Calon DPD RI Menyusut karena Mahal di Ongkos
Calon anggota DPD RI Dapil Bali 2019 menyusut drastis dibanding saat Pileg 2014 yang mencapai 41 orang. Kali ini, hanya 23 kandidat calon DPD RI yang berkas persyaratan dukungannya diterima KPU Bali.
DENPASAR, NusaBali
Itu pun, mereka belum tentu semua lolos jadi calon, karena masih harus dilakukan verifikasi faktual. Menyusutnya jumlah kandidat yang melamar ini, salah satu faktor utamanya, karena mahalnya ongkos ta-rung Pileg.
Pengamat Politik dan Pemilu dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, Dr I Nyoman Subanda Msi, mengarakan mahalnya ongkos itu terutama ketika calon DPD RI sosialisasi ke kabupaten/kota se-Bali. “Faktor finansial mungkin menjadi persoalan paling mendasar, sehingga banyak tokoh kurang minat maju tarung ke DPD RI Dapil Bali,” ujar Dr Subanda kepada NusaBali di Denpasar, Ju-mat (27/4).
Subanda menyebutkan, dari hasil survei yang dilakukannya selaku akademisi, ongkos maju tarung sebagai caleg atau calon DPD RI sangat mahal, bisa mencapai miliran rupiah. “Bayangkan, untuk sosialisasi ke kabupaten/kota bagi seorang calon anggota DPD RI perlu ratusan juta bahkan miliaran rupiah. Sebab, harua membuat alat peraga sampai konsumsi juga,” katanya.
Menurut Subanda, biaya sebesar itu mau tak mau harus mereka keluarkan, untuk mendulang suara. Kalau tidak sosialisasi, maka tak ada yang mengenal sang calon. “Ini mahal di ongkos. Tapi, mau bagaimana lagi. Kandidat mau tak mau harus sosialisasi,” ujar pria asal Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Selain menyangkut hitung-hitungan finansial karena besarnya ongkos, masalah pesaing yang dinilai sangat berat dan sulit dikalahkan, juga jadi faktor minimnya jumlah kandidat calon DPD RI Dapil Bali ke Pileg 2019. “Mulai dari adanya kekhawatiran sejumlah petarung politik berstatus incumbent maju lagi, hingga kandidat kuat macam Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan mantan Bupati Badung AA Gde Agung maju tarung ke Senayan, ikut menjadi faktor,” kata Subanda.
“Mereka yang new comer berhitung betul soal calon lawan. Mereka juga khawatir kalau maju lawan petarung ‘Gajah’ dan incumbent, perjuangannya akan sia-sia saja. Kecuali memang punya basis massa jelas, mereka nggak takut bersaing. Artinya, mereka berani menjadi penantang,” katanya.
Faktor lainnya lagi yang jadi penyebab minimnya pelamar calon DPD RI Dapil Bali, kata Subanda, karena banyak kandidat yang beralih ke jalur partai politik dalam pileg 2019. Bahkan, dua anggota DPD RI Dapil Bali 2014-2019, Gede Pasek Suardika dan Kadek Lolak Arimbawa, juga banting haluan maju ke DPR RI Dapil Bali dalam Pileg 2019 mendatang. Kedua politisi Hanura ini maju berebut kursi DPR RI dengan kendaraan partainya.
“Pasek Suardika dan Lolak Arimbawa memilih jalur parpol dengan berkarier di DPR RI. Cerdiknya, Lolak Arimbawa mendorong istrinya (Ni Made Suastini alias Dek Ulik, Red) maju tarung ke DPD RI Dapil bali dalam Pileg 2019,” tandas Subanda.
Saat ini, ada 23 kandidat calon DPD RI Dapil Bali yang berkat sayat dukungannya telah diterima KPU dan menunggu verifikasi faktual. Dua di antara mereka adalah kandidat incumbent: Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna (politisi PNIM asal Puri Tegeh Kori yang kini anggota DPD RI Dapil Bali 2014-2019) dan AA Ngurah Oka Ratmadi alias Cok Rat (politisi gaek PDIP asal Puri Satria Denpasar yang kini anggota DPD RI Dapil Bali 2014-2019).
Bahkan, dua tokoh beken juga ikut berebut kursi DPD RI Dapil Bali dalam Pileg 2019, yakni Made Mangku Pastika (pensiunan Jenderal Polisi Bintang Tiga asal Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng yang menjabat Gubernur Bali 2008-2013, 2013-2018) dan AA Gde Agung (tokoh Puri Ageng Mengwi yang mantan Bupati Badung 2005-2010, 2010-2015).
Dari 23 kandidat yang lolos ke tahap verifikasi faktual itu, 3 orang di antaranya adalah Srikandi (tokoh perempuan). Mereka masing-masing Dewa Ayu Putu Sri Wigunawati (Srikandi Golkar asal Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana yang kini Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia Provinsi Bali), Ni Made Suastini (Srikandi Hanura asal Desa Kamasan, Kecamatan Klungkung yang juga Diva Pop Bali dengan nama beken Dek Ulik), dan Ni Made Ayu Sriwathi.
Sedangkan kandidat calon DPD RI Dapil Bali lainnya adalah Dewa Made Suamba Negara (mantan Sekretaris DPD I Golkar Bali 2005-2010), I Nengah Wiratha (politisi Hanura asal Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Badung yang mantan anggota DPD RI Dapil Bali 2009-2014), I Gede Putu Lanang Darma Wiweka alias Lanang Botak (musiai personel Band Lolot asal Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Buleleng), I Gusti Ngurah Harta (sesepuh Sandhi Murthi), I Ketut Suardiana (politisi Hanura mantan anggota Fraksi PDIP DPRD Tabanan dua periode), I Gede Satwika Yadnya (Dirut PD Pasar Buleleng), Ngurah Sugiartha (advokat asal Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng), Bagus Made Wirajaya (anggota DPRD Denpasar), I Ketut Putra Ismaya (tokoh asal Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng yang kini Sekjen DPP Laskar Bali), Gede Ngurah Ambara Putra (pengusaha asal Desa Sumerta Kaja, Kecamatan Denpasar Timur), Ida Bagus Ketut Purbanegara (seniman asal Desa Buduk, Kecamatan Mengwi, Badung), I Nyoman Sukrayasa (politisi P
DIP-advokat asal Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng), I Nengah Manumudita (tokoh asal Desa/Kecamatan Penebel, Tabanan yang kini Ketua Himpunan Nelayan Bali), I Wayan Adnyana (kader Hanura asal Desa Menanga, Kecamatan Rendang, Karangasem), I Gusti Made Ngurah (tokoh asal Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar), dan Haji Bambang Santoso (tokoh muslim yang kini Ketua Dewan Masjid Bali). *nat
Itu pun, mereka belum tentu semua lolos jadi calon, karena masih harus dilakukan verifikasi faktual. Menyusutnya jumlah kandidat yang melamar ini, salah satu faktor utamanya, karena mahalnya ongkos ta-rung Pileg.
Pengamat Politik dan Pemilu dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, Dr I Nyoman Subanda Msi, mengarakan mahalnya ongkos itu terutama ketika calon DPD RI sosialisasi ke kabupaten/kota se-Bali. “Faktor finansial mungkin menjadi persoalan paling mendasar, sehingga banyak tokoh kurang minat maju tarung ke DPD RI Dapil Bali,” ujar Dr Subanda kepada NusaBali di Denpasar, Ju-mat (27/4).
Subanda menyebutkan, dari hasil survei yang dilakukannya selaku akademisi, ongkos maju tarung sebagai caleg atau calon DPD RI sangat mahal, bisa mencapai miliran rupiah. “Bayangkan, untuk sosialisasi ke kabupaten/kota bagi seorang calon anggota DPD RI perlu ratusan juta bahkan miliaran rupiah. Sebab, harua membuat alat peraga sampai konsumsi juga,” katanya.
Menurut Subanda, biaya sebesar itu mau tak mau harus mereka keluarkan, untuk mendulang suara. Kalau tidak sosialisasi, maka tak ada yang mengenal sang calon. “Ini mahal di ongkos. Tapi, mau bagaimana lagi. Kandidat mau tak mau harus sosialisasi,” ujar pria asal Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Selain menyangkut hitung-hitungan finansial karena besarnya ongkos, masalah pesaing yang dinilai sangat berat dan sulit dikalahkan, juga jadi faktor minimnya jumlah kandidat calon DPD RI Dapil Bali ke Pileg 2019. “Mulai dari adanya kekhawatiran sejumlah petarung politik berstatus incumbent maju lagi, hingga kandidat kuat macam Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan mantan Bupati Badung AA Gde Agung maju tarung ke Senayan, ikut menjadi faktor,” kata Subanda.
“Mereka yang new comer berhitung betul soal calon lawan. Mereka juga khawatir kalau maju lawan petarung ‘Gajah’ dan incumbent, perjuangannya akan sia-sia saja. Kecuali memang punya basis massa jelas, mereka nggak takut bersaing. Artinya, mereka berani menjadi penantang,” katanya.
Faktor lainnya lagi yang jadi penyebab minimnya pelamar calon DPD RI Dapil Bali, kata Subanda, karena banyak kandidat yang beralih ke jalur partai politik dalam pileg 2019. Bahkan, dua anggota DPD RI Dapil Bali 2014-2019, Gede Pasek Suardika dan Kadek Lolak Arimbawa, juga banting haluan maju ke DPR RI Dapil Bali dalam Pileg 2019 mendatang. Kedua politisi Hanura ini maju berebut kursi DPR RI dengan kendaraan partainya.
“Pasek Suardika dan Lolak Arimbawa memilih jalur parpol dengan berkarier di DPR RI. Cerdiknya, Lolak Arimbawa mendorong istrinya (Ni Made Suastini alias Dek Ulik, Red) maju tarung ke DPD RI Dapil bali dalam Pileg 2019,” tandas Subanda.
Saat ini, ada 23 kandidat calon DPD RI Dapil Bali yang berkat sayat dukungannya telah diterima KPU dan menunggu verifikasi faktual. Dua di antara mereka adalah kandidat incumbent: Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna (politisi PNIM asal Puri Tegeh Kori yang kini anggota DPD RI Dapil Bali 2014-2019) dan AA Ngurah Oka Ratmadi alias Cok Rat (politisi gaek PDIP asal Puri Satria Denpasar yang kini anggota DPD RI Dapil Bali 2014-2019).
Bahkan, dua tokoh beken juga ikut berebut kursi DPD RI Dapil Bali dalam Pileg 2019, yakni Made Mangku Pastika (pensiunan Jenderal Polisi Bintang Tiga asal Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng yang menjabat Gubernur Bali 2008-2013, 2013-2018) dan AA Gde Agung (tokoh Puri Ageng Mengwi yang mantan Bupati Badung 2005-2010, 2010-2015).
Dari 23 kandidat yang lolos ke tahap verifikasi faktual itu, 3 orang di antaranya adalah Srikandi (tokoh perempuan). Mereka masing-masing Dewa Ayu Putu Sri Wigunawati (Srikandi Golkar asal Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana yang kini Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia Provinsi Bali), Ni Made Suastini (Srikandi Hanura asal Desa Kamasan, Kecamatan Klungkung yang juga Diva Pop Bali dengan nama beken Dek Ulik), dan Ni Made Ayu Sriwathi.
Sedangkan kandidat calon DPD RI Dapil Bali lainnya adalah Dewa Made Suamba Negara (mantan Sekretaris DPD I Golkar Bali 2005-2010), I Nengah Wiratha (politisi Hanura asal Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Badung yang mantan anggota DPD RI Dapil Bali 2009-2014), I Gede Putu Lanang Darma Wiweka alias Lanang Botak (musiai personel Band Lolot asal Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Buleleng), I Gusti Ngurah Harta (sesepuh Sandhi Murthi), I Ketut Suardiana (politisi Hanura mantan anggota Fraksi PDIP DPRD Tabanan dua periode), I Gede Satwika Yadnya (Dirut PD Pasar Buleleng), Ngurah Sugiartha (advokat asal Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng), Bagus Made Wirajaya (anggota DPRD Denpasar), I Ketut Putra Ismaya (tokoh asal Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng yang kini Sekjen DPP Laskar Bali), Gede Ngurah Ambara Putra (pengusaha asal Desa Sumerta Kaja, Kecamatan Denpasar Timur), Ida Bagus Ketut Purbanegara (seniman asal Desa Buduk, Kecamatan Mengwi, Badung), I Nyoman Sukrayasa (politisi P
DIP-advokat asal Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng), I Nengah Manumudita (tokoh asal Desa/Kecamatan Penebel, Tabanan yang kini Ketua Himpunan Nelayan Bali), I Wayan Adnyana (kader Hanura asal Desa Menanga, Kecamatan Rendang, Karangasem), I Gusti Made Ngurah (tokoh asal Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar), dan Haji Bambang Santoso (tokoh muslim yang kini Ketua Dewan Masjid Bali). *nat
1
Komentar