Pengusaha Batubara Sulit Naikkan Produksi
Pengusaha batu bara tanah air sulit untuk meningkatkan produksi setiap tahunya.
MANGUPURA, NusaBali
Faktor utama yang menjadi kendala adalah spare part untuk mesin produksi batubara harus didatangkan dari luar negeri. Kendala ini dialami oleg perusahaan besar. Apalagi perusahaan kecil selain masalah alat juga masalah keuangan.
Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Pandu Djahrir di sela-sela APBI Coaltrans Conference 2018 di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Senin (7/5) mengungkapkan hingga 2019 pengusaha batubara sulit untuk memenuhi permintaan pasar global. Pihaknya memprediksi tahun 2019 mendatang peningkatan produksi batubara 10 persen nampaknya akan sulit terpenuhi.Pengusaha besar dan kecil menurut Pandu akan mengalami kesusahan untuk menaikkan produksi.
Mesin produksi yang digunakan di Indonesia pun kebanyakan bukan dari dalam negeri. "Jadi untuk melakukan order sampai 12 bulan. Isunya memang timing, juga banyak pemilih dan juga ketakutannya untuk berivestasi dari kontraktor untuk memesan alat harus payback hingga 3-5 tahun," jelasnya.
Dikatakannya APBI selama 6-8 bulan terakhir ini selalu mendukung pemerintah dalam pemenuhan listrik di Tanah Air. "Kita menambah investasi bukan hanya menambah eksplorasi tapi untuk penambahan hilirnya (investasi) juga," beber Pandu.
Sementara itu Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono mengungkapkan cadangan batubara saat ini 124 miliar ton. Kata dia batu bara bukan lagi sebagai komoditi tetapi sudah menjadi kebijakan energi nasional. Kuota untuk memenuhi kebutuhan domestik pada 2019 sebanyak 120 juta ton. Sedangkan jumlah produksi tahun 2019 tidak jauh dari tahun 2018 yaitu 481 juta ton. Namun untuk kebutuhan batubara di Bali per tahunnya kurang lebih 2 jutaan ton.*p
Faktor utama yang menjadi kendala adalah spare part untuk mesin produksi batubara harus didatangkan dari luar negeri. Kendala ini dialami oleg perusahaan besar. Apalagi perusahaan kecil selain masalah alat juga masalah keuangan.
Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Pandu Djahrir di sela-sela APBI Coaltrans Conference 2018 di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Senin (7/5) mengungkapkan hingga 2019 pengusaha batubara sulit untuk memenuhi permintaan pasar global. Pihaknya memprediksi tahun 2019 mendatang peningkatan produksi batubara 10 persen nampaknya akan sulit terpenuhi.Pengusaha besar dan kecil menurut Pandu akan mengalami kesusahan untuk menaikkan produksi.
Mesin produksi yang digunakan di Indonesia pun kebanyakan bukan dari dalam negeri. "Jadi untuk melakukan order sampai 12 bulan. Isunya memang timing, juga banyak pemilih dan juga ketakutannya untuk berivestasi dari kontraktor untuk memesan alat harus payback hingga 3-5 tahun," jelasnya.
Dikatakannya APBI selama 6-8 bulan terakhir ini selalu mendukung pemerintah dalam pemenuhan listrik di Tanah Air. "Kita menambah investasi bukan hanya menambah eksplorasi tapi untuk penambahan hilirnya (investasi) juga," beber Pandu.
Sementara itu Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono mengungkapkan cadangan batubara saat ini 124 miliar ton. Kata dia batu bara bukan lagi sebagai komoditi tetapi sudah menjadi kebijakan energi nasional. Kuota untuk memenuhi kebutuhan domestik pada 2019 sebanyak 120 juta ton. Sedangkan jumlah produksi tahun 2019 tidak jauh dari tahun 2018 yaitu 481 juta ton. Namun untuk kebutuhan batubara di Bali per tahunnya kurang lebih 2 jutaan ton.*p
Komentar