nusabali

Istri Tewas Digilas Bus, Suami Terluka

  • www.nusabali.com-istri-tewas-digilas-bus-suami-terluka

Kecelakaan maut terjadi di Jalur Tengkorak Denpasar-Gilimanuk kawasan Banjar Delod Rurung, Desa Antosari, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, Selasa (8/5) pagi, ketika pasangan suami-istri diserempet Bus Hino.

TABANAN, NusaBali
Sang suami selamat dari maut dalam kondisi terluka, namun istrinya tewas mengenaskan dengan kepala pecah akibat dilindas Bus Hino.Pasutri yang jadi korban diserempet Bus Hino bernopol N 7134 UA dalam kecelakaan maut di Desa Antosari, Selasa pagi sekitar pukul 06.30 Wita, adalah Kajitan, 56, dan Juwariyah, 46. Saat kejadian, pasutri asal Malang, Jawa Timur yang tinggal di Banjar Soka Kaja, Desa Antap, Kecamatan Selemadeg Barat ini naik motor Suzuki Shogun DK 2818 GT berboncengan.

Kala itu, motor yang dinaiki korban berboncengan melaju dari arah barat (Gilimanuk) menuju jurusan Denpasar. Mereka hendak berjualan nasi ke Pasar Bajera di Desa Bajera, Kecamatan Selemadeg, Tabanan. Setibanya di lokasi TKP yang dalam kondisi jalan lurus, dari arah belakang melaju kencang Bus Hino bernopol N 7134 UA yang dikemudikan Wiyono, 57. Bus Hino bermuatan 30 penumpang ini berusaha menyalip motor korban.

Naas, saat menyalip motor korban, Bus Hino ini terlalu mepet. Walhasil, bodi samping kiri Bus Hino senggol stang sebelah kanan motor Shogun DK 2818 GT yang dinaiki pasutri Kajitan dan Juwariyah. Usai disenggol, motor korban langsung oleng, hingga pasutri Kajitan dan Juwariyah jatuh ke aspal.

Celakanya, si istri, Juwariyah, terpental ke arah kanan sehingga perempuan berusia 46 tahun ini langsung terlindas ban kiri belakang Bus Hino N 7134 UA. Korban pun langsung tewas mengenaskan di lokasi TKP dalam kondisi luka berat dan tubuh remuk, bahkan kepalanya sampai pecah.

Sebaliknya, sang suami, Kajitan, selamat dari maut dalam kondisi terluka, karena jatuh terpental ke arah kiri (ke tepi jalan) bersama motornya. Pria berusia 56 tahun yang dalam kondisi sadar ini mengalami luka di jempol kaki kanan, telunjuk kaki kanan, lutut kanan, dan siku kanan. Korban kajitan sempat dibawa berobat ke Puskesmas Selemadeg, namun siangnya dizinkan pulang.

Kecelakaan maut yang dipicu aksi ugal-ugalan Bus Hino ini sontak membuat warga dan pengendara yang melintas terperangah, hingga mereka berhenti di lokasi. Mereka ramai-ramai menenangkan Kajitan yang shock melihat istrinya, Juwariyah, tergeletak tak bernyawa di tengah jalan. Ada warga yang memberikan kain untuk menutup mayat Juwariyah yang kondisinya mengenaskan.

Berselang beberapa menit kemudian, barulah petugas Polsek Selemadeg Barat dan Polsek Selemadeg datang ke lokasi TKP. Polisi kemudian menelepon BRSUD Tabanan untuk mengirim mobil ambulans ke lokasi buat menjemput jenazah Juwariyah. Selanjutnya, jenazah Juwariyah dikirim ke BRSUD Tabanan untuk visum dan dibersihkan. Sebaliknya, pengemudi Bus Hino N 7134 UA, Wiyono, asal kawasan Sukoanyar Wajak, Malang, Jawa Timur, kemarin pagi langsung diamankan ke Ma-polres Tabanan.

Kasat Lantas Polres Tabanan, AKP Kadek Citra Dewi Suparwati, mengatakan pihaknya sudah melakukan olah TKP serta meminta keterangan saksi-saksi di lapangan terkait kecelakaan maut di Desa Antosari ini. Dari hasil pemeriksaan, kecelakaan maut ini dipicu lah Bus Hino N 7134 UA yang kurang hati-hati saat salip kendaraan didepannya. Meski demikian, belum ada penetapan tersangka terhadap sopir bus, Wiyono. “Masih tunggu keterangan, nantilah supaya tidak salah memberikan statemen," elak AKP Kadek Citra.

Sementara itu, mayat korban Juwariyah tiba di Ruang Jnazah BRSUD Tabanan, Selasa pagi pukul 08.00 Wita atau sekitar 1,5 jam pasca kecelakaan. Berdasarkan hasil pemerikaan tim medis, korban tewas dengan kondisi kepala pecah dan luka robek memanjang di tangan kanan.

Pantauan NusaBali, anak angkat korban Juwariyah, Agus Masud, 32, tampak sibuk mengurus surat-surat untuk membawa pulang jenazah ibunya ke Malang. "Jenazah ibu akan dibawa ke Malang hari ini (kemarin) untuk dikuburkan," ujar Agus Masud.

Menurut Agus, saat kecelakaan kemarin pagi, ayah dan ibu angkatnya itu sedang dalam perjalanan untuk jualan nasi ke Pasar Bajera. "Saya tahu peristiwa ini dari teman. Saat saya datang ke lokasi, ibu sudah meninggal," katanya.

Agus mengisahkan, pasutri Kajitan dan Juwariyah punya anak kandung yang baru lulus SMA. Anak kandungnya itu tinggal di Malang bersama neneknya. Sedangkan pasutri Kajitan-Juwariyah sudah 10 tahun tinggal di Bali. "Saya ini anak angkat. Kami tidak tinggal serumah, karena saya bersama istri dan anak tinggal sekitar 500 meter dari rumah ibu,” jelas Agus. *d

Komentar