Temuan TBC di Bali Meningkat
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit yang menjadi fokus penanganan kesehatan di Indonesia.
Kadiskes: Obati Sampai Sembuh
DENPASAR, NusaBali
Sebab Indonesia menduduki peringkat kedua setelah India untuk kasus TBC terbanyak di di dunia. Di Bali sendiri, kasus TBC mengalami peningkatan dari tahun 2016 ke 2017, yakni dari 3.133 kasus menjadi 3.514 kasus.
Namun angka ini masih kecil dibandingkan prediksi TBC yang ada di Bali yaitu 13.000 kasus. Kasus yang baru ditemukan sekitar 26 persen atau sekitar 3.000 kasus. Ini artinya, masih ada 10.000 kasus TBC yang belum ditemukan dan berpotensi untuk menularkan. Sedangkan di seluruh Indonesia, diperkirakan ada 1 juta orang yang menderita TBC.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr I Ketut Suarjaya, MPPM mengatakan, belum bisa diberantasnya TBC karena ada sejumlah kendala yang dihadapi, yaitu TBC sangat susah ditemukan, karena banyak penderita mengalami gejala yang ringan tapi tidak mau berobat. Namun, ada juga masalah baru dari penanganan TBC seperti munculnya multi drug resisten (MDR), yakni resisten (kebal) terhadap obat TBC. “Kasus MDR tahun 2016 ditemukan 18 kasus dan tahun 2017 sebanyak 9 kasus. Maka dari itu strategi yang digunakan untuk dapat mengeliminasi TBC tahun 2030 di seluruh dunia yaitu dengan gerakan bersama menemukan semua kasus dan mengobati sampai sembuh,” ungkapnya, belum lama ini.
Sedangkan di sisi lain, banyak tenaga kesehatan yang tidak mencurigai bahwa kasus yang ditangani adalah kasus TBC, sehingga ada yang terlewatkan, atau pun kasus TBC diobati dengan obat yang lain sehingga menimbulkan resistensi atau kekebalan pada obat. “Ini juga menimbulkan risiko yang lebih besar sehingga kasus-kasus yang banyak yang seharusnya ada, itu tidak dapat ditangkap oleh tenaga kesehatan,” bebernya.
Sejalan dengan program Indonesia Sehat melalui pendekatan keluarga, dia meminta tenaga kesehatan untuk lebih pro aktif menemukan kasus. Tidak hanya menemukan kasus di puskesmas atau di rumah sakit saja, tapi juga memeriksa ke rumah-rumah penduduk. Selain itu petugas kesehatan juga diharapkan menghampiri ke rumah warga tersebut. Karena ada yang sudah ada gejala, tapi tidak datang ke pelayanan kesehatan. *ind
DENPASAR, NusaBali
Sebab Indonesia menduduki peringkat kedua setelah India untuk kasus TBC terbanyak di di dunia. Di Bali sendiri, kasus TBC mengalami peningkatan dari tahun 2016 ke 2017, yakni dari 3.133 kasus menjadi 3.514 kasus.
Namun angka ini masih kecil dibandingkan prediksi TBC yang ada di Bali yaitu 13.000 kasus. Kasus yang baru ditemukan sekitar 26 persen atau sekitar 3.000 kasus. Ini artinya, masih ada 10.000 kasus TBC yang belum ditemukan dan berpotensi untuk menularkan. Sedangkan di seluruh Indonesia, diperkirakan ada 1 juta orang yang menderita TBC.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr I Ketut Suarjaya, MPPM mengatakan, belum bisa diberantasnya TBC karena ada sejumlah kendala yang dihadapi, yaitu TBC sangat susah ditemukan, karena banyak penderita mengalami gejala yang ringan tapi tidak mau berobat. Namun, ada juga masalah baru dari penanganan TBC seperti munculnya multi drug resisten (MDR), yakni resisten (kebal) terhadap obat TBC. “Kasus MDR tahun 2016 ditemukan 18 kasus dan tahun 2017 sebanyak 9 kasus. Maka dari itu strategi yang digunakan untuk dapat mengeliminasi TBC tahun 2030 di seluruh dunia yaitu dengan gerakan bersama menemukan semua kasus dan mengobati sampai sembuh,” ungkapnya, belum lama ini.
Sedangkan di sisi lain, banyak tenaga kesehatan yang tidak mencurigai bahwa kasus yang ditangani adalah kasus TBC, sehingga ada yang terlewatkan, atau pun kasus TBC diobati dengan obat yang lain sehingga menimbulkan resistensi atau kekebalan pada obat. “Ini juga menimbulkan risiko yang lebih besar sehingga kasus-kasus yang banyak yang seharusnya ada, itu tidak dapat ditangkap oleh tenaga kesehatan,” bebernya.
Sejalan dengan program Indonesia Sehat melalui pendekatan keluarga, dia meminta tenaga kesehatan untuk lebih pro aktif menemukan kasus. Tidak hanya menemukan kasus di puskesmas atau di rumah sakit saja, tapi juga memeriksa ke rumah-rumah penduduk. Selain itu petugas kesehatan juga diharapkan menghampiri ke rumah warga tersebut. Karena ada yang sudah ada gejala, tapi tidak datang ke pelayanan kesehatan. *ind
Komentar