nusabali

Dibakar 5 Menit 22 Detik, Pemeran Bangke Matah Tidak Terluka

  • www.nusabali.com-dibakar-5-menit-22-detik-pemeran-bangke-matah-tidak-terluka
  • www.nusabali.com-dibakar-5-menit-22-detik-pemeran-bangke-matah-tidak-terluka

Menurut Guru Nabe Pasraman Cakra Ca Buana, Bagus Putu Budi Adnya, dalam pementasan Calonarang Watangan Mebakar ini hanya 50 persennya murni menerapkan ajaran kawisesan, sementara 50 persen lagi adalah kreativitas

Peristiwa Magis dalam Pentas Calonarang Watangan Mebakar di Pasraman Cakra Ca Buana, Desa Tangguntiti


TABANAN, NusaBali
Peristiwa magis terjadi dalam pentas Calonarang Pamurub Tattwa Ajian Geni Astra Watangan Mebakar yang digelar di Pasraman Cakra Ca Buana, Banjar Temuku Aya, Desa Tangguntiti, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, Selasa (24/4) malam. Pemeran bangke matah, I Ketut Suwitna, 45, berhasil bangkit tanpa terluka sedikit pun setelah dibakar hidup-hidup selama 5 menit 22 detik.

Pentas spektakuler Calonarang Watangan Mebakar (bangke matah dibakar) yang digelar Pasraman Cakra Ca Buana ini disaksikan ribuan orang dari berbagai kawasan Tabanan, bahkan asal luar. Pementasan Calonarang serangkian Upacara Ngodalin Sesuhunan Ratu Bagus (yang disungsung Pasraman Cakra Ca Buana) dan sekaligus memperingati HUT ke-10 Pasraman Cakra Ca Buana---pasraman yang para siswanya cenderung belajar olah rasa dan olah bathin---malam itu dilaksanakan mulai pukul 19.00 Wita.

Sedangkan klimak pementasan berupa ritual watangan mebakar, baru dimulai Rabu (25/4) dinihari pukul 01.00 Wita. Ritual watangan mebakar diawali dengan prosesi pengarakan bangke matah dari perempatan di sebelah selatan Pasraman Cakra Ca Buana, dengan rute sejauh 200 meter. Usai pengarakan, bangke matah kemudian diletakkan di tengah panggung pentas Calonarang yang beralaskan besi.

Sebelum dibakar, bangke matah yang diperankan Ketut Suwitna lebih dulu dimandikan, lalu diberikan perlengkapan upakara. Saat itulah, Guru Nabe Pasraman Cakra Ca Buana, Bagus Putu Budi Adnya, 48, ngundang leak. Setelah proses tersebut selesai, bangke matah lanjut ditutupi dengan kereb yang sudah berisi rerajahan. Kemudian, watangan (bangke matah yang ditutupi kereb) disiram dengan 1 liter bensin, lalu dibakar dengan bantuan kompor.

Ribuan penonton bersorak sambil deg-degan menyaksikan pementasan ekstrem dan satu-satunya di Bali. Watangan dibakar sekitar 5 menit 22 detik. Ajaibnya, setelah dibakar sekian lama, Ketut Suwitna selaku pemeran bangke matah berhasil selamat dari maut tanpa luka bakar sedikit pun. Pria berusia 45 tahun ini berhasil bangkit dengan tegar. Ketut Suwitna adalah warga Desa Tangguntiti yang juga menjadi Ketua Pasraman Cakra Ca Buana.

Ketut Suwitna dibangunkan dari tidur alam bawah sadarnya oleh Guru Nabe Pasraman Cakra Ca Buana, Bagus Putu Budi Adnya. Ketut Suwitna yang mengenakan kamben dan udeng serba putih, diusap-usap di bagian kepala, lalu kembali diarahkan masuk ke dalam Pasraman Cakra Ca Buana.

Ditemui NusaBali seusai pementasan yang menegangkan, dinihari kemarin, Ketut Suwitna mengaku merasakan kondisi badannya normal saja, meski sempat dibakar selama 5 meit 22 detik. Awalnya, tangan kirinya memang sempat terasa panas beberapa detik ketika api disulutkan. Namun, rasa panas tersebut hilang dengan sendirinya. "Saat itu, yang saya rasakan badan terasa terkunci. Saya masih merasakan napas, hanya tidak bisa berbuat apa," cerita Ketut Suwitna.

Menurut Suwitna, kata kuncinya satu, yakni yakin dan pasrah. Artinya, segala sesuatu apa pun kalau didasari atas dasar yakin, maka itu akan berhasil. "Semua ini tidak terlepas dari doa krama Bali dan karunia Ida Sang Hyang Widhi, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas tanpa terluka," jelas ayah dua anak dari pernikahannya dengan Ni Putu Sri Arwini, 43, ini.

Suwitna mengatakan tidak ada ritual khusus yang dijalankan sebelum pentas penuh magis malam itu. Yang biasa dia lakukan adaloah persembahyangan. Secara khusus, Suwitna hanya belajar Tattwa Ajian Geni Astra selama 3 bulan terakhir. "Sebelum pementasan, saya juga merasa ada gangguan-gangguan niskala, seperti sering mengalami demam dan kondisi drop mendadak. Dan, ini saya selesaikan dengan doa bersama di pasraman," tandas Suwitna.

Menurut Suwitna, pentas Calonarang Watangan Mebakar di mana dirinya berperan sebagai bangke matah ini bukan untuk menunjukkan diri paling sakti. Tapi, karena ingin meng-ajeg-kan budaya Bali dan menghibur para pecinta Calonarang dengan menampilkan pementasan yang sedikit berbeda.

Suwitna mengakui, awalnya dia bersedia menadi pemeran bangke matah, berawal dari niat dan kemauan sendiri. Dirinya menginginkan ada pementasan Calonarang yang berbeda dari umumnya. “Gayung bersambut, kemauan saya itu didukung oleh keluarga, para panglingsir, dan pihak pasraman,” kata Suwitna yang selama ini dikenal sebagai penekun Spiritual.

Sementara itu, Guru Nabe Pasraman Cakra Ca Buana, Bagus Putu Budi Adnya, mengaku sempat was-was saat ritual puncak watangan bakar dalam pentas Calonarang tersebut. Masalahnya, ketika dipegang usai dibakar, watangan tersebut terasa hangat. "Tapi, ini adalah mukjizat Tuhan sudah bisa berjalan dengan lancar," jelas Budi Adnya kepada NusaBali di arena pentas, dinihari kemarin.

Budi Adnya menyebutkan, dalam pementasan Calonarang Watangan Mebakar ini murni menerapkan ajaran kawisesan 50 persen dan 50 persen kreativitas. Sebelum dibakar, watangan diarak dulu. Ini intinya untuk memberikan sugesti sang pemeran bangke dibuat masuk ke alam bawah sadar alias ditidurkan. "Memang awalnya ada pengarakan, intinya membuat tidur ke alam bawah sadar," katanya seusai pentas Calonarang yang dimeriahkan penampilan lawak Celekontong Mas ini.

Dengan pementasan spektakuler ini, Budi Adnya ingin adanya perhatian dari pemerintah kepada seniman kecil dalam meng-ajeg-kan budaya Bali, sehingga bisa menghidupkan aura Calonarang. Bahkan, sekaligus menghidupkan pamor leak untuk kebaikan, bukan untuk menyakiti teman. "Jika Bali tanpa leak, maka taksu Bali itu tidak ada lagi. Sebab, leak itu memang ada dalam ajaran sastra," tegas Budi Adnya. *d

Komentar