Hiasan Penjor Gunakan Padi Bali Mulai Diburu
Harga Bahan Baku Lebih Mahal, Harga Jual Justru Turun
TABANAN, NusaBali
Wilayah Kecamatan Penebel, Tabanan, merupakan salah satu sentra penghasil padi Bali. Beberapa warga Banjar Wangaya Kelod, Desa Wangaya, Kecamatan Penebel, memanfaatkan padi Bali itu untuk mengais rupiah, yakni dimanfaatkan untuk membuat hiasan penjor guna persiapan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Pembuat hiasan penjor dari padi Bali sudah sebulan melakukan persiapan, karena pembeli dari luar Tabanan sudah berdatangan.
Seperti diakui oleh Ni Nengah Pariati, salah seorang pembuat hiasan penjor gunakan padi Bali. Wanita usia 52 tahun ini mengaku sudah mempersiapkan sejak sebulan lalu. Bahkan hasilnya sudah ada yang dijual ke Gianyar. “Satu truk hasil buatan saya sudah ada yang dijual, karena ada anak saya punya kios di Gianyar wilayah kota,” ujarnya, Kamis (10/5).
Kata Pariati yang juga sebagai pengepul, padi Bali didapatkan dari stok yang dia punya dan membeli dari warga sekitar. Diakui harga 1 kwintal padi Bali saat ini naik dibanding Galungan yang lalu. Sekarang harganya mencapai Rp 1 juta, sedang sebelumnya Rp 700 ribu.
Hal ini dikarenakan stok padi Bali yang dimiliki warga terbatas, karena saat ini baru akan panen. Maklum saja jarak panen padi Bali sangat lama yakni 6 bulan. “Disamping itu karena musim kemarau juga, jadi tidak banyak warga punya stok. Makanya sedikit sulit cari bahan baku, tidak seperti Galungan sebelumnya karena sedang masa panen,” ujarnya.
Namun terbatasnya stok padi Bali tidak membuat harga hiasan penjor meningkat, justru malah lebih murah. Mulai dari harga Rp 12 ribu untuk isian 10 batang hingga Rp 22 ribu untuk isian 12 batang. Sementara sebelumnya yang isian 10 seharga Rp 15 dan yang isian 12 sampai Rp 25 ribu. “Ini karena adanya pesaing dari Karangasem yang berani jual lebih murah,” tutur Pariati yang saat ini dibantu 12 karyawan untuk usaha musimannya.
Pariati menambahkan, kalau tidak ada kerjaan lain biasanya dia menghasilkan 50 batang yang isian 30 helai, dan 100 batang yang isian 12 helai. Dan ini merupakan kerjaan sambilan yang dominan dikerjakan para ibu rumah tangga seusai memasak. “Paling pukul 09.00 mulainya sampai 17.00 Wita. Kalau misalnya ada kerjaan lain, kami tidak kerjakan,” imbuhnya.
Diakui dia belum bisa mengkalkulasi keuntungan yang akan didapat mengingat harga padi Bali lebih mahal. Pada Galungan sebelumnya dia memperoleh untung sekitar Rp 1.500.000, sementara untuk saat ini diperkirakan sampai di angka Rp 1.000.000 karena hasil karyanya harganya saat ini lebih murah. “Untuk upah biasanya saya kasih karyawan ketika dapat 100 batang uang didapatkan Rp 25 ribu untuk isian 12 helai, dan isian 30 helai dapat 100 batang upahnya Rp 50 ribu,” ucap Pariati. *d
Wilayah Kecamatan Penebel, Tabanan, merupakan salah satu sentra penghasil padi Bali. Beberapa warga Banjar Wangaya Kelod, Desa Wangaya, Kecamatan Penebel, memanfaatkan padi Bali itu untuk mengais rupiah, yakni dimanfaatkan untuk membuat hiasan penjor guna persiapan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Pembuat hiasan penjor dari padi Bali sudah sebulan melakukan persiapan, karena pembeli dari luar Tabanan sudah berdatangan.
Seperti diakui oleh Ni Nengah Pariati, salah seorang pembuat hiasan penjor gunakan padi Bali. Wanita usia 52 tahun ini mengaku sudah mempersiapkan sejak sebulan lalu. Bahkan hasilnya sudah ada yang dijual ke Gianyar. “Satu truk hasil buatan saya sudah ada yang dijual, karena ada anak saya punya kios di Gianyar wilayah kota,” ujarnya, Kamis (10/5).
Kata Pariati yang juga sebagai pengepul, padi Bali didapatkan dari stok yang dia punya dan membeli dari warga sekitar. Diakui harga 1 kwintal padi Bali saat ini naik dibanding Galungan yang lalu. Sekarang harganya mencapai Rp 1 juta, sedang sebelumnya Rp 700 ribu.
Hal ini dikarenakan stok padi Bali yang dimiliki warga terbatas, karena saat ini baru akan panen. Maklum saja jarak panen padi Bali sangat lama yakni 6 bulan. “Disamping itu karena musim kemarau juga, jadi tidak banyak warga punya stok. Makanya sedikit sulit cari bahan baku, tidak seperti Galungan sebelumnya karena sedang masa panen,” ujarnya.
Namun terbatasnya stok padi Bali tidak membuat harga hiasan penjor meningkat, justru malah lebih murah. Mulai dari harga Rp 12 ribu untuk isian 10 batang hingga Rp 22 ribu untuk isian 12 batang. Sementara sebelumnya yang isian 10 seharga Rp 15 dan yang isian 12 sampai Rp 25 ribu. “Ini karena adanya pesaing dari Karangasem yang berani jual lebih murah,” tutur Pariati yang saat ini dibantu 12 karyawan untuk usaha musimannya.
Pariati menambahkan, kalau tidak ada kerjaan lain biasanya dia menghasilkan 50 batang yang isian 30 helai, dan 100 batang yang isian 12 helai. Dan ini merupakan kerjaan sambilan yang dominan dikerjakan para ibu rumah tangga seusai memasak. “Paling pukul 09.00 mulainya sampai 17.00 Wita. Kalau misalnya ada kerjaan lain, kami tidak kerjakan,” imbuhnya.
Diakui dia belum bisa mengkalkulasi keuntungan yang akan didapat mengingat harga padi Bali lebih mahal. Pada Galungan sebelumnya dia memperoleh untung sekitar Rp 1.500.000, sementara untuk saat ini diperkirakan sampai di angka Rp 1.000.000 karena hasil karyanya harganya saat ini lebih murah. “Untuk upah biasanya saya kasih karyawan ketika dapat 100 batang uang didapatkan Rp 25 ribu untuk isian 12 helai, dan isian 30 helai dapat 100 batang upahnya Rp 50 ribu,” ucap Pariati. *d
Komentar