nusabali

Ekspor Bali Akan Membaik

  • www.nusabali.com-ekspor-bali-akan-membaik

Salah satu alasannya, meningkatnya buyer yang ke Bali, menyusul kondisi Gunung Agung yang mereda.

DENPASAR, NusaBali
Kalangan pengusaha, diantaranya usaha industri kerajinan optimistis pasar ekspor akan membaik dalam beberapa waktu ke depan. Salah satu alasannya, meningkatnya buyer yang ke Bali, menyusul kondisi Gunung Agung yang mereda. Apalagi sejumlah komoditas ekspor yang sebelumnya sempat melorot ‘penjualannya’ (ekspor), kini mulai ada harapan akan pulih.

Sebelumnya BPS  Provinsi Bali mencatat, dari 11 komoditas ekspor Bali, 5 komoditas mengalami penurunan  dari Januari ke Februari 2018. Kelima komoditas tersebut Ikan dan Udang (-20,31 persen),  perhiasan dan permata (31,49 persen), perabot dan penerangan rumah (-5,76 persen) , kain perca (-20,73 persen)  dan komoditas lainnya  (-17,68 persen).

Jika dibanding pada Februari 2017, dari lima komoditas utama ekspor Bali, komoditas perhiasan dan perabot , penerangan rumah mengalami penurunan dengan prosentase tertinggi yakni 24,79 persen.  Disusul barang rajutan -13,98 persen, jerami dan barang anyaman 1,39 persen dan komoditas lainnya -29,29 persen.

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Bali I Gede Nyoman Subadri , mengiyakan data (ekspor)  memang sering fluktuatif. “Penyebabnya karena apa, kami tidak punya datanya,” jelas Subadri, Selasa (1/5).  

Demikian juga, kata Subadri, pihaknya tidak berani mengomentari apakah merosotnya ekspor sejumlah komoditas tersebut karena pasaran jenuh atau  tidak. “Kami tidak punya referensi tentang itu,” ujar Subadri.

Secara terpisah para pelaku usaha yang terkait ekspor impor menduga penurunan ekspor sejumlah komoditas Bali karena dua faktor. Pertama karena masih berkaitan dampak runtutan erupsi Gunung Agung,  September  2017. Efek erupsi bukan saja menyebabkan  jebloknya wisman ke Bali, namun  tamu bisnis (buyer luar negeri) juga banyak batal datang ke Bali.

“Biasanya buyer datang pada Oktober – November. Tetapi mereka akhirnya banyak tak datang,” ujar I Ketut Darma Siadja, seorang pengusaha kerajinan asal Desa Mas, Kecamatan Ubud Gianyar.

Dia berharap kondisi ekspor mulai pulih, setelah Gunung Agung tenang. “ Pada April lalu, buyer sudah mulai ada yang datang. Mudah-mudahan kondisi segera normal,”  kata Darma Siadja, yang juga Ketua DPD Asosiasi Pelaku Usaha Handicraft Indonesia (Aspehi) Bali.

Yang kedua, yang diperkirakan mempengaruhi penurunan ekspor adalah selera pasar dan perubahan gaya hidup dari konsumen. “Misalnya, dulu mereka suka patung jerapah, sekarang mungkin suka yang lain,” ujar Darma Siadja.

Kondisi-kondisi atau perubahan selera dan gaya hidup yang harus terus cermat diikuti perajin, sehingga pasar ekspor tetap terjaga. “ Saya yakin teman- teman perajin juga sudah paham itu,” katanya. Karenanya menurut Darma Siadja, pasar ekspor belum jenuh.

Demikian juga kompetitor, kata Darma Siadja, tidak berpengaruh banyak. Karena yang menjadi pesaing Indonesia, dalam hal ini Bali, cuma itu itu saja, seperti Thailand. Belum ada perubahan banyak. “Karena kami berharap dalam beberapa bulan kondisi normal, karena buyer juga sudah ada yang mulai berdatangan,”  ucap Darma Siadja. *k17 .

Komentar