Warga Bisa Tukar Sampah dengan Barang
Yayasan Bali Kumara Amlapura melakukan inovasi dalam memberdayakan warga tak mampu, yakni dengan membangun bank sampah.s
Bank Sampah Milik Yayasan Bali Kumara
AMLAPURA, NusaBali
Lewat Bank Sampah BaliKu, warga bisa menjual sampah jenis plastik, kaleng, kardus dan lainnya. Hasil penjualan bisa dinikmati langsung warga dengan menukarkannya dengan berbagai bahan kebutuhan sehari-hari.
Salah satu pendiri sekaligus Ketua Yayasan Bali Kumara Amlapura ,Ni Made Laba Dwikarini mengungkapkan hal tersebut di sela-sela HUT ke-3 Yayasan Bali Kumara Amlapura di Lingkungan Dukuh, Kelurahan Padangkerta, Karangasem, Sabtu (28/4).
Menurutnya, sejak 1 April 2016 pihaknya membuka bank sampah dan warga bisa menjual sampah yang masih bernilai ekonomis, lalu uangnya ditabung dan ditarik jelang Hari Raya Galungan. “Namun seiring berjalannya waktu, warga merasa menanti tabungannya terlalu lama. Makanya formatnya diubah. Setiap saat warga bisa jual sampah dan langsung bisa menukarkannya dengan berbagai barang kebutuhan sehari-hari,” kata Dwikarini.
Tersedia barang kebutuhan sehari-hari, seperti sabun mandi, sabun cuci, mie instant, minyak goreng, beras, gula, kopi, snack, pasta gigi dan sebagainya. Program ini berlaku mulai, Sabtu (28/4) tepat saat puncak peringatan HUT ke-3 Yayasan Bali Kumara. Kebutuhan pokok yang tersedia berasal dari iuran anggota, CSR Pru Citra milik dr Losen Adnyana dokter spesialis dalam di RSUP Sanglah Denpasar, dan modal simpan pinjam. Nantinya pelayanan jual beli sampah dilayani pada Selasa-Jumat, pukul 08.00 Wita-10.00 Wita.
"Kami peduli masyarakat miskin dikemas peduli lingkungan dengan memilah sampah, bernilai ekonomis. Sampah itu dijual, langsung diganti dengan kebutuhan yang telah tersedia," jelas Dwikarini yang juga Sekretaris Camat Selat ini.
Dalam HUT kemarin juga dihadiri Kepala Dinas Sosial Karangasem Ni Ketut Puspa Kumari. Yayasan Bali Kumara Amlapura sendiri awalnya dirintis tiga orang, yakni Ni Made Laba Dwikarini, I Wayan Suartawan, dan Putu Suri sejak 1 April 2015. Yayasan menghimpun anggotanya, disepakati melakukan iuran wajib per bulan Rp 20.000, berasal dari 152 donatur. Setelah terkumpul dana, maka memulai melakukan gerakan peduli sosial, seperti membantu siswa miskin, penyandang disabilitas, melakukan edukasi ke sekolah-sekolah terutama ke sekolah SD terpencil. *k16
AMLAPURA, NusaBali
Lewat Bank Sampah BaliKu, warga bisa menjual sampah jenis plastik, kaleng, kardus dan lainnya. Hasil penjualan bisa dinikmati langsung warga dengan menukarkannya dengan berbagai bahan kebutuhan sehari-hari.
Salah satu pendiri sekaligus Ketua Yayasan Bali Kumara Amlapura ,Ni Made Laba Dwikarini mengungkapkan hal tersebut di sela-sela HUT ke-3 Yayasan Bali Kumara Amlapura di Lingkungan Dukuh, Kelurahan Padangkerta, Karangasem, Sabtu (28/4).
Menurutnya, sejak 1 April 2016 pihaknya membuka bank sampah dan warga bisa menjual sampah yang masih bernilai ekonomis, lalu uangnya ditabung dan ditarik jelang Hari Raya Galungan. “Namun seiring berjalannya waktu, warga merasa menanti tabungannya terlalu lama. Makanya formatnya diubah. Setiap saat warga bisa jual sampah dan langsung bisa menukarkannya dengan berbagai barang kebutuhan sehari-hari,” kata Dwikarini.
Tersedia barang kebutuhan sehari-hari, seperti sabun mandi, sabun cuci, mie instant, minyak goreng, beras, gula, kopi, snack, pasta gigi dan sebagainya. Program ini berlaku mulai, Sabtu (28/4) tepat saat puncak peringatan HUT ke-3 Yayasan Bali Kumara. Kebutuhan pokok yang tersedia berasal dari iuran anggota, CSR Pru Citra milik dr Losen Adnyana dokter spesialis dalam di RSUP Sanglah Denpasar, dan modal simpan pinjam. Nantinya pelayanan jual beli sampah dilayani pada Selasa-Jumat, pukul 08.00 Wita-10.00 Wita.
"Kami peduli masyarakat miskin dikemas peduli lingkungan dengan memilah sampah, bernilai ekonomis. Sampah itu dijual, langsung diganti dengan kebutuhan yang telah tersedia," jelas Dwikarini yang juga Sekretaris Camat Selat ini.
Dalam HUT kemarin juga dihadiri Kepala Dinas Sosial Karangasem Ni Ketut Puspa Kumari. Yayasan Bali Kumara Amlapura sendiri awalnya dirintis tiga orang, yakni Ni Made Laba Dwikarini, I Wayan Suartawan, dan Putu Suri sejak 1 April 2015. Yayasan menghimpun anggotanya, disepakati melakukan iuran wajib per bulan Rp 20.000, berasal dari 152 donatur. Setelah terkumpul dana, maka memulai melakukan gerakan peduli sosial, seperti membantu siswa miskin, penyandang disabilitas, melakukan edukasi ke sekolah-sekolah terutama ke sekolah SD terpencil. *k16
1
Komentar