Keracunan Sampah, 4 Ekor Penyu Tewas
Tidak ada tanda-tanda kekerasan pada bangkai penyu. Penyu itu kemungkinan mengalami keracunan sampah di laut.
NEGARA, NusaBali
Dalam waktu sehari, Kamis (10/5), empat ekor bangkai penyu lekang ditemukan terdampar di kawasan pantai Kabupaten Jembrana. Belum diketahui secara pasti penyebab kematian penyu tersebut. Namun ada dugaan kematian penyu ini karena pencemaran air laut akibat sampah.
Informasi, Jumat (11/5), emoat ekor bangkai penyu lekang itu masing-masing ditemukan dua ekor di pantai Desa/Kecamatan Pekutatan, seekor di pantai Banjar Tembles, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, dan seekor di pantai Banjar Dangin Berawah, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana. Saat ditemukan, keempat bangkai penyu lekang yang sudah dewasa tersebut juga sudah membusuk.
Koordinator Kelompok Pelestari Penyu (KPP) Kurma Asih, Desa Perancak, I Wayan Astika Jaya, mengubur seekor bangkai penyu lekang di pantai Banjar Dangin Berawah, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, Jumat kemarin. Dia mengatakan, tidak bisa memastikan penyebab kematian penyu tersebut. Menurutnya, kematian penyu yang diketahui cukup banyak tersebut, sangat mengkhawatirkan. “Hampir setiap tahun ada saja temuan bangkai penyu terdampar. Termasuk dari informasi terakhir, selain yang ditemukan di Perancak kemarin petang ini, kemarin juga ada 2 ekor ditemukan di Pekutatan, dan 1 ekor di Tembles (Penyaringan). Apa yang menyebabkan kematian penyu-penyu itu masih misterius, dan sebenarnya perlu dipastikan melalui pihak berkompeten,” ujar Anom, yang kemarin melakukan penguburan bangkai penyu di pantai Banjar Dangin Berawah, Perancak teresbut, dibantau ayahnya, I Wayan Tirta, dan seorang warga setempat, Putu Budiana.
Sebenarnya, kata Anom, temuan seekor bangkai penyu lekang di pantai Banjar Dangin Berawah itu, juga merupakan temuan bangkai penyu lekang kedua dalam kurun seminggu terakhir di Desa Perancak. Tepatnya, Kamis (3/5) lalu, juga ditemukan seekor bangkai penyu lekang terdampar di pantai Banjar Mekar Sari. “Semua penyu-penyu yang ditemukan itu masih usia produktif. Yang duluan di Banjar Mekar Sari, Kamis (3/5) lalu, kelaminnya bentina, perkiraan usia 50 tahun. Yang di Banjar Dangin Berawah ini, kelaminnya jantan, perkiraan usia 60-70 tahun,” ujarnya.
Sedangkan normalnya, sambung Anom, usia penyu dapat mencapai ratusan tahun. Melihat ciri-ciri fisiknya yang tidak ada tanda-tanda kekerasan pada bangkai penyu. Penyu itu kemungkinan mengalami keracunan sampah di laut. “Kalau dulu, penyu ini terancam karena sengaha diburu. Tetapi sekarang dengan serentetan temuan bangkai penyu ini, jangan-jangan laut sudah tercemar. Menurut kami, ini penting dipastikan,” tegasnya.
Sementara itu, petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupten Jembrana, I Wayan Suamba, yang juga sempat mengecek lokasi penanaman bangkai penyu lekang di pantai Banjar Dangin Berawah, Desa Perancak, Jumat kemarin, mengaku, tidak bisa memastikan serentetan penyebab kematian penyu tersebut. Menurutnya, untuk petugas BKSDA di Kabuapten, tidak ada berkompetensi khusus dokter hewan yang bisa melakukan outopsi. “Kalau di Provinsi, baru ada dokter hewan. Yang pasti, kami petugas di Kabupaten, sudah terus berusaha melaporkan setiap ada kasus temuan bangkai penyu. Tetapi sepengetahun kami, untuk mengidentifikasi penyebab kematian satwa, bisa kalau bangkai masih bagus. Sedangkan yang ditemukan selama ini, kebanyakan sudah membusuk,” ujarnya.*ode
Dalam waktu sehari, Kamis (10/5), empat ekor bangkai penyu lekang ditemukan terdampar di kawasan pantai Kabupaten Jembrana. Belum diketahui secara pasti penyebab kematian penyu tersebut. Namun ada dugaan kematian penyu ini karena pencemaran air laut akibat sampah.
Informasi, Jumat (11/5), emoat ekor bangkai penyu lekang itu masing-masing ditemukan dua ekor di pantai Desa/Kecamatan Pekutatan, seekor di pantai Banjar Tembles, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, dan seekor di pantai Banjar Dangin Berawah, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana. Saat ditemukan, keempat bangkai penyu lekang yang sudah dewasa tersebut juga sudah membusuk.
Koordinator Kelompok Pelestari Penyu (KPP) Kurma Asih, Desa Perancak, I Wayan Astika Jaya, mengubur seekor bangkai penyu lekang di pantai Banjar Dangin Berawah, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, Jumat kemarin. Dia mengatakan, tidak bisa memastikan penyebab kematian penyu tersebut. Menurutnya, kematian penyu yang diketahui cukup banyak tersebut, sangat mengkhawatirkan. “Hampir setiap tahun ada saja temuan bangkai penyu terdampar. Termasuk dari informasi terakhir, selain yang ditemukan di Perancak kemarin petang ini, kemarin juga ada 2 ekor ditemukan di Pekutatan, dan 1 ekor di Tembles (Penyaringan). Apa yang menyebabkan kematian penyu-penyu itu masih misterius, dan sebenarnya perlu dipastikan melalui pihak berkompeten,” ujar Anom, yang kemarin melakukan penguburan bangkai penyu di pantai Banjar Dangin Berawah, Perancak teresbut, dibantau ayahnya, I Wayan Tirta, dan seorang warga setempat, Putu Budiana.
Sebenarnya, kata Anom, temuan seekor bangkai penyu lekang di pantai Banjar Dangin Berawah itu, juga merupakan temuan bangkai penyu lekang kedua dalam kurun seminggu terakhir di Desa Perancak. Tepatnya, Kamis (3/5) lalu, juga ditemukan seekor bangkai penyu lekang terdampar di pantai Banjar Mekar Sari. “Semua penyu-penyu yang ditemukan itu masih usia produktif. Yang duluan di Banjar Mekar Sari, Kamis (3/5) lalu, kelaminnya bentina, perkiraan usia 50 tahun. Yang di Banjar Dangin Berawah ini, kelaminnya jantan, perkiraan usia 60-70 tahun,” ujarnya.
Sedangkan normalnya, sambung Anom, usia penyu dapat mencapai ratusan tahun. Melihat ciri-ciri fisiknya yang tidak ada tanda-tanda kekerasan pada bangkai penyu. Penyu itu kemungkinan mengalami keracunan sampah di laut. “Kalau dulu, penyu ini terancam karena sengaha diburu. Tetapi sekarang dengan serentetan temuan bangkai penyu ini, jangan-jangan laut sudah tercemar. Menurut kami, ini penting dipastikan,” tegasnya.
Sementara itu, petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupten Jembrana, I Wayan Suamba, yang juga sempat mengecek lokasi penanaman bangkai penyu lekang di pantai Banjar Dangin Berawah, Desa Perancak, Jumat kemarin, mengaku, tidak bisa memastikan serentetan penyebab kematian penyu tersebut. Menurutnya, untuk petugas BKSDA di Kabuapten, tidak ada berkompetensi khusus dokter hewan yang bisa melakukan outopsi. “Kalau di Provinsi, baru ada dokter hewan. Yang pasti, kami petugas di Kabupaten, sudah terus berusaha melaporkan setiap ada kasus temuan bangkai penyu. Tetapi sepengetahun kami, untuk mengidentifikasi penyebab kematian satwa, bisa kalau bangkai masih bagus. Sedangkan yang ditemukan selama ini, kebanyakan sudah membusuk,” ujarnya.*ode
Komentar