Ritual Nyuwun Pajegan 3 Meter ke Samuan Tiga
Puncak Karya Ngusaba Ida Batara Turun Kabeh di Pura Kahyangan Jagat Samuan Tiga, Desa Pakraman Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar pada purwani (sehari sebelum) Purnamaning Jiysta, Minggu (29/4), mengundang daya tarik tersendiri.
GIANYAR, NusaBali
Ada ritual nyuwun banten pajegan setiggi 3 meter dengan berat mencapai 50 kilogram menuju Pura Samuan Tiga.Salah satu banten pajegan dengan tinggi 3 meter ini disuwun I Gusti Ayu Nyoman Mudiani, yang notabene istri dari Bendesa Pakraman Bedulu I Gusti Ngurah Serana. Banten pajegan menjulang tinggi ini sudah siap disuwun IGA Mudiani dari rumahnya di Banjar Batulumbang, Desa Pakraman Bedulu menuju Pura Samuan Tiga yang berjarak sekitar 500 meter. Ritual nyuwun banten pajegan tinggi dengan jalan kaki darei rumah ke pura ini ditempuh dalam waktu 20 menit.
Sebagai langkah antisipasi, dalam perjalanan dari rumah ke Pura Samuan Tiga, IGA Mudiani dikawal oleh keluarga dan beberapa tetangga. "Istri saya ini kuat. Tiap tahun dia rutin nyuwun banten pajegan menjulang tinggi. Sesuai kepercayaan juga, saat nyuwun banten ini dipercaya ada kekuatan ekstra yang dirasakan. Sehingga astungkara tidak pernah sampai jatuh," papar suami dari IGA Mudiani, I Gusti Ngurah Serana, kepada NusaBali.
Ada beberapa hal yang menjadi keunikan banten pajegan menjulang tinggi dengan berat 50 kilogram ini. Mulai dari proses pembuatannya hingga cara nyuwun ke Pura Samuan Tiga sarat akan makna. Menurut IGN Serana, pembuatan banten pajegan setinggi 3 meter ini memerlukan waktu 2 hari. Namun, persiapan bahan-bahan upakaranya sudah dilakukan selama seminggu terakhir. Sebab, jajan yang dipakai banten harus dibuat secara tradisional di rumahnya, terutama jajan catut dan jajan taluh kakul.
Selebihnya, bisa dibeli di pasar seperti jaja iwel dan satuh. Begitu pula dengan aneka buah-buahan yang dipasang dalam banten pajegan. Sedangkan untuk pisang, yang dipakai adalah khusus biu gancan yang dipetiknya dari kebunnya. "Ada 3 ijas biu gancan yang kita pakai," jelas IGN Serana kepada NusaBali.
Selain pisang, buah lokal yang dipakai dalam banten pajegan ini adalah tebu. Seperti layaknya banten pajegan, buah pisang diletakkan di posisi paling bawah atau di atas wanci. Selanjutnya, penataan aneka buah dan tebu diatur sedemikian rupa, sehingga tampak indah dan kaitannya juga kuat. "Sekitar 1 meter bagian bawah untuk buah, selanjutnya bagian atas diposisikan untuk jajan," papar IGN Serana.
Nah, yang tak kalah menarik adalah penataan ayam panggang tepat di bagian depan banten pajegan. Bukan tanggung-tanggung, banten pajegan IGA Mudiani diisi dengan 9 ekor ayam panggang. "Makanya, banyak sebut ini pajegan ayam panggang tegeh, karena ayam panggangnya terlihat mendominasi," katanya.
Jumlah ayam panggang yang digunakan dalam banten pajegan tidak ada satu keharusan. Jumlahnya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. "Istri saya kebetulan pakai 9 ekor ayam panggang. Tidak ada maksud khusus, tapi segitu paling pas. Tahun lalu, bahkan pasang 11 ekor ayam panggang, tapi ternyata formasinya kurang bagus. Antara ayam satu dengan yang lain terlalu mepet."
Bagian lain dari banten pajegan menjulang tinggi yang tak kalah penting adalah porosnya di baha bahan bukan dari kayu maupun gabus, melainkan berupa pelepah pohon enau yang dikeringkan. Proses pengeringan pun memerlukan waktu sekitar setahun.
"Setelah kering, pelepah dauh enau ini dijadikan poros. Disebut pupug, tingginya sekitar 2-3 meter, dengan diameer 8-10 cm," jelasnya. Pupug ini, kata IGN Serana, hanya bisa dipakai 5 kali atau 5 tahun---Karya Ngusaba Ida Batara Turun Kabeh di Pura Samuan Tiga digelar setahun sekali. "Tahun ini kebetulan pupugnya sudah 5 kali kami pakai. Saya segera akan cari pelepah enau untuk pupug tahun depan," tandas IGN Serana.
Sementara itu, proses penataan banten pajengan setinggi 3 meter dan berat 50 kilogram ini dilakukan selama 2 hari. Penataan dilakukan IGN Serana bersama sang istri, IGA Mudiani, dan tiga anaknya. Banten pahegan menjulang tinggi ini sudah siap disuwun dari rumah menuju Pura Samuan Tiga, Minggu pagi pukul 08.00 Wita. *nvi
Ada ritual nyuwun banten pajegan setiggi 3 meter dengan berat mencapai 50 kilogram menuju Pura Samuan Tiga.Salah satu banten pajegan dengan tinggi 3 meter ini disuwun I Gusti Ayu Nyoman Mudiani, yang notabene istri dari Bendesa Pakraman Bedulu I Gusti Ngurah Serana. Banten pajegan menjulang tinggi ini sudah siap disuwun IGA Mudiani dari rumahnya di Banjar Batulumbang, Desa Pakraman Bedulu menuju Pura Samuan Tiga yang berjarak sekitar 500 meter. Ritual nyuwun banten pajegan tinggi dengan jalan kaki darei rumah ke pura ini ditempuh dalam waktu 20 menit.
Sebagai langkah antisipasi, dalam perjalanan dari rumah ke Pura Samuan Tiga, IGA Mudiani dikawal oleh keluarga dan beberapa tetangga. "Istri saya ini kuat. Tiap tahun dia rutin nyuwun banten pajegan menjulang tinggi. Sesuai kepercayaan juga, saat nyuwun banten ini dipercaya ada kekuatan ekstra yang dirasakan. Sehingga astungkara tidak pernah sampai jatuh," papar suami dari IGA Mudiani, I Gusti Ngurah Serana, kepada NusaBali.
Ada beberapa hal yang menjadi keunikan banten pajegan menjulang tinggi dengan berat 50 kilogram ini. Mulai dari proses pembuatannya hingga cara nyuwun ke Pura Samuan Tiga sarat akan makna. Menurut IGN Serana, pembuatan banten pajegan setinggi 3 meter ini memerlukan waktu 2 hari. Namun, persiapan bahan-bahan upakaranya sudah dilakukan selama seminggu terakhir. Sebab, jajan yang dipakai banten harus dibuat secara tradisional di rumahnya, terutama jajan catut dan jajan taluh kakul.
Selebihnya, bisa dibeli di pasar seperti jaja iwel dan satuh. Begitu pula dengan aneka buah-buahan yang dipasang dalam banten pajegan. Sedangkan untuk pisang, yang dipakai adalah khusus biu gancan yang dipetiknya dari kebunnya. "Ada 3 ijas biu gancan yang kita pakai," jelas IGN Serana kepada NusaBali.
Selain pisang, buah lokal yang dipakai dalam banten pajegan ini adalah tebu. Seperti layaknya banten pajegan, buah pisang diletakkan di posisi paling bawah atau di atas wanci. Selanjutnya, penataan aneka buah dan tebu diatur sedemikian rupa, sehingga tampak indah dan kaitannya juga kuat. "Sekitar 1 meter bagian bawah untuk buah, selanjutnya bagian atas diposisikan untuk jajan," papar IGN Serana.
Nah, yang tak kalah menarik adalah penataan ayam panggang tepat di bagian depan banten pajegan. Bukan tanggung-tanggung, banten pajegan IGA Mudiani diisi dengan 9 ekor ayam panggang. "Makanya, banyak sebut ini pajegan ayam panggang tegeh, karena ayam panggangnya terlihat mendominasi," katanya.
Jumlah ayam panggang yang digunakan dalam banten pajegan tidak ada satu keharusan. Jumlahnya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. "Istri saya kebetulan pakai 9 ekor ayam panggang. Tidak ada maksud khusus, tapi segitu paling pas. Tahun lalu, bahkan pasang 11 ekor ayam panggang, tapi ternyata formasinya kurang bagus. Antara ayam satu dengan yang lain terlalu mepet."
Bagian lain dari banten pajegan menjulang tinggi yang tak kalah penting adalah porosnya di baha bahan bukan dari kayu maupun gabus, melainkan berupa pelepah pohon enau yang dikeringkan. Proses pengeringan pun memerlukan waktu sekitar setahun.
"Setelah kering, pelepah dauh enau ini dijadikan poros. Disebut pupug, tingginya sekitar 2-3 meter, dengan diameer 8-10 cm," jelasnya. Pupug ini, kata IGN Serana, hanya bisa dipakai 5 kali atau 5 tahun---Karya Ngusaba Ida Batara Turun Kabeh di Pura Samuan Tiga digelar setahun sekali. "Tahun ini kebetulan pupugnya sudah 5 kali kami pakai. Saya segera akan cari pelepah enau untuk pupug tahun depan," tandas IGN Serana.
Sementara itu, proses penataan banten pajengan setinggi 3 meter dan berat 50 kilogram ini dilakukan selama 2 hari. Penataan dilakukan IGN Serana bersama sang istri, IGA Mudiani, dan tiga anaknya. Banten pahegan menjulang tinggi ini sudah siap disuwun dari rumah menuju Pura Samuan Tiga, Minggu pagi pukul 08.00 Wita. *nvi
1
Komentar