Sawah Hanya Jadi Pemandangan Gratis
Para investor bidang pariwisata masih tergoda mengembangkan sayap investasi ke Gianyar, terutama Ubud, Tegalllang, Payangan, dan sekitarnya.
GIANYAR, NusaBali
Salah satu alasannya, di beberapa titik kawasan yang dijadikan lokasi hotel, villa, dan sejenisnya, masih alami. Karena ada pemandangan alam sawah. Pesona sawah ini pun masih didapatkan secara gratis.
Pantauan NusaBali pada beberapa lokasi wisata di Gianyar, Rabu (25/4), pemandangan sawah gratis itu sangat dimanfaatkan secara intens oleh para pengelola hotel, vila, dan akomodasi wisata lainnya. Dengan ikon pemandangan hijauan sawah itu, secara tak langsung, para wisatawan makin suka memanfaatkan jasa akomodasi wisata tesebut. ‘’Tapi, para pengelola akomodasi wisata ini tak ada yang memberi kontribusi apa-apa kepada para petani atau pemilik sawah disini,’’ ujar warga di Ubud.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Gianyar AA Bagus Ari Brahmanta membenarkan, kondisi itu. Dia mengakui, selama ini para investor hotel, villa, dan sejenisnnya masih banyak mengandalkan lahan sawah sebagai keunggulan dan ‘servis’ tambahan pada hotel mereka. ‘’Hanya saja, pemandangan sawah ini hanya dimanfaatkan begitu saja oleh hotel. Petaninya tanpa mendapatkan kontribusi apa-apa,’’ jelas pejabat asal Kelurahan Ubud yang akrab disapa Gung Ari ini.
Gung Ari mengaku, pihaknya sejak lama telah memikirkan terkait model kontribusi pelaku pariwisata kepada petani atau pemilik sawah. Karena sawah mereka dipakai pemandangan oleh pihak hotel. Selama ini, sawah hanya dijadikan daya rangsang investasi itu. Di lain sisi, pemanfaatan sawah untuk pengembangan hotel sudah pada tahap mengkhawatirkan. Karena investor makin berlomba-lomba membangun hotel, vila dan sejenisya pada hamparan sawah. Dia pun sependapat dengan anggapan tentang, adanya logika salah dalam pemanfaatan sawah untuk pariwisata. Karena turis amat suka lihat sawah dan pemandangan hijaunya. ‘’Tapi, pemandangan huma ini malah dirusak karena dihalangi dengan bangunan hotel, vila dan lainnya. Jika ini terbiarkan, maka lambat laun pariwisata Gianyar pasti kehilangan daya tarik,’’ jelasnya.
Gung Ari mengaku, model penyelamatan sawah berikut pemandangan yang menjadi ikon wisata di Gianyar harus segera diwujudkan. Jika tidak, petani akan terus berlomba-lomba menjual sawah dengan harga menggiurkan. Masyarakat pun makin enggan jadi petani.‘’Dari beberapa kali saya bertemu para petani, mereka mengaku tak dapat apa-apa dari investor pariwisata ini. Padahal mereka memanfaatkan sawah,’’ jelasnya.*lsa
Salah satu alasannya, di beberapa titik kawasan yang dijadikan lokasi hotel, villa, dan sejenisnya, masih alami. Karena ada pemandangan alam sawah. Pesona sawah ini pun masih didapatkan secara gratis.
Pantauan NusaBali pada beberapa lokasi wisata di Gianyar, Rabu (25/4), pemandangan sawah gratis itu sangat dimanfaatkan secara intens oleh para pengelola hotel, vila, dan akomodasi wisata lainnya. Dengan ikon pemandangan hijauan sawah itu, secara tak langsung, para wisatawan makin suka memanfaatkan jasa akomodasi wisata tesebut. ‘’Tapi, para pengelola akomodasi wisata ini tak ada yang memberi kontribusi apa-apa kepada para petani atau pemilik sawah disini,’’ ujar warga di Ubud.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Gianyar AA Bagus Ari Brahmanta membenarkan, kondisi itu. Dia mengakui, selama ini para investor hotel, villa, dan sejenisnnya masih banyak mengandalkan lahan sawah sebagai keunggulan dan ‘servis’ tambahan pada hotel mereka. ‘’Hanya saja, pemandangan sawah ini hanya dimanfaatkan begitu saja oleh hotel. Petaninya tanpa mendapatkan kontribusi apa-apa,’’ jelas pejabat asal Kelurahan Ubud yang akrab disapa Gung Ari ini.
Gung Ari mengaku, pihaknya sejak lama telah memikirkan terkait model kontribusi pelaku pariwisata kepada petani atau pemilik sawah. Karena sawah mereka dipakai pemandangan oleh pihak hotel. Selama ini, sawah hanya dijadikan daya rangsang investasi itu. Di lain sisi, pemanfaatan sawah untuk pengembangan hotel sudah pada tahap mengkhawatirkan. Karena investor makin berlomba-lomba membangun hotel, vila dan sejenisya pada hamparan sawah. Dia pun sependapat dengan anggapan tentang, adanya logika salah dalam pemanfaatan sawah untuk pariwisata. Karena turis amat suka lihat sawah dan pemandangan hijaunya. ‘’Tapi, pemandangan huma ini malah dirusak karena dihalangi dengan bangunan hotel, vila dan lainnya. Jika ini terbiarkan, maka lambat laun pariwisata Gianyar pasti kehilangan daya tarik,’’ jelasnya.
Gung Ari mengaku, model penyelamatan sawah berikut pemandangan yang menjadi ikon wisata di Gianyar harus segera diwujudkan. Jika tidak, petani akan terus berlomba-lomba menjual sawah dengan harga menggiurkan. Masyarakat pun makin enggan jadi petani.‘’Dari beberapa kali saya bertemu para petani, mereka mengaku tak dapat apa-apa dari investor pariwisata ini. Padahal mereka memanfaatkan sawah,’’ jelasnya.*lsa
Komentar