PMI: Skrining Darah Aman dari Penyakit Menular
Darah sebagai keperluan dalam penanganan medis selama ini sudah disetarakan dengan obat.
SINGARAJA, NusaBali
Proses pendonoran darah hingga sampai kepada pasien harus melalui proses skrining yang ketat. Sehingga darah yang diberikan kepada pasien benar-benar darah yang berkualitas, aman dan dapat ditelusuri.
Hal tersebut menjadi penekanan dalam rapat koordinasi PMI Sub Regional Bali yang dihadiri seluruh pengurus PMI Kabupaten-Kota pada Rabu (25/4) pagi di ruang unit IV kantor Bupati Buleleng. PMI pun mewanti-wanti kepada masing-masing Unit Transfusi Darah (UTD) memaksimalkan proses skrining, untuk mencegah darah terkontaminasi penyakit menular.
Sekretaris PMI Provinsi Bali, I Nyoman Puase Ariana yang didampingi Ketua UTD Provinsi Bali, AA Sagung Mas Dwipayani di sela-sela rakor mengatakan sejauh ini PMI sudah mengupayakan untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.
“Adapun masalahnya masih klasik yakni soal anggaran, sedangkan untuk pemenuhan sarana-prasana pendukung satu alat saja sangat mahal, sehingga ke depannya kami harapkan dukungan dari Pemerintah Daerah,” kata Puase.
Dalam proses skrining darah selama ini meski masih menggunakan standar minimal dengan menggunakan metode CLIA dengan enzim, sudah dapat diketahui darah yang terdeteksi penyakit menular atau tidak. Khususnya HIV AIDS, hepatitis A, hepatitis B dan sipilis.
Sedangkan alat skrining darah yang lebih canggih dan terbarukan yakni dengan Nucleic Acid Testing (NAT), baru tersedia di UTD Provinsi Bali. Dalam rakor tersebut juga membahas terkait pendonor darah di Bali yang sejauh ini kesadarannya cukup tinggi. Bahkan seperti di kabupaten Buleleng khususnya 85 persen dari 11 ribu pendonor pertahunnya merupakan sukarelawan. *k23
Hal tersebut menjadi penekanan dalam rapat koordinasi PMI Sub Regional Bali yang dihadiri seluruh pengurus PMI Kabupaten-Kota pada Rabu (25/4) pagi di ruang unit IV kantor Bupati Buleleng. PMI pun mewanti-wanti kepada masing-masing Unit Transfusi Darah (UTD) memaksimalkan proses skrining, untuk mencegah darah terkontaminasi penyakit menular.
Sekretaris PMI Provinsi Bali, I Nyoman Puase Ariana yang didampingi Ketua UTD Provinsi Bali, AA Sagung Mas Dwipayani di sela-sela rakor mengatakan sejauh ini PMI sudah mengupayakan untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.
“Adapun masalahnya masih klasik yakni soal anggaran, sedangkan untuk pemenuhan sarana-prasana pendukung satu alat saja sangat mahal, sehingga ke depannya kami harapkan dukungan dari Pemerintah Daerah,” kata Puase.
Dalam proses skrining darah selama ini meski masih menggunakan standar minimal dengan menggunakan metode CLIA dengan enzim, sudah dapat diketahui darah yang terdeteksi penyakit menular atau tidak. Khususnya HIV AIDS, hepatitis A, hepatitis B dan sipilis.
Sedangkan alat skrining darah yang lebih canggih dan terbarukan yakni dengan Nucleic Acid Testing (NAT), baru tersedia di UTD Provinsi Bali. Dalam rakor tersebut juga membahas terkait pendonor darah di Bali yang sejauh ini kesadarannya cukup tinggi. Bahkan seperti di kabupaten Buleleng khususnya 85 persen dari 11 ribu pendonor pertahunnya merupakan sukarelawan. *k23
Komentar