Pertama Jual Es Susu Coklat, Terjadi Keracunan
Ni Nyoman Karmi, 60, menjadi sosok yang paling terpukul atas terjadinya musibah keracunan 15 siswa SDN 1 Temesi, Desa Temesi, Kecamatan Gianyar, Senin (7/5) pagi.
Pedagang Kantin Shock
GIANYAR, NusaBali
Masalahnya, sudah belasan tahun jualan di kantin sekolah SDN 1 Temesi, baru pertama kali dia mengalami musibah seperti ini. Mirisnya, musibah jutsru terjadi saat Nyoman Karmi untuk kali pertama mencoba jual es susu coklat.
Gara-gara 15 siswa keracunan usai belanja pada warungnya di kantin sekolah SDN 1 Temesi, Senin pagi sekitar pukul 09.15 Wita, Nyoman Karmi sempat diinterogasi petugas kepolisian, tim medis, hingga dicecar pertanyaan awak media. Didampingi dua anaknya, perempuan berusia 60 tahun ini terlihat lesu, bibirnya mengering, sementara matanya berkaca-kaca, pertanda shock.
Meski demikian, perempuan asal Banjar Pegesangan, Desa Temesi ini berusaha tegar menghadapi masalah. Nyoman Karmi pun rela tidak makan karena buru-buru menuju Polsek KotaGianyar untuk menjalani pemeriksaan. “Ten nafsu makan tiyang. Ngejer tyang nepuk musibah sekadi niki (Saya tidak nafsu makan. Gemetar saya melihat musibah ini, Red),” jelas Nyoman Karmi sembari memakai jaket dan helm hendak berangkat ke Polsek Kota Gianyar, Senin kemarin.
Nyoman Karmi mengaku tak pernah menyangka inisiatifnya menjual es susu coklat berujung petaka. Sejak puluhan tahun berjualan di kantin sekolah SDN 1 Temesi, baru kali ini dia mengalami musibah. “Niki tumben ngadep es susu coklat. Tuni ngae jam 5 pagi (Ini baru kali pertama saya jual es susu coklat. Tadi subuh membuatnya sekitar pukul 05.00 Wita),” cerita Karmi saat masih berada di kantin sekolah kemarin.
Menurut Karmi, dirinya hanya bisa pasrah dan berdoa atas petaka ini. Sebab, dirinya tidak pernah sengaja ingin meracuni siswa. Beberapa bahan makanan dia beli dari sebuah toko modern dekat rumahnya. Kemarin subuh, Karmi dibantu anak perempuannya membuat adonan es susu coklat, layaknya milk shake. Semua bahan dicampur dan dimasukkan dalam blender. Setelah jadi, dituangkan ke dalam kemasan gelas plastik. Satu gelas dihargai Rp 3.000. Karena produk baru, anak-anak di sekolah pun langsung tertarik untuk membeli.
Sebelum dijual di kantin sekolah SDN 1 Temesi, es susu coklat itu sempat dicoba oleh anak dan cucu dari Karmi. “Panak dan cucu tiyang nyoba, ten engken (Anak dan cucu saya coba duluan, tidak apa-apa),” ungkap Karmi yang rumahnya berada di sebelah timur SDN 1 Temesi.
Di kantin sekolah, Karmi juga menjual nasi bungkus. Senin kemarin dia membawa sekitar 32 bungkus nasih. Dari 32 bungkus, tersisa hanya 1 bungkus yang hendak dia makan. Namun, karena suasana genting, Karmi menyimpan nasi tersebut dalam tas belanjanya, karena selera makan hilang. Nasi bungkus itu akhirnya diambil tim medis untuk sampel uji laboratorium.
Sementara itu, salah satu korban keracunan, Komang Davina Tasya Kumala, 8, mengaku tertarik beli es susu coklat i kantin sekolah, karena baru pertama kali melihatnya. “Es itu warnanya coklat, manis. Tapi, rasanya kayak isi tepung,” cerita Komang Devina di ruang rawat RSUD Sanjiwani Gianyar, Senin kemarin. Tanpa curiga, Komang Davina menyruput es coklat susu itu sampai habis. Hingga akhirnya dia merasa pening, ingin muntah.
Di sisi lain, Kadis Pendidikan Gianyar, Made Suradnya, kemarin sempat terjun ke SDN 1 Temesi. Menurut Suradnya, kantin sekolah merupakan komponen yang wajib ada sebagai salah satu indikator sekolah sehat. Selama ini, SDN 1 Temesi termasuk sekolah kategori sehat. “Ini bagian dari sekolah sehat. Tapi, yang namanya musibah, memang tidak bisa dihindari,” jelas Suradnya. *nvi
GIANYAR, NusaBali
Masalahnya, sudah belasan tahun jualan di kantin sekolah SDN 1 Temesi, baru pertama kali dia mengalami musibah seperti ini. Mirisnya, musibah jutsru terjadi saat Nyoman Karmi untuk kali pertama mencoba jual es susu coklat.
Gara-gara 15 siswa keracunan usai belanja pada warungnya di kantin sekolah SDN 1 Temesi, Senin pagi sekitar pukul 09.15 Wita, Nyoman Karmi sempat diinterogasi petugas kepolisian, tim medis, hingga dicecar pertanyaan awak media. Didampingi dua anaknya, perempuan berusia 60 tahun ini terlihat lesu, bibirnya mengering, sementara matanya berkaca-kaca, pertanda shock.
Meski demikian, perempuan asal Banjar Pegesangan, Desa Temesi ini berusaha tegar menghadapi masalah. Nyoman Karmi pun rela tidak makan karena buru-buru menuju Polsek KotaGianyar untuk menjalani pemeriksaan. “Ten nafsu makan tiyang. Ngejer tyang nepuk musibah sekadi niki (Saya tidak nafsu makan. Gemetar saya melihat musibah ini, Red),” jelas Nyoman Karmi sembari memakai jaket dan helm hendak berangkat ke Polsek Kota Gianyar, Senin kemarin.
Nyoman Karmi mengaku tak pernah menyangka inisiatifnya menjual es susu coklat berujung petaka. Sejak puluhan tahun berjualan di kantin sekolah SDN 1 Temesi, baru kali ini dia mengalami musibah. “Niki tumben ngadep es susu coklat. Tuni ngae jam 5 pagi (Ini baru kali pertama saya jual es susu coklat. Tadi subuh membuatnya sekitar pukul 05.00 Wita),” cerita Karmi saat masih berada di kantin sekolah kemarin.
Menurut Karmi, dirinya hanya bisa pasrah dan berdoa atas petaka ini. Sebab, dirinya tidak pernah sengaja ingin meracuni siswa. Beberapa bahan makanan dia beli dari sebuah toko modern dekat rumahnya. Kemarin subuh, Karmi dibantu anak perempuannya membuat adonan es susu coklat, layaknya milk shake. Semua bahan dicampur dan dimasukkan dalam blender. Setelah jadi, dituangkan ke dalam kemasan gelas plastik. Satu gelas dihargai Rp 3.000. Karena produk baru, anak-anak di sekolah pun langsung tertarik untuk membeli.
Sebelum dijual di kantin sekolah SDN 1 Temesi, es susu coklat itu sempat dicoba oleh anak dan cucu dari Karmi. “Panak dan cucu tiyang nyoba, ten engken (Anak dan cucu saya coba duluan, tidak apa-apa),” ungkap Karmi yang rumahnya berada di sebelah timur SDN 1 Temesi.
Di kantin sekolah, Karmi juga menjual nasi bungkus. Senin kemarin dia membawa sekitar 32 bungkus nasih. Dari 32 bungkus, tersisa hanya 1 bungkus yang hendak dia makan. Namun, karena suasana genting, Karmi menyimpan nasi tersebut dalam tas belanjanya, karena selera makan hilang. Nasi bungkus itu akhirnya diambil tim medis untuk sampel uji laboratorium.
Sementara itu, salah satu korban keracunan, Komang Davina Tasya Kumala, 8, mengaku tertarik beli es susu coklat i kantin sekolah, karena baru pertama kali melihatnya. “Es itu warnanya coklat, manis. Tapi, rasanya kayak isi tepung,” cerita Komang Devina di ruang rawat RSUD Sanjiwani Gianyar, Senin kemarin. Tanpa curiga, Komang Davina menyruput es coklat susu itu sampai habis. Hingga akhirnya dia merasa pening, ingin muntah.
Di sisi lain, Kadis Pendidikan Gianyar, Made Suradnya, kemarin sempat terjun ke SDN 1 Temesi. Menurut Suradnya, kantin sekolah merupakan komponen yang wajib ada sebagai salah satu indikator sekolah sehat. Selama ini, SDN 1 Temesi termasuk sekolah kategori sehat. “Ini bagian dari sekolah sehat. Tapi, yang namanya musibah, memang tidak bisa dihindari,” jelas Suradnya. *nvi
1
Komentar