'Terapkan Konsep Hindu dalam Koperasi'
Senator asal Bali Pasek Suardika mengajak masyarakat di Pulau Dewata agar menerapkan konsep-konsep Hindu dalam mengembangkan gerakan koperasi.
DENPASAR, NusaBali
"Apa yang sudah berjalan digerakan koperasi selama ini, sebenarnya cukup banyak yang sesuai dengan konsep-konsep Hindu, misalnya dalam konsep Hindu juga mengenal pengenaan bunga, tetapi besarannya diatur yang boleh dan tidak," kata Pasek Suardika, Rabu (25/4).
Anggota DPD RI ini menambahkan, dalam konsep-konsep Hindu juga dikenal sejumlah istilah perkoperasian seperti deposito, simpan pinjam, gadai, bagi hasil dan sebagainya. Dalam konsep Hindu namanya berbeda, namun sebenarnya yang dimaksud adalah sama dengan berbagai istilah dalam koperasi itu.
"Oleh karena itu, salah satu koperasi yang dibentuk warga Pasek (Koperasi Simpan Pinjam Sameton Pasek Meyadnya) akan mencoba menerapkan konsep-konsep Hindu sesuai dengan nama aslinya dan menjadi bagian dari proses mengembangkan usaha koperasi," ujar Pasek dalam acara Rapat Dengar Pendapat bertajuk ’Membangun Koperasi sebagai Sokoguru Kesejahteraan Bersama untuk Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia’ itu.
Pihaknya mengharapkan agar lebih banyak masyarakat Bali yang mau menggeluti usaha koperasi karena akan membuka lapangan kerja dan juga membantu pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
"Negara-negara tertentu yang kuat koperasinya, ekonominya juga sangat kuat, contohnya Swedia. Di sana jarang sekali terkena goncangan ekonomi, karena koperasi dimiliki oleh rakyatnya. Jutaan orang masuk dalam koperasi itu 'kan luar biasa," ucapnya yang juga Ketua Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) DPD itu.
Pasek mengingatkan agar gerakan koperasi tidak terlalu terfokus dengan hal-hal investasi besar, tetapi yang lebih penting itu dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat atau anggotanya.
"Koperasi menjadi penting karena ada gotong royong, ada kebersamaan dan kesamaan, sehingga ketika koperasi sukses, maka akan sukses bersama. Jika menerapkan konsep kapitalis murni, keuntungan akan terpusat pada orang yang punya, sedangkan yang lainnya menjadi karyawan," katanya.
Berbeda halnya dengan koperasi, ketika ada keuntungan maka keuntungan akan tertuju pada anggota sebagai pemilik koperasi."Saya harapkan anak-anak muda mulai menggeluti koperasi, sehingga budaya nongkrongnya pun menjadi lebih produktif," ucapnya yang juga politisi Partai Hanura itu.*ant
"Apa yang sudah berjalan digerakan koperasi selama ini, sebenarnya cukup banyak yang sesuai dengan konsep-konsep Hindu, misalnya dalam konsep Hindu juga mengenal pengenaan bunga, tetapi besarannya diatur yang boleh dan tidak," kata Pasek Suardika, Rabu (25/4).
Anggota DPD RI ini menambahkan, dalam konsep-konsep Hindu juga dikenal sejumlah istilah perkoperasian seperti deposito, simpan pinjam, gadai, bagi hasil dan sebagainya. Dalam konsep Hindu namanya berbeda, namun sebenarnya yang dimaksud adalah sama dengan berbagai istilah dalam koperasi itu.
"Oleh karena itu, salah satu koperasi yang dibentuk warga Pasek (Koperasi Simpan Pinjam Sameton Pasek Meyadnya) akan mencoba menerapkan konsep-konsep Hindu sesuai dengan nama aslinya dan menjadi bagian dari proses mengembangkan usaha koperasi," ujar Pasek dalam acara Rapat Dengar Pendapat bertajuk ’Membangun Koperasi sebagai Sokoguru Kesejahteraan Bersama untuk Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia’ itu.
Pihaknya mengharapkan agar lebih banyak masyarakat Bali yang mau menggeluti usaha koperasi karena akan membuka lapangan kerja dan juga membantu pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
"Negara-negara tertentu yang kuat koperasinya, ekonominya juga sangat kuat, contohnya Swedia. Di sana jarang sekali terkena goncangan ekonomi, karena koperasi dimiliki oleh rakyatnya. Jutaan orang masuk dalam koperasi itu 'kan luar biasa," ucapnya yang juga Ketua Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) DPD itu.
Pasek mengingatkan agar gerakan koperasi tidak terlalu terfokus dengan hal-hal investasi besar, tetapi yang lebih penting itu dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat atau anggotanya.
"Koperasi menjadi penting karena ada gotong royong, ada kebersamaan dan kesamaan, sehingga ketika koperasi sukses, maka akan sukses bersama. Jika menerapkan konsep kapitalis murni, keuntungan akan terpusat pada orang yang punya, sedangkan yang lainnya menjadi karyawan," katanya.
Berbeda halnya dengan koperasi, ketika ada keuntungan maka keuntungan akan tertuju pada anggota sebagai pemilik koperasi."Saya harapkan anak-anak muda mulai menggeluti koperasi, sehingga budaya nongkrongnya pun menjadi lebih produktif," ucapnya yang juga politisi Partai Hanura itu.*ant
Komentar