Hanura Juga Arahkan Dukung PAS-Sutji
Satu lagi parpol pemilik fraksi di DPRD Buleleng yang mengarahkan dukungan ke pasangan incumbent dari PDIP, Putu Agus Suradnyana-dr Nyoman Sutjidra alias PAS-Sutji, sebagai Calon Bupati (Cabup)-Calon Wakil Bupati (Cawabup) ke Pilkada Buleleng 2017.
Ikuti Jejak Partai NasDem yang Lebih Dulu Merapat
SINGARAJA, NusaBali
Setelah NasDem merapat, Senin (29/2) giliran Hanura yang sepakat masuk barian PDIP untuk usung PAS-Sutji.
Informasi yang dihimpun NusaBali, keputusan elite Hanura mendukung PAS-Sutji ini diambil dalam pertemuan seluruh anggota Fraksi Hanura di DPRD Buleleng, Senin sore. Keputusan tersebut pun langsung disampaikan kepada Putu Agus Suradnyana, figur incumbent yang masih menjabat Bupati Buleleng 2012-2017 dan sekaligus Ketua DPC PDIP Buleleng 2015-2020.
Ketua DPC Hanura Buleleng, Ketut Sumardhana, juga mengakui arah koalisi dengan PDIP menuju Pilkada 2017 ini. Sumardhana mengatakan, untuk lebih mematangkan koalisi dengan PDIP, akan ada pertemuan lebih lanjut bersama pengurus DPD Hanura Bali dan DPP Hanura.
“Ini sudah menjadi keputusan kami mengusung calon incumbent PAS-Sutji. Tinggal mematangkan lagi, seperti apa koalisinya nanti,” tegas Sumardhana saat dikonfirmasi NusaBali di Singaraja, tadi malam.
Hanura sendiri tidak mungkin usung paket calon sendiri ke Pilkada Buleleng 2017, karena hanya memiliki 6 kursi DPRD Buleleng 2014-2019 (kuasai 13,33 persen suara parlemen). Syarat minimal untuk usung paket calon sendiri adalah punya 20 persen suara parlemen.
Sebelum Hanura arahkan dukungan ke PAS-Sutji, Partai NasDem telah lebih dulu nyatakan merapat ke barisaan PDIP, sepekan lalu. NasDem saat ini memiliki 4 kursi DPRD Buleleng (8,89 persen suara parlemen). Nantinya, kalau jadi berkoalisi, NasDem dan Hanura akan bahu membahu dengan PDIP yang punya 15 kursi DPRD Buleleng (kuasai 33,33 persen suara parlemen) dalam memenangkan PAS-Sutji di Pilkada, Februari 2017 mendatang.
Mereka kemungkinan akan tarung head to head melawan Koalisi Bali Mandara (KBM), yang beranggotakan Golkar-Gerindra-Demokrat. Golkar memiliki 7 kursi DPRD Buleleng (kuasai 15,57 persen suara parlemen), sementara Gerindra dan Demokrat masing-masing memiliki 6 kursi DPRD Buleleng (kuasai 13,33 persen suara parlemen).
Sejauh ini, KBM belum terbentuk, demikian pula siapa yang akan diusung sebagai Cabup-Cawabup Buleleng ke Pilkada 2017. Wacana yang berkembang, kandidat non kader Ketut Rochineng bersaing dengan Ketua DPC Gerindra Buleleng, Jro Nyoman Ray Yusha, dalam berebut posisi Cabup Buleleng di KBM.
Sementara itu, sehari sebelum Hanura sepakat arahkan dukungan ke PAS-Sutji untuk Pilkada Buleleng 2017, salah satu kader elit partai tersebut, I Wayan Artha, sempat muncul dalam pertemuan antara Ketut Rochineng dengan Ketua DPD II Golkar Buleleng Nyoman Sugawa Korry, Ketua DPC Gerindra Buleleng Jro Nyoman Ray Yusha, dan Ketua DPC Demokrat Buleleng Luh Gede Herryani di Singaraja, Minggu (28/2). Pertemuan hari itu untuk penjajakan KBM menuju tarung Pilkada Buleleng 2017.
Wayan Artha merupakan politisi Hanura asal Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar, Buleleng yang sebelumnya menjadi Calon Wakil Bupati (Cawabup) Buleleng diusung Golkar dalam Pilkada 2012. Kala itu, dia jadi pendamping I Gede Ariadi (putra mantan Bupati Putu Bagiada) yang menempati posisi Calon Bupati (Cabup) Buleleng. Dalam Pilkada Buleleng 2012, Ariadi-Artha dikalahkan PAS-Sutji yang diusung PDIP.
Kehadiran Wayan Artha dalam pertemuan Golkar-Gerindra-Demokrat yang dihadiri pula Ketut Rochineng (birokrat Pemprov Bali asal Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng) hari itu kontan mengundang polemik. Sebab, itu ditangkap sebagai sebuah indikasi kalau Hanura bakal mengarahkan dukungannya kepada Ketut Rochineng atau Jro Nyoman Ray Yusha, yang bersaing berebut posisi Cabup Buleleng di KBM.
Namun, kepergian Wayan Artha secara mendadak sebelum pertemuan usai, juga menimbulkan spekulasi lain. Saat dikonfirmasi NusaBali di Singaraja, Senin kemarin, Wayan Artha menepis semua indikasi politik dari kehadirannya dalam pertemuan Golkar-Gerindra-Demokrat. Dia berdalih hadir di pertemuan itu tidak mewakili partai, melainkan secara pribadi atas undangan dari Golkar.
“Tidak ada bawa nama Partai Hanura, saya hadir karena diundang secara pribadi oleh kawan di Golkar. Karena saya baik dengan semua teman politik, ya saya hadir. Dan, saya tidak menyampaikan apa pun. Saya hanya memenuhi undangan saja,” tegas mantan Wakil Ketua DPRD Buleleng 2009-2014 dari Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) ini.
Lantas, kenapa kabur sebelum pertemuan berakhir? Menurut Wayan Artha, dia tinggalkan pertemuan sebelum berakhir, karena sudah agendakan reses di salah satu desa wilayah Kecamatan Banjar. “Tidak kabur sebenarnya, karena saya sudah janji mengadakan reses pukul 13.00 Wita. Semua warga sudah menunggu, jadi saya harus pamit duluan,” dalihnya. 7 k19
1
Komentar