Desa Pemuteran dan Pejarakan Kembangkan Pisang Organik
Desa Pemuteran dan Pejarakan di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, mengintensifkan pengembangan pisang hijau secara organik, namun perlu diimbangi sistem pemasaran yang baik, agar hasil petani itu laku dijual dengan harga wajar.
SINGARAJA, NusaBali
"Petani mulai mengintensifkan tanaman pisang hijau Thailand sejak tahun 2014 dan kini terus berkembang, namun sistem pemasaran masih perlu diatur dengan baik," kata Camat Gerokgak, Kabupaten Buleleng Putu Ariadi Pribadi, Rabu (9/5).
Ia mengatakan, pemasaran pisang yang dihasilkan petani di wilayah Kecamatan Grokgak masih dilakukan secara mandiri. Ke depan sebaiknya produksi pisang itu dikumpulkan jadi satu, lalu pemasarannya dikelola secara bersama bekerjasama dengan satu lembaga pemasaran.
Masalah yang terjadi selama ini, jika harga pisang mahal, petani menjual sendiri pisangnya ke pembeli di Denpasar atau dikirim sendiri ke daerah lain. Pada saat harga pisang murah dan tidak ada permintaan, petani jadi sulit memasarkannya akibat tidak ada membeli.
Menurut Ariadi, hasil panen pisang petani sebaiknya dikumpulkan menjadi satu dan dipasarkan melalui kerjasama dengan lembaga pemasaran resmi. Lembaga pemasaran itu nantinya menyalurkan pisang itu ke swalayan, hotel atau ke minimarket. Dengan cara seperti itu harga akan tetap stabil dan panen pisang tidak ada yang mubazir.
Pisang ijo Thailand dikembangkan sejak tahun 2014. Proyek pertama awalnya dikembangkan oleh Putu Merta, di atas lahan seluas satu hektare dengan jumlah pohon pisang mencapai 2000 pohon. Pada tahun pertama penanaman buah pisang baru bisa dipanen setelah sebelas bulan.
Pada awal penanaman pisang tersebut petani dibantu oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Nusa Dua. Bantuan untuk penanaman kedua dibantu oleh Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng. Selanjutnya karena mendapatkan keuntungan, budi daya pisang hijau terus dikembangkan oleh petani.
Seorang petani, Komang Dartika mengatakan, pihaknya bersama rekannya, Putu Merta, awalnya mengembangkan pisang pada lahan seluas satu hektare dengan jumlah pohon pisang mencapai 2.000 pohon. Pada tahun pertama penanaman buah pisang baru bisa dipanen setelah sebelas bulan. Dan hingga kini jumlah luas lahan budi daya pisang di wilayah itu mencapai 30 hektare.*ant
"Petani mulai mengintensifkan tanaman pisang hijau Thailand sejak tahun 2014 dan kini terus berkembang, namun sistem pemasaran masih perlu diatur dengan baik," kata Camat Gerokgak, Kabupaten Buleleng Putu Ariadi Pribadi, Rabu (9/5).
Ia mengatakan, pemasaran pisang yang dihasilkan petani di wilayah Kecamatan Grokgak masih dilakukan secara mandiri. Ke depan sebaiknya produksi pisang itu dikumpulkan jadi satu, lalu pemasarannya dikelola secara bersama bekerjasama dengan satu lembaga pemasaran.
Masalah yang terjadi selama ini, jika harga pisang mahal, petani menjual sendiri pisangnya ke pembeli di Denpasar atau dikirim sendiri ke daerah lain. Pada saat harga pisang murah dan tidak ada permintaan, petani jadi sulit memasarkannya akibat tidak ada membeli.
Menurut Ariadi, hasil panen pisang petani sebaiknya dikumpulkan menjadi satu dan dipasarkan melalui kerjasama dengan lembaga pemasaran resmi. Lembaga pemasaran itu nantinya menyalurkan pisang itu ke swalayan, hotel atau ke minimarket. Dengan cara seperti itu harga akan tetap stabil dan panen pisang tidak ada yang mubazir.
Pisang ijo Thailand dikembangkan sejak tahun 2014. Proyek pertama awalnya dikembangkan oleh Putu Merta, di atas lahan seluas satu hektare dengan jumlah pohon pisang mencapai 2000 pohon. Pada tahun pertama penanaman buah pisang baru bisa dipanen setelah sebelas bulan.
Pada awal penanaman pisang tersebut petani dibantu oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Nusa Dua. Bantuan untuk penanaman kedua dibantu oleh Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng. Selanjutnya karena mendapatkan keuntungan, budi daya pisang hijau terus dikembangkan oleh petani.
Seorang petani, Komang Dartika mengatakan, pihaknya bersama rekannya, Putu Merta, awalnya mengembangkan pisang pada lahan seluas satu hektare dengan jumlah pohon pisang mencapai 2.000 pohon. Pada tahun pertama penanaman buah pisang baru bisa dipanen setelah sebelas bulan. Dan hingga kini jumlah luas lahan budi daya pisang di wilayah itu mencapai 30 hektare.*ant
Komentar