nusabali

3 Waitress Terinfeksi HIV, 4 Orang Sifilis

  • www.nusabali.com-3-waitress-terinfeksi-hiv-4-orang-sifilis

Selain tujuh waitress tersebut, seorang warga binaan Rutan Kelas II B Negara terifeksi HIV.

Sepekan KPA Jembrana Lakukan VCT

NEGARA, NusaBali
Sejak sepekan belakangan ini, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Jembrana menggelar mobile Voluntary Conceling Test (VCT)  di sejumlah kafe di wilayah Desa Delodberawah, Kecamatan Mendoyo, dan Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya. Dari penyisiran di sejumlah kafe remang-remang tersebut, ditemukan 3 orang waitress terjangkit HIV, serta 4 orang waitress terinfeksi sifilis.

Ketua Pelaksana KPA Jembrana dr I Putu Suasta, Selasa (1/5), mengatakan, dalam sepekan terakhir ini, ada tiga lokasi yang disasar. Selain pekerja kafe remang-remang di Desa Delodberawah dan Kelurahan Gilimanuk, penyisiran juga menyasar warga binaan di Rutan Kelas II B Negara. Sewaktu menyasar pekerja kafe di Delodberawah, dari 41 sampel, terungkap 1 HIV dan 2 sifilis. Kemudian dari 20 sampel pekerja kafe di Gilimanuk, juga ditemukan 2 HIV dan 2 sifilis. Sedangkan dari 40 sampel warga binaan di Rutan Negara, ditemukan 1 kasus HIV.

Menurut dr Suasta, kegiatan mobile VCT dengan menggandeng masing-masing Puskesmas wilayah setempat itu, merupakan bagian penanggulangan AIDS ataupun penyakit menular lainnya. Para wanita pekerja kafe remang-remang sengaja dijadikan sasaran, karena riskan menjadi populasi kunci penyebar HIV/AIDS ataupun infeksi menular seksual (IMS) lainnya.

“Ini sengaja kami datangi, karena tidak mungkin mereka sadar secara pribadi datang ke Puskesmas untuk VCT,” kata dr Suasta yang juga Kadis Kesehatan Jembrana.

Dia mengimbau warg, selalu melindungi diri dari penyebaran HIV/AIDS. Pihaknya di KPA juga terus berusaha melakukan pendataan terhadap pengidap HIV/AIDS ataupun IMS untuk melakukan pencegahan. Di mana, ketika ditemukan pengidap, berusaha dilakukan pendampingan, dengan harapan pengidap bersangkutan sadar. Namun yang terpenting, pencegahan HIV/AIDS itu tetap kembali pada kesadaran masing-masing individu. “Sekarang tergantung perilaku. Kalau mobilitas tinggi, tidak setia pada satu pasangan, jelas lebih berisiko,” ujarnya. *ode

Komentar