Jangan Diskriminasi Kejar Paket C
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, (Menristekdikti) Prof H Mohamad Nasir PhD Ak menyambangi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja.
Menristekdikti Pantau SBMPTN di Undiksha
SINGARAJA, NusaBali
Kedatangan Menteri ini untuk memantau pelaksanaan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), yang dilaksanakan serentak se Indonesia, Selasa (8/5) pagi.
Menristekdikti Mohamad Nasir menegaskan dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru tidak ada bentuk kecurangan dan disdkriminasi pada mahasiswa berkebutuhan khusus. Rombongan Menteri bersama Ketua Panitia SBMPTN Rvi Kasidi, tiba di Undiksha pada pukul 08.00 Wita. Pemantauan diawali dengan penyerahan naskah soal Ujian Tulis Berbasis Cetak (UTBC) di Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Undiksha. Menristekdikti Mohamad Nasir juga sempat mengecek pelaksanaan SBMPTN melalui Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di ruang Puskom Undiksha.
Dalam keterangan persnya, pihaknya menjelaskan penyelenggaraan SBMPTN di perguruan tinggi di Indonesia diikuti oleh 861.000 peserta dengan 42 panitia lokal. Jumlah tersebut mengikuti seleksi dalam bidang saintek, soshum (sosial dan hukum) dan campuran. Dalam penyelenggaraan SBMPTN tahun ini, pihaknya berharap tidak ada kecurangan dalam bentuk apapun, baik dari kebocoran soal, tidak ada perjokian. Selain itu tidak ada diskriminasi terhadap peserta dari kejar paket C dan disabilitas yang melamar di perguruan tinggi negeri (PTN). “Kalau kecurangan dilakukan oleh panitia, kami pasti berikan sanksi. Begitu pula kalau calon mahasiswa ketahuan melakukan perjokian, kami akan arahkan perguruan tinggi yang dituju untuk langsung mengeluarkannya. Terpenting juga peserta dari paket C dan disabilitas jangan didiskriminasi karena mereka memiliki kesempatan yang sama,” tegasnya.
Jelas Menristekdikti Mohamad Nasir, dari 861.000 peserta yang melamar di PTN, 1.078 di antaranya dari paket C dan 365 peserta disabilitas yang terdiri dari 107 orang tuna netra, 123 orang tuna rungu, 43 orang tuna wicara, dan 93 orang tuna daksa. Jika mereka nantinya dinyatakan lulus seleksi, pihak PTN yang dituju pun tidak boleh menolak dan wajib menyediakan sarana yang ramah bagi mereka. Hal ini sesuai Permenristekdikti Nomor 46 Tahun 2017, tentang Pendidikan dan Layanan Khusus.
Sejauh ini, jelasnya, PTN di Indonesia sudah banyak yang menerima mahasiswa disabilitas. Seperti Universitas Indonesia, Universitas Sebelas Maret, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Malang dan Universitas Brawijaya, Malang. Dalam kesempatan itu, Menristekdikti Mohamad Nasir menjelaskan dalam penerimaan mahasiswa baru di Indonesia dari 861.000 pelamar yang akan diterima nanti hanya 340.677 orang.
Menurutnya, Undiksha merupakan universitas dengan potensi pengembangan yang cukup besar juga akan menjalani proses penerimaan mahasiswi dengan ketat. Pelamarnya dari 27 provinsi di Indonesia, antara lain NTB, NTT, Medan, Jawa, dan Papua. Seperti yang diungkapkan Rektor Undiksha Dr I Nyoman Jampel, tahun ini Undiksha menerima calon mahasiswa yang mengikuti seleksi 5.754 orang. Persaingannya pun dinyatakan akan cukup ketat karena dari jumlah tersebut akan diciutkan kembali menjadi 3.000an calon mahasiswa yang akan diterima.
Soal penekanan soal kecurangan, pihaknya mengaku sudah melakukan antisipasi awal. Yakni, pengecekan nama dan foto peserta sesuai data pelamar yang sudah masuk dalam data base. Sedangkan, pelayanan untuk calon mahasiswa disabilitas sampai saat ini belum dilakukan. Karena belum ada mahasiswa disabilitas yang lolos seleksi di Undiksha. “Kami sudah rapatkan di tingkat pimpinan untuk sediakan fasilitas itu. Sementara belum ada mahasiswa yang disabilitas. Kalau misalnya ada, tahun ini kami siap untuk membangunkan sarana ramah disabilitas,” tegasnya. *k23
Komentar