tenggelam. *wan,dar,ind
1
Komentar