Disdik Umumkan Nilai UN Terendah
Pemerintah berharap besar agar siswa berproses secara jujur dalam ujian, sehingga hasil yang didapatkan juga riil.
Ingin Sekolah dengan Nilai Rendah Diverifikasi Penyebabnya
DENPASAR, NusaBali
Dinas Pendidikan Provinsi Bali secara resmi mendistribusikan hasil Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2017/2018 kepada masing-masing Ketua Musyawarah Kepala Sekolah (MKKS) SMA dan SMK se-Bali. Selain hal klasik seperti pengumuman peringkat tertinggi, kali ini Disdik Bali juga mengumumkan sekolah SMA/SMK di Bali dengan perolehan rata-rata nilai terendah pada UN tahun ini.
“Mengapa kita umumkan yang terendah juga? Agar bersama-sama melakukan verifikasi secara langsung, rendahnya karena apa. Karena sudah hampir semua menggunakan UNBK, pemerintah berharap nilai yang didapatkan siswa ini adalah hasil proses ujian secara jujur,” ungkap Kepala Disdik Provinsi Bali, Tjokorda Istri Agung (TIA) Kusuma Wardhani di Denpasar, Rabu (2/5).
Untuk setiap jenjang dan jurusan, dipilih 10 sekolah dengan rata-rata nilai paling rendah. Sepuluh sekolah SMA/MA dengan total rata-rata nilai UN terendah untuk Program Bahasa diantaranya, SMA Surya Wisata Kediri (37,27), SMA Dwijendra Gianyar (37,52), SMA Saraswati Singaraja (37,77), SMA Kertha Wisata Tabanan (40,54), SMAN 1 Petang (42,27), SMAN 1 Kubu (43,40), MA Al Irsyad Candikuning (43,96), SMA Pariwisata PGRI Dawan (44,12), SMA PGRI Seririt (44,17) dan SMA Pariwisata Kertha Wisata Amlapura (44,35).
Sementara untuk program IPA, 10 SMA dengan nilai rata-rata terendah diantaranya SMA PGRI Tabanan 6 Bajera (31,84), SMA Bhaktiyasa Singaraja (33,72), SMA Saraswati Negara (35,22), SMA Gilimandala Gilimanuk (35,77), SMA PGRI Negara (36,38), SMA PGRI Ubud (36,81), SMA Ngurah Rai Negara (36,92), SMA Saraswati 1 Tabanan (37,24), SMAN Satu Atap Klumpu Klungkung (37,64) dan SMAN 1 Mendoyo (38,80).
Begitu juga untuk Program IPS, 10 SMA dengan nilai rata-rata terendah yakni SMA Bhaktiyasa Singaraja (32,99), SMA PGRI Sawan Singaraja (33,76), SMA Saraswati 1 Tabanan (34,18), SMAN Satu Atap Klumpu Klungkung (35,18), SMA Saraswati Melaya (35,36), SMAN PGRI 6 Denpasar (35,60), SMA PGRI Seririt (36,04), SMAN 2 Tejakula (36,11), SMA Diponegoro Jembrana (36,19) dan SMAN 1 Kubu (36,45).
Sedangkan jenjang SMK, sekolah dengan total rata-rata nilai terendah yakni SMK TP 45 Singaraja (139,80), SMK Pariwisata Margarana Tabanan (141,86), SMK Widya Wisata Tejakula (143,66), SMK Pariwisata Una Rossa (146,00), SMK PGRI Tembuku (148,30), SMK PGRI 1 Negara (149,40), SMK Nasional Karangasem (149,47), SMKN 1 Petang (150,03), SMKN 2 Negara (150,30) dan SMK Saraswati 3 Gianyar (150,60).
Menurut TIA, pemerintah berharap besar agar siswa berproses secara jujur dalam ujian, sehingga hasil yang didapatkan juga riil. Dengan penyelenggaraan UNBK, kata TIA, nilai UN menjadi sangat objektif atau jujur. Berbeda dengan pelaksanaan UN tahun-tahun sebelumnya yang masih dikerjakan manual (UNKP), dimana masih ada peluang kerja sama, kunci jawaban, bahkan tim sukses. “Kalau UNBK, siswa tidak akan mungkin kerjasama, walaupun duduknya bersama atau bersebelahan. Soalnya juga disusun berbeda,” katanya.
Melalui pengerjaan UN secara jujur dengan UNBK, inilah yang diharapkan dari pemerintah, bahwa wajah pendidikan Indonesia bisa melahirkan anak-anak yang berintegritas. “Ini yang diinginkan pemerintah (integritas dan jujur, red). Jangan sampai mendapat nilai tinggi tapi cara mencapainya seperti apa? Dengan UNBK, itulah hasil obyektif yang telah dicapai oleh siswa,” tandasnya. *ind
DENPASAR, NusaBali
Dinas Pendidikan Provinsi Bali secara resmi mendistribusikan hasil Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2017/2018 kepada masing-masing Ketua Musyawarah Kepala Sekolah (MKKS) SMA dan SMK se-Bali. Selain hal klasik seperti pengumuman peringkat tertinggi, kali ini Disdik Bali juga mengumumkan sekolah SMA/SMK di Bali dengan perolehan rata-rata nilai terendah pada UN tahun ini.
“Mengapa kita umumkan yang terendah juga? Agar bersama-sama melakukan verifikasi secara langsung, rendahnya karena apa. Karena sudah hampir semua menggunakan UNBK, pemerintah berharap nilai yang didapatkan siswa ini adalah hasil proses ujian secara jujur,” ungkap Kepala Disdik Provinsi Bali, Tjokorda Istri Agung (TIA) Kusuma Wardhani di Denpasar, Rabu (2/5).
Untuk setiap jenjang dan jurusan, dipilih 10 sekolah dengan rata-rata nilai paling rendah. Sepuluh sekolah SMA/MA dengan total rata-rata nilai UN terendah untuk Program Bahasa diantaranya, SMA Surya Wisata Kediri (37,27), SMA Dwijendra Gianyar (37,52), SMA Saraswati Singaraja (37,77), SMA Kertha Wisata Tabanan (40,54), SMAN 1 Petang (42,27), SMAN 1 Kubu (43,40), MA Al Irsyad Candikuning (43,96), SMA Pariwisata PGRI Dawan (44,12), SMA PGRI Seririt (44,17) dan SMA Pariwisata Kertha Wisata Amlapura (44,35).
Sementara untuk program IPA, 10 SMA dengan nilai rata-rata terendah diantaranya SMA PGRI Tabanan 6 Bajera (31,84), SMA Bhaktiyasa Singaraja (33,72), SMA Saraswati Negara (35,22), SMA Gilimandala Gilimanuk (35,77), SMA PGRI Negara (36,38), SMA PGRI Ubud (36,81), SMA Ngurah Rai Negara (36,92), SMA Saraswati 1 Tabanan (37,24), SMAN Satu Atap Klumpu Klungkung (37,64) dan SMAN 1 Mendoyo (38,80).
Begitu juga untuk Program IPS, 10 SMA dengan nilai rata-rata terendah yakni SMA Bhaktiyasa Singaraja (32,99), SMA PGRI Sawan Singaraja (33,76), SMA Saraswati 1 Tabanan (34,18), SMAN Satu Atap Klumpu Klungkung (35,18), SMA Saraswati Melaya (35,36), SMAN PGRI 6 Denpasar (35,60), SMA PGRI Seririt (36,04), SMAN 2 Tejakula (36,11), SMA Diponegoro Jembrana (36,19) dan SMAN 1 Kubu (36,45).
Sedangkan jenjang SMK, sekolah dengan total rata-rata nilai terendah yakni SMK TP 45 Singaraja (139,80), SMK Pariwisata Margarana Tabanan (141,86), SMK Widya Wisata Tejakula (143,66), SMK Pariwisata Una Rossa (146,00), SMK PGRI Tembuku (148,30), SMK PGRI 1 Negara (149,40), SMK Nasional Karangasem (149,47), SMKN 1 Petang (150,03), SMKN 2 Negara (150,30) dan SMK Saraswati 3 Gianyar (150,60).
Menurut TIA, pemerintah berharap besar agar siswa berproses secara jujur dalam ujian, sehingga hasil yang didapatkan juga riil. Dengan penyelenggaraan UNBK, kata TIA, nilai UN menjadi sangat objektif atau jujur. Berbeda dengan pelaksanaan UN tahun-tahun sebelumnya yang masih dikerjakan manual (UNKP), dimana masih ada peluang kerja sama, kunci jawaban, bahkan tim sukses. “Kalau UNBK, siswa tidak akan mungkin kerjasama, walaupun duduknya bersama atau bersebelahan. Soalnya juga disusun berbeda,” katanya.
Melalui pengerjaan UN secara jujur dengan UNBK, inilah yang diharapkan dari pemerintah, bahwa wajah pendidikan Indonesia bisa melahirkan anak-anak yang berintegritas. “Ini yang diinginkan pemerintah (integritas dan jujur, red). Jangan sampai mendapat nilai tinggi tapi cara mencapainya seperti apa? Dengan UNBK, itulah hasil obyektif yang telah dicapai oleh siswa,” tandasnya. *ind
1
Komentar