Koreografi Lingkungan Jadi Sajian Peringatan Hari Tari Sedunia
Peringatan hari tari sedunia diperingati di ISI Denpasar, Minggu(29/4).
DENPASAR, NusaBali
Berbagai kegiatan kesenian digelar. Salah satu di antaranyaempat garapan koreografi lingkungan karya mahasiswa semester VI.Empat koreografi itu berjudul Selfie, Malukat, Yoga, danProsotan. Panitia perayaan Hari Tari Sedunia, Prof I Wayan Dibia,mengatakan, empat garapan koreografi tersebut menggunakan konteks spesifik, yakni sebuah koreografi yang menggunakan pendekatanmemakai tempat-tempat khusus yang hanya bisa digunakan untukpementasan itu sendiri. “Artinya ketika garapan yang sudah dihasilkanitu dipindahkan ke tempat lain, dia tidak akan hidup lagi,” ujarnya, kemarin.Menurutnya, ini merupakan sebuah pendekatan koreografi untuk memperkaya wawasan mahasiswa.
Hasil koreografi ini dipilih dari semester VI untuk kepentingan Hari Tari Sedunia dengan lokasi yangberbeda. “Selain koreografi di dalam gedung, mereka juga supaya bisamengadaptasi lingkungan, merespons lingkungan yang ada dan dijadikan sebuah garapan koreografi,” ungkap Prof Dibia.
Koreografi eksplorasi lingkungan, menurut Prof Dibia lebih susah ketimbang koreografi panggung. Pencipta karya harus menangkap suasana lingkungan dan menjadikannya karya koreografi dengan bahasa tubuh yang murni. Eksplorasi tempat itu bisa berdasarkan kenangan dan pengalaman masa kecil. “Ketika mereka membawa koreografi panggung ke sana, jadinya tidak akan hidup. Mereka harus menangkap suasana lingkungan.Kelihatannya gampang, tapi sulit dengan bahasa tubuh yang murni,”
katanya.
Selain karya koreografi, peringatan Hari Tari Sedunia juga diisi dengan berbagai macam kesenian. Ada yang menampilkan karya-karya yang sudah ada. Ada pula dosen senior yang ikut menari. Seluruhnya sedang bersukacita menyambut perayaan hari tari.
Perayaan hari tari bagi Prof Dibia sendiri, sebagai wujud syukur karena tari adalah media yang universal. “Kita ingin bersyukur dan menghormati bahwa tari sebagai sebuah budaya universal. Kita bangun kesadaran bahwa tari adalah bagian dari kehidupan kita,” tandasnya. 7 ind
Hasil koreografi ini dipilih dari semester VI untuk kepentingan Hari Tari Sedunia dengan lokasi yangberbeda. “Selain koreografi di dalam gedung, mereka juga supaya bisamengadaptasi lingkungan, merespons lingkungan yang ada dan dijadikan sebuah garapan koreografi,” ungkap Prof Dibia.
Koreografi eksplorasi lingkungan, menurut Prof Dibia lebih susah ketimbang koreografi panggung. Pencipta karya harus menangkap suasana lingkungan dan menjadikannya karya koreografi dengan bahasa tubuh yang murni. Eksplorasi tempat itu bisa berdasarkan kenangan dan pengalaman masa kecil. “Ketika mereka membawa koreografi panggung ke sana, jadinya tidak akan hidup. Mereka harus menangkap suasana lingkungan.Kelihatannya gampang, tapi sulit dengan bahasa tubuh yang murni,”
katanya.
Selain karya koreografi, peringatan Hari Tari Sedunia juga diisi dengan berbagai macam kesenian. Ada yang menampilkan karya-karya yang sudah ada. Ada pula dosen senior yang ikut menari. Seluruhnya sedang bersukacita menyambut perayaan hari tari.
Perayaan hari tari bagi Prof Dibia sendiri, sebagai wujud syukur karena tari adalah media yang universal. “Kita ingin bersyukur dan menghormati bahwa tari sebagai sebuah budaya universal. Kita bangun kesadaran bahwa tari adalah bagian dari kehidupan kita,” tandasnya. 7 ind
1
Komentar