Konvoi Geber Motor, 30 Siswa SMA Dihukum Push Up
Belasan siswa SMA/SMK yang melakukan konvoi untuk merayakan kelulusannya dihadang pasukan Sabhara Polda Bali di Jalan Melati Denpasar, Kamis (3/5) pagi.
DENPASAR, NusaBali
Mereka digiring ke areal parkir GOR Ngurah Rai Denpasar untuk diberikan hukuman push up, karena dianggap mengganggu ketertiban umum. Para siswa yang dianggap melanggar ketertiban umum ini berkendara di jalanan tanpa mengenakan helem. Belasan siswa yang baju seragam sekolahnya rata-rata sudah dicorat-coret ini, juga menggeber sepeda motornya dan membuat kemacetan di jalan raya.
Mereka dihukum simpatik dengan melakukan push up di areal parkir GOR Ngurah Rai Denpasar. Mereka dihukum push up 25 kali, selama setengah jam sejak pukul 11.00 hingga 11.30 Wita. Setelah itu, 11 siswa yang semuanya laki-laki dan berasal dari SMA Santo Yoseph Denpasar ini dibriefing, kemudian dibolehkan pulang ke rumah masing-masing.
Danton Dalmas Sabhara Polda Bali, Ipda Kevin Simatupang, mengatakan penertiban siswa yang berkonvoi ini dilakukan, karena mereka sudah mengganggu ketertiban umum. Mereka mengganggu pengendara lainnya dan kenyamanan masyarakat. “Mereka membuat kemacetan panjang, suara bising motornya yang digeber bikin gaduh dan ketidaknyamanan warga sekitar,” jelas Ipda Kevin yang didampingi Ipda Erik Siagian di areal parkir GOR Ngurah Rai Denpasar, Kamis kemarin.
Menurut Ipda Kevin, secara keseluruhan ada 30 siswa yang dihukum push up di beberapa lokasi berbeda di Denpasar, karena masalah yang sama: merayakan kelulusan dengan konvoi sambil menggeber motor dan tanpa mengenakan helm. Puluhan siswa yang dihukum push up ini semuanya laki-laki asal sekolah berbeda.
Selain itu, ada 4 siswa yang yerpaksa digelandang ke Mapolda Bali, Jalan WR Supratman Denpasar. Masalahnya, mereka melawan petugas. Mereka nekat melawan petugas, karena tidak terima diberi teguran saat konvoi merayakan kelulusannya. Dari 4 siswa yang diketahui diketahui bersekolah di SMA PGRI 3 Denpasar ini, ada yang mengaku sebagai anak anggota Polri.
Ipda Kevin menyebutkan, 4 siswa tersebut terpaksa digelandang ke Mapolda Bali karena mereka coba melawan petugas saat diberikan teguran sipatik berupa push up. “Mereka coba melawan petugas sembari mengaku bapaknya juga anggota Polri. Tapi, kami tetap membawa mereka ke Polda Bali,” katanya.
Menurut Ipda Kevin, pihaknya yang sekaligus melaksanakan operasi simpatik, memberikan pelajaran kepada siswa untuk mematuhi peraturan lalulintas. “Kami melakukan tindakan berupa teguran simpatik. Sedikitnya 30 siswa diberikan peringatan dan disuruh push up, agar mereka tidak lagi mengganggu lalulintas di jalan raya," imbuhnya.
Selain memberikan teguran simpatik berupa push up, pasukan Sabhara Polda Bali juga membubarkan gerombolan siswa yang berkumpul di dua lokasi berbeda, yakni areal parkir GOR Ngurah Rai Denpasar dan kawasan Serangan (Denpasar Selatan). "Kami membagi tim. Untuk tim kami, juga difokuskan menyisir Jalan Gatot Subroto Denpasar dan Jalan Bypass Ngurah Rai," tandas Ipda Kevin.
Sementara itu, salah satu siswa yang mendapatkan teguran simpatik beripa hukum push up, Diky Triantoro, mengakui kesalahannya karena telah menggeber motor di jalan raya. Hukuman push up tersebut diakui sudah cukup membuatnya sadar. Siswa SMA Santo Joseph Denpasar ini pun berjanji akan langsung pulang ke rumah bersama teman-temannya.
Menurut Dicky, kelulusan SMA ini merupakan momentum untuk berkumpul dan jadi euforia bersama teman-temannya. "Tapi, kami tetap salah karena konvoi sambil menggeber motor. Kami sudah push up 25 kali. Saya pribadi minta maaf sama polisi," cerita Dicky.
Sedangkan siswa lainnya dari SMAN 4 Denpasar, Made Yoga Pratama dan Aira Intan, mengaku kelulusan saat ini dirayakan dengan konvoi. "Kami bahagia bisa lulus, makanya kami rayakan. Kalu nilai UN sih nggak begitu berpengaruh saat mencari perguruan tinggi, karena yang dipakai adalah nilai rapor Kelas X, Kelas XI, dan Kelas XI," tandas Yoga Pratama. *m
Mereka dihukum simpatik dengan melakukan push up di areal parkir GOR Ngurah Rai Denpasar. Mereka dihukum push up 25 kali, selama setengah jam sejak pukul 11.00 hingga 11.30 Wita. Setelah itu, 11 siswa yang semuanya laki-laki dan berasal dari SMA Santo Yoseph Denpasar ini dibriefing, kemudian dibolehkan pulang ke rumah masing-masing.
Danton Dalmas Sabhara Polda Bali, Ipda Kevin Simatupang, mengatakan penertiban siswa yang berkonvoi ini dilakukan, karena mereka sudah mengganggu ketertiban umum. Mereka mengganggu pengendara lainnya dan kenyamanan masyarakat. “Mereka membuat kemacetan panjang, suara bising motornya yang digeber bikin gaduh dan ketidaknyamanan warga sekitar,” jelas Ipda Kevin yang didampingi Ipda Erik Siagian di areal parkir GOR Ngurah Rai Denpasar, Kamis kemarin.
Menurut Ipda Kevin, secara keseluruhan ada 30 siswa yang dihukum push up di beberapa lokasi berbeda di Denpasar, karena masalah yang sama: merayakan kelulusan dengan konvoi sambil menggeber motor dan tanpa mengenakan helm. Puluhan siswa yang dihukum push up ini semuanya laki-laki asal sekolah berbeda.
Selain itu, ada 4 siswa yang yerpaksa digelandang ke Mapolda Bali, Jalan WR Supratman Denpasar. Masalahnya, mereka melawan petugas. Mereka nekat melawan petugas, karena tidak terima diberi teguran saat konvoi merayakan kelulusannya. Dari 4 siswa yang diketahui diketahui bersekolah di SMA PGRI 3 Denpasar ini, ada yang mengaku sebagai anak anggota Polri.
Ipda Kevin menyebutkan, 4 siswa tersebut terpaksa digelandang ke Mapolda Bali karena mereka coba melawan petugas saat diberikan teguran sipatik berupa push up. “Mereka coba melawan petugas sembari mengaku bapaknya juga anggota Polri. Tapi, kami tetap membawa mereka ke Polda Bali,” katanya.
Menurut Ipda Kevin, pihaknya yang sekaligus melaksanakan operasi simpatik, memberikan pelajaran kepada siswa untuk mematuhi peraturan lalulintas. “Kami melakukan tindakan berupa teguran simpatik. Sedikitnya 30 siswa diberikan peringatan dan disuruh push up, agar mereka tidak lagi mengganggu lalulintas di jalan raya," imbuhnya.
Selain memberikan teguran simpatik berupa push up, pasukan Sabhara Polda Bali juga membubarkan gerombolan siswa yang berkumpul di dua lokasi berbeda, yakni areal parkir GOR Ngurah Rai Denpasar dan kawasan Serangan (Denpasar Selatan). "Kami membagi tim. Untuk tim kami, juga difokuskan menyisir Jalan Gatot Subroto Denpasar dan Jalan Bypass Ngurah Rai," tandas Ipda Kevin.
Sementara itu, salah satu siswa yang mendapatkan teguran simpatik beripa hukum push up, Diky Triantoro, mengakui kesalahannya karena telah menggeber motor di jalan raya. Hukuman push up tersebut diakui sudah cukup membuatnya sadar. Siswa SMA Santo Joseph Denpasar ini pun berjanji akan langsung pulang ke rumah bersama teman-temannya.
Menurut Dicky, kelulusan SMA ini merupakan momentum untuk berkumpul dan jadi euforia bersama teman-temannya. "Tapi, kami tetap salah karena konvoi sambil menggeber motor. Kami sudah push up 25 kali. Saya pribadi minta maaf sama polisi," cerita Dicky.
Sedangkan siswa lainnya dari SMAN 4 Denpasar, Made Yoga Pratama dan Aira Intan, mengaku kelulusan saat ini dirayakan dengan konvoi. "Kami bahagia bisa lulus, makanya kami rayakan. Kalu nilai UN sih nggak begitu berpengaruh saat mencari perguruan tinggi, karena yang dipakai adalah nilai rapor Kelas X, Kelas XI, dan Kelas XI," tandas Yoga Pratama. *m
1
Komentar