Korban Tewas Meledaknya Sumur Minyak Bertambah Menjadi 21 Orang
Korban tewas akibat meledaknya sumur bor minyak di Desa Pasir Putih, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Rabu (25/4) dinihari, bertambah jadi 21 orang.
ACEH TIMUR, NusaBali
Selain itu, ada 38 korban luka bakar yang masih dirawat di berbagai rumah sakit, Kamis (26/4)."Ada 21 korban meninggal dunia dan 38 terluka," ungkap Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, kepada wartawan, Kamis kemarin. Selain menelan korban nyawa, kata Sutopo, ada 55 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 198 jiwa harus mengungsi dari sekitar lokasi musibah.
Menurut Sutopo, pemerintah di Aceh telah memberikan bantuan kepada para korban. Di antaranya, bantuan berupa peralatan dapur, perlengkapan makan, paket kesehatan keluarga, tikar, selimut, dan lainnya.
Kobaran api di lokasi ledakan sumur bor minyak ilegal sudah padam, Kamis subuh sekitar pukul 05.00 WIB, setelah berkecamuk selama 27 jam. "Jam 05.00 WIB tadi (padamnya api). Tapi, gas masih terus keluar dari sumur minyak," ungkap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Ahmad Dadek, dilansir detikcom terpisah kemarin.
Api yang sempat membumbung setinggi 75 meter perlahan mengecil tahap demi tahap, sejak Rabu malam. Menjelang Subuh, api semakin redup hingga akhirnya padam dan hanya tinggal semburan gas. "Api padam sendiri, tapi gasnya masih kuat," jelas Dadek.
Musibah maut meledaknya sumur bor minyak itu sendiri terjadi Rabu dinihari sekitar pukul 01.30 WIB, ketika warga sedang ramai-ramai melakukan penggalian secara tradisional di sumur minyak ilegal tersebut. Peristiwa berawal dinihari pukul 00.01 WIB, di mana sumur bor minyak yang berlokasi di Jalan Pendidikan, Dusun Kamar Dingin, Desa Pasir Putih, Kecamatan Rantau Peureula berkedalaman 250 meter di dalam bumi terebut mengalami kelebihan produksi hasil minyak mentah.
Karena kelebihan produksi (nembak minyak) tersebut, banyak warga yang melakukan pengumpulan minyak di sekitar sumur bor tersebut untuk dimasuknnay ke dalam drum. Setengah jam kemudian, pukul 01.30 WIB, tiba-tiba muncul percikan api di sekitar lokasi sumur bor minyak tersebut. Api seketika menyambar areal pengeboran dan penampungan minyak mentah.
Semburan api begitu besar mengakibatkan puluhan orang yang berada di sekitar lokasi terbakar dan tidak sempat menyelamatkan diri. Sekitar pukul 02.30 WIB, dua unit mobil pemadam kebakaran dari wilayah Peureulak tiba di lokasi untuk memadamkan semburan api. Namun, hingga Rabu malam semburan api belum bisa dipadamkan. Jumlah korban tewas awalnya hanya 15 orang. Namun, data terakhir Kamis kemarin, jumlah korban tewas membengkak jadi 21 orang.
Sementara itu, Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mendorong agar kasus meledaknya sumur bor minyal yang merenggut 21 korban nyawa ini diusut tuntas. "Saya mengucapkan belasungkawa dan keprihatinan yang mendalam terhadap korban yang meninggal, keluarga korban,. dan korban yang mengalami luka-luka," kata Bamsoet dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis kemarin.
Bamsoet juga meminta Komisi VII DPR mendorong Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) upayakan Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) untuk bertanggung jawab, baik dalam memberikan bantuan maupun kerugian materi yang dialami para korban. "Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2015 tentang Pengelolaan Bersama Sumber Daya Alam Minyak Dan Gas Bumi di Aceh, bahwa seluruh sumber-sumber minyak dan gas di Aceh merupakan tanggung jawab BPMA," tegas politisi Golkar ini.
Bamsoet juga meminta Komisi III DPR dan Komisi VII DPR mendorong Polri, Kementerian ESDM, SKK Migas, dan pihak terkait segera menyelesaikan kasus ini. Menurut Bamsoet, kasus sumur minyak meledak bukan kali pertama terjadi di wilayah Aceh Timur. "Kasus serupa juga terjadi tahun 2015 dan 2017. Masih juga terdapat 8 sumur minyak ilegal di kawasan tersebut," sesal Bamsoet.
Bamsoet pun meminta Komisi VII DPR mendorong PT Pertamina untuk meng-ambil alih sumur-sumur minyak ilegal tersebut. Namun, PT Pertamina diminta mau memberikan kesempatan kepada warga setempat untuk menjadi karyawan. "Berikan kesempatan kepada warga sekitar untuk menjadi karyawannya, sehingga baik PT Pertamina maupun warga setempat dapat berkolaborasi dan sama-sama memperoleh manfaat," katanya. *
Selain itu, ada 38 korban luka bakar yang masih dirawat di berbagai rumah sakit, Kamis (26/4)."Ada 21 korban meninggal dunia dan 38 terluka," ungkap Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, kepada wartawan, Kamis kemarin. Selain menelan korban nyawa, kata Sutopo, ada 55 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 198 jiwa harus mengungsi dari sekitar lokasi musibah.
Menurut Sutopo, pemerintah di Aceh telah memberikan bantuan kepada para korban. Di antaranya, bantuan berupa peralatan dapur, perlengkapan makan, paket kesehatan keluarga, tikar, selimut, dan lainnya.
Kobaran api di lokasi ledakan sumur bor minyak ilegal sudah padam, Kamis subuh sekitar pukul 05.00 WIB, setelah berkecamuk selama 27 jam. "Jam 05.00 WIB tadi (padamnya api). Tapi, gas masih terus keluar dari sumur minyak," ungkap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Ahmad Dadek, dilansir detikcom terpisah kemarin.
Api yang sempat membumbung setinggi 75 meter perlahan mengecil tahap demi tahap, sejak Rabu malam. Menjelang Subuh, api semakin redup hingga akhirnya padam dan hanya tinggal semburan gas. "Api padam sendiri, tapi gasnya masih kuat," jelas Dadek.
Musibah maut meledaknya sumur bor minyak itu sendiri terjadi Rabu dinihari sekitar pukul 01.30 WIB, ketika warga sedang ramai-ramai melakukan penggalian secara tradisional di sumur minyak ilegal tersebut. Peristiwa berawal dinihari pukul 00.01 WIB, di mana sumur bor minyak yang berlokasi di Jalan Pendidikan, Dusun Kamar Dingin, Desa Pasir Putih, Kecamatan Rantau Peureula berkedalaman 250 meter di dalam bumi terebut mengalami kelebihan produksi hasil minyak mentah.
Karena kelebihan produksi (nembak minyak) tersebut, banyak warga yang melakukan pengumpulan minyak di sekitar sumur bor tersebut untuk dimasuknnay ke dalam drum. Setengah jam kemudian, pukul 01.30 WIB, tiba-tiba muncul percikan api di sekitar lokasi sumur bor minyak tersebut. Api seketika menyambar areal pengeboran dan penampungan minyak mentah.
Semburan api begitu besar mengakibatkan puluhan orang yang berada di sekitar lokasi terbakar dan tidak sempat menyelamatkan diri. Sekitar pukul 02.30 WIB, dua unit mobil pemadam kebakaran dari wilayah Peureulak tiba di lokasi untuk memadamkan semburan api. Namun, hingga Rabu malam semburan api belum bisa dipadamkan. Jumlah korban tewas awalnya hanya 15 orang. Namun, data terakhir Kamis kemarin, jumlah korban tewas membengkak jadi 21 orang.
Sementara itu, Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mendorong agar kasus meledaknya sumur bor minyal yang merenggut 21 korban nyawa ini diusut tuntas. "Saya mengucapkan belasungkawa dan keprihatinan yang mendalam terhadap korban yang meninggal, keluarga korban,. dan korban yang mengalami luka-luka," kata Bamsoet dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis kemarin.
Bamsoet juga meminta Komisi VII DPR mendorong Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) upayakan Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) untuk bertanggung jawab, baik dalam memberikan bantuan maupun kerugian materi yang dialami para korban. "Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2015 tentang Pengelolaan Bersama Sumber Daya Alam Minyak Dan Gas Bumi di Aceh, bahwa seluruh sumber-sumber minyak dan gas di Aceh merupakan tanggung jawab BPMA," tegas politisi Golkar ini.
Bamsoet juga meminta Komisi III DPR dan Komisi VII DPR mendorong Polri, Kementerian ESDM, SKK Migas, dan pihak terkait segera menyelesaikan kasus ini. Menurut Bamsoet, kasus sumur minyak meledak bukan kali pertama terjadi di wilayah Aceh Timur. "Kasus serupa juga terjadi tahun 2015 dan 2017. Masih juga terdapat 8 sumur minyak ilegal di kawasan tersebut," sesal Bamsoet.
Bamsoet pun meminta Komisi VII DPR mendorong PT Pertamina untuk meng-ambil alih sumur-sumur minyak ilegal tersebut. Namun, PT Pertamina diminta mau memberikan kesempatan kepada warga setempat untuk menjadi karyawan. "Berikan kesempatan kepada warga sekitar untuk menjadi karyawannya, sehingga baik PT Pertamina maupun warga setempat dapat berkolaborasi dan sama-sama memperoleh manfaat," katanya. *
1
Komentar