UNBKP di SMP LB Karangasem Diikuti 3 Siswa
UNBKP (Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil) di SMP Luar Biasa Negeri Karangasem dari kelompok B (Tuna Rungu Wicara) hanya diikuti tiga siswa.
AMLAPURA, NusaBali
Pengawas ujian mesti menggunakan bahasa isyarat. Sebelum memulai ujian, ketiga siswa diajak pemanasan, menggerakkan pinggul, leher, kepala, lengan, dan jari tangan. Tujuannya agar mereka tidak tegang. Ujian berlangsung dalam satu ruangan diawasi tiga guru.
Ketiga siswa yang ikut UNBKP yakni I Kadek Rahmantika dari Banjar Sadimara, Desa Ababi, Kecamatan Abang, I Gusti Putu Aditya Dharma Yoga dari Banjar Genteng, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, dan I Komang Parmawa dari Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis. Pengawas memberikan petunjuk kepada ketiga siswa dengan bahasa isyarat dari memulai mengisi identitas hingga teknis menjawab satu persatu. Pengawas juga memberitahukan maksud dari tiap soal agar siswa lebih mudah memahami. Antara siswa dan pengawas berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
Sejatinya di SMP Negeri Luar Biasa berlokasi di Jalan Nenas Amlapura ada 9 siswa. Tetapi lima siswa lainnya masing-masing 4 siswa masuk kelompok C (Tuna Grahita) atau cacat mental dan satu siswa masuk kelompok autis. Sehingga lima siswa tersebut hanya mengikuti USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional). Empat siswa kelompok C telah mendahului ujian pada tangga 16-21 April 2018 yakni I Gusti Ayu Nyoman Sari, Ida Bagus Adi Permana Yoga, I Gede Sumiada Wiranata, dan Ni Komang Ayu Sulistyaningsih. Satu siswa autis atas nama I Putu Sopan Dewanda Prabawa.
Ketua Panitia UNBKP SMP Luar Biasa Negeri Karangasem, Sang Kompyang Arda, mengatakan secara teknis tidak ada kendala. “Pelaksanaan ujian di SMP Luar Biasa Negeri Karangasem beda dengan sekolah pada umumnya. Di sini pengawas memberitahukan menggunakan bahasa isyarat,” jelas Sang Kompyang Arda, Selasa (24/4).
Terpisah, Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Karangasem, I Wayan Sarya, mengatakan dari 6.979 siswa dari 52 SMP terdaftar sebelumnya, hanya hanya 6.951 siswa yang ikut ujian. Sebab 28 siswa absen, masing-masing berhenti 24 siswa, meninggal 1 siswa, pindah 2 siswa, dan sakit 1 siswa. Hanya saja siswa yang berhenti dan meninggal nantinya tidak dihitung ikut ujian. “Tidak mempengaruhi jumlah ketidaklulusan. Artinya yang meninggal dan berhenti tidak dihitung sebagai siswa yang tidak lulus,” jelasnya. *k16
Pengawas ujian mesti menggunakan bahasa isyarat. Sebelum memulai ujian, ketiga siswa diajak pemanasan, menggerakkan pinggul, leher, kepala, lengan, dan jari tangan. Tujuannya agar mereka tidak tegang. Ujian berlangsung dalam satu ruangan diawasi tiga guru.
Ketiga siswa yang ikut UNBKP yakni I Kadek Rahmantika dari Banjar Sadimara, Desa Ababi, Kecamatan Abang, I Gusti Putu Aditya Dharma Yoga dari Banjar Genteng, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, dan I Komang Parmawa dari Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis. Pengawas memberikan petunjuk kepada ketiga siswa dengan bahasa isyarat dari memulai mengisi identitas hingga teknis menjawab satu persatu. Pengawas juga memberitahukan maksud dari tiap soal agar siswa lebih mudah memahami. Antara siswa dan pengawas berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
Sejatinya di SMP Negeri Luar Biasa berlokasi di Jalan Nenas Amlapura ada 9 siswa. Tetapi lima siswa lainnya masing-masing 4 siswa masuk kelompok C (Tuna Grahita) atau cacat mental dan satu siswa masuk kelompok autis. Sehingga lima siswa tersebut hanya mengikuti USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional). Empat siswa kelompok C telah mendahului ujian pada tangga 16-21 April 2018 yakni I Gusti Ayu Nyoman Sari, Ida Bagus Adi Permana Yoga, I Gede Sumiada Wiranata, dan Ni Komang Ayu Sulistyaningsih. Satu siswa autis atas nama I Putu Sopan Dewanda Prabawa.
Ketua Panitia UNBKP SMP Luar Biasa Negeri Karangasem, Sang Kompyang Arda, mengatakan secara teknis tidak ada kendala. “Pelaksanaan ujian di SMP Luar Biasa Negeri Karangasem beda dengan sekolah pada umumnya. Di sini pengawas memberitahukan menggunakan bahasa isyarat,” jelas Sang Kompyang Arda, Selasa (24/4).
Terpisah, Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Karangasem, I Wayan Sarya, mengatakan dari 6.979 siswa dari 52 SMP terdaftar sebelumnya, hanya hanya 6.951 siswa yang ikut ujian. Sebab 28 siswa absen, masing-masing berhenti 24 siswa, meninggal 1 siswa, pindah 2 siswa, dan sakit 1 siswa. Hanya saja siswa yang berhenti dan meninggal nantinya tidak dihitung ikut ujian. “Tidak mempengaruhi jumlah ketidaklulusan. Artinya yang meninggal dan berhenti tidak dihitung sebagai siswa yang tidak lulus,” jelasnya. *k16
1
Komentar