nusabali

Bertahan Kendati Kerap Diteror 'Penghuni Batu'

  • www.nusabali.com-bertahan-kendati-kerap-diteror-penghuni-batu

I Gusti Made Suarba,43, salah seorang perajin batu permata yang kini masih bertahan ditengah menghilangya eforia batu akik.

Lika-Liku Perajin Batu Permata I Gusti Made Suarba

SINGARAJA, NusaBali
Bahkan, di tengah kesibukan mengasah (menggosok) batu, ia kerap terima teror secara niskala. Teror itu oleh mahluk halus yang penghuni batu yang diasah. Berkat pengalaman dan kepekaan terhadap batu yang bertuan, teror itu mampu diatasi. Gusti Made Suarba yang akrab dipanggil Ajik ini, menggeluti dunia gosok batu permata sejak duduk di bangku SMA, sekitar tahun 1992.

 Ia belajar menggosok batu hingga menjadi sebuah permata secara otodidak, dari kakaknya yang saat itu sudah menjadi pengrajin perak dan permata. Sejak itu pula, pria asal Lingkungan Bakung, Kelurahan/Kecamatan Sukasada, Buleleng, kini tinggal di Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng ini, secara tidak langsung dapat memahami karakter setiap jenis batu, termasuk batu-batu yang ada penghuninya. ”Begitu tamat SMA tahun 1995, tiang sudah berani mengerjakan batu jenis Ruby (Batu Mulia, Red). Padahal batu jenis itu memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk dijadikan permata,” kenangnya.

Dikatakan, setiap jenis batu memiliki karakter dan kekerasan yang berbeda dalam proses pengerjaan menuju sebuah permata yang indah. Karena jika salah memahami karakter dan kekerasan batu, maka hasilnya pun tidak memuaskan, bahkan batu bisa pecah saat dipotong atau digosok.”Ini yang jarang dipahami, asal gosok saja. Maka hasilnya bisa tidak bagus, ster (Cayaha, Red) maupun bulu ayam (kilap, Red) bisa tidak ketemu, atau kurang tepat, karena salah potong atau salah cara menggosoknya,” kata Ajik Suarba.

Selain memahami karakter dan kekerasan batu, lanjut Ajik Suarba, seorang perajin juga harus percaya dengan hal-hal yang berbau Niskala. Karena tidak jarang juga, pelanggannya membawa batu yang ada penghuninya. Batu itu biasanya batu lokal yang berasal dari beberapa tempat yang dikeramatkan seperti salah satunya adalah Batu Pulaki (Batu yang berasal dari wilayah Pura Pulaki, Gerokgak, Buleleng, Red). Namun, terkadang si pelanggan tidak mengetahui kalau batu yang dijadikan permata ada penghuninya. Tidak jarang juga, Ajik Suarba mengaku mendapat teror dari si penghuni batu yang tengah digosok. “Kalau ke keluarga sih tidak, tetapi tiang yang kena dampak langsung. Kadang tiba-tiba tangan luka, padahal belum sentuh Gerindra (alat pemotong batu, Red). Kadang belum dipotong, tiba-tiba batu sudah pecah sendiri,” akunya.

Meski kerap kena teror dari mahluk penghuni batu yang mau dipotong, Ajik Suarba mengaku tidak menjadi hambatan. Dari pengalaman yang didapat, ia pun mengaku sudah bisa merasakan kalau batu yang akan digosok ada penghuninya. Jika itu dirasakan, maka Ajik Suarba punya cara menangani dengan menyampaikan kepada pemilik batu, kalau batu yang akan digosok ada penghuninya. “Ini semacam permohonan izin, kerena kalau pemiliknya tetap ingin menggosok, tiang akan lanjutkan. Berarti tiang sudah mohon izin. Dan batu tiang jatuhkan ke tanah, baru tiang gosok. Ya itu kenyakinan saja, kalau dijatuhkan ke tanah dianggap sudah netral,” ujarnya.

Menurutnya, tidak ada ritual khusus dalam melakoni pekerjaannya, termasuk dalam menangani batu-batu yang bertuan. Ajik Suarba mengaku, hanya menyalakan beberapa dupa yang dipersembahkan di beberapa Palinggih dan di tempat kerjanya, sebelum memulai aktivitasnya menggosok batu.”Kalau Rerahinan Purnama, Tilem dan lainnya, ya buat Banten seperti persembahyangan biasa. Kalau hari-hari biasa, cukup nyalakan dupa saja sebelum bekerja. Ya mohon perlindungan dan agar dilancarkan saja,” katanya.

Kini, meski eforia Batu Akik telah menghilang, Ajik Suarba masih tetap mendapat pasuh (pelanggan yang menggosok batu, Red). Tiap hari rata-rata sampai 20 biji permata yang dihasilkan. Setiap biji permata perlu waktu sejam lebih mengolahnya mulai dari memotong, menggosok hingga menjadi sebuah permata yang mengkilap. Untuk ongkos, Ajik Suarba hanya memasang tarif Rp 15.000 - Rp 35.000 per biji, tergantung jenis batu yang digosok. Ketika booming Batu Akik, Ajik Suarba sempat kewalahan menerima gosokan. Bahkan beberapa hari harus lembur hingga subuh untuk menyelesaikan pesanan gosok batu permata.*k19

Komentar