Monopause Rentan Terkena Kanker Ovarium
Kanker yang menyerang kaum wanita kini semakin beragam. Kanker ovarium salah satunya, merupakan salah satu kanker yang paling susah dideteksi karena gejala yang belum jelas.
DENPASAR, NusaBali
Kanker ovarium atau yang lebih dikenal dengan sebutan ‘the silent killer’ merupakan kanker yang menyerang sel indung telur. Kanker ini termasuk dari 10 kanker yang sering terjadi pada wanita di Indonesia. Kanker ini juga merupakan penyakit mematikan nomor 2 di Indonesia, setelah kanker payudara. Kanker ovarium jika diketahui pada stadium awal dapat diobati secara efektif. Namun, sangat sulit untuk mendiagnosis penyakit ini pada stadium awal.
Namun jika sudah didiagnosa mengidap kanker ovarium maka yang dialami oleh penderita kanker adalah perut membesar (bagian kanan atau kiri). Jika sudah stadium 3, maka nafsu makan akan berkurang, rambut rontok, perut membesar berisi cairan. “Kita tidak bisa langsung memvonis, orang itu terkena penyakit kanker ovarium atau tidak. Tanda-tanda dari kanker ini sangat tidak terlihat. Kecuali yang memasuki stadium 1A (stadium 1) atau yang lebih terlihat jika memasuki stadium tiga,” ujar Dr dr IBG Fajar Manuaba, SpOG MARS, belum lama ini.
Untuk mengecek penyakit tersebut masih melalui pengecekan darah. Hal ini juga masih belum maksimal karena penyakit tersebut terletak di sel telur namun untuk pengecekan masih melalui tes darah yang diambil di tangan.
Lanjutnya, pada penderita remaja, penyakin ini jarang dideteksi dikarenakan hormon reproduksinya masih bagus. Akibatnya kista ataupun kanker ovarium itu sering datang dan pergi. Namun, jika usia yang memasuki menopause 80 persen jika mereka mengidap penyakit tersebut.
“Untuk pemeriksaan kita masih menggunakan pemeriksaan darah. Susah dideteksi, penyakitnya ada di panggul, pengecekan darah yang diambil di lengan. Berbeda dengan papsmear, kalo papsmear kan sudah pasti penyakit di sana dan diobati dan diperiksa juga di sana,” jelasnya.
Usia yang riskan terkena kanker ovarium yaitu setelah umur 45 tahun, saat menopause akan lebih diserang dan kemungkinan besar susah untuk sembuh. Namun tergantung juga tipe. Ada tipe yang fatal yaitu embrional dimana sudah ada bibit semenjak ada di dalam kandungan. Tetapi dari kasus yang banyak terjadi kebanyakan usia menjelang menopause. “Embrional itu yang paling gawat. Jadi sudah dari embrionya ada calon penyakit. Mau diapakan juga sudah tidak bisa, melakukan kemoterapi juga pasti tidak akan bisa. Sudah fatal kalo kasusnya seperti itu,” bebernya.
Lebih lanjut dikatakan dr Fajar, ketika usia masih reproduksi hormon, kanker atau kista masih bisa dikontrol. Itu sebabnya ketika sudah menginjak usia 45 atau sudah monopause, sangat beresiko tinggi untuk terkena kanker tersebut. Salah satu cara untuk menghindari hal tersebut dengan tidak mengkonsumsi makanan sejenis junk food dan selalu melakukan olahraga. Selain itu, juga dengan memperbanyak mengkonsumsi sayur dan buah, serta kurangi mengkonsumsi makanan olahan yang banyak mengandung pengawet atau MSG. *ind
Namun jika sudah didiagnosa mengidap kanker ovarium maka yang dialami oleh penderita kanker adalah perut membesar (bagian kanan atau kiri). Jika sudah stadium 3, maka nafsu makan akan berkurang, rambut rontok, perut membesar berisi cairan. “Kita tidak bisa langsung memvonis, orang itu terkena penyakit kanker ovarium atau tidak. Tanda-tanda dari kanker ini sangat tidak terlihat. Kecuali yang memasuki stadium 1A (stadium 1) atau yang lebih terlihat jika memasuki stadium tiga,” ujar Dr dr IBG Fajar Manuaba, SpOG MARS, belum lama ini.
Untuk mengecek penyakit tersebut masih melalui pengecekan darah. Hal ini juga masih belum maksimal karena penyakit tersebut terletak di sel telur namun untuk pengecekan masih melalui tes darah yang diambil di tangan.
Lanjutnya, pada penderita remaja, penyakin ini jarang dideteksi dikarenakan hormon reproduksinya masih bagus. Akibatnya kista ataupun kanker ovarium itu sering datang dan pergi. Namun, jika usia yang memasuki menopause 80 persen jika mereka mengidap penyakit tersebut.
“Untuk pemeriksaan kita masih menggunakan pemeriksaan darah. Susah dideteksi, penyakitnya ada di panggul, pengecekan darah yang diambil di lengan. Berbeda dengan papsmear, kalo papsmear kan sudah pasti penyakit di sana dan diobati dan diperiksa juga di sana,” jelasnya.
Usia yang riskan terkena kanker ovarium yaitu setelah umur 45 tahun, saat menopause akan lebih diserang dan kemungkinan besar susah untuk sembuh. Namun tergantung juga tipe. Ada tipe yang fatal yaitu embrional dimana sudah ada bibit semenjak ada di dalam kandungan. Tetapi dari kasus yang banyak terjadi kebanyakan usia menjelang menopause. “Embrional itu yang paling gawat. Jadi sudah dari embrionya ada calon penyakit. Mau diapakan juga sudah tidak bisa, melakukan kemoterapi juga pasti tidak akan bisa. Sudah fatal kalo kasusnya seperti itu,” bebernya.
Lebih lanjut dikatakan dr Fajar, ketika usia masih reproduksi hormon, kanker atau kista masih bisa dikontrol. Itu sebabnya ketika sudah menginjak usia 45 atau sudah monopause, sangat beresiko tinggi untuk terkena kanker tersebut. Salah satu cara untuk menghindari hal tersebut dengan tidak mengkonsumsi makanan sejenis junk food dan selalu melakukan olahraga. Selain itu, juga dengan memperbanyak mengkonsumsi sayur dan buah, serta kurangi mengkonsumsi makanan olahan yang banyak mengandung pengawet atau MSG. *ind
1
Komentar