Jadikan Seni Menangkal Teruna Beralkohol
Mewujudkan pembangunan yang berimbang antara fisik, mental, dan spiritual, adalah cita-cita semua desa.
Geliat Krama Desa Padangan, Pupuan, Tabanan
TABANAN, NusaBali
Krama Desa Padangan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, amat mendambakan hasil pembangunan desa yang seimbang dimaksud.
Keseimbangan itu diupayakan dengan memanfaatkan peruntukan dana desa dalam APBDes. Selain untuk membangun fisik atau infrastruktur, juga memberdayakan masyarakat dalam bentuk pembinaan seni budaya desa. Murid SD, siswa SMP, dan pelajar SMA di desa ini belajar kesenian Bali di Sanggar Seni Sundara Budaya, Desa Padangan. Poin penting yang ingin diraih krama desa yakni meluruskan perilaku remaja yang sebelumnya tak terkontrol, kini jadi terarah secara positif. Berkat ikut sanggar seni, pemuda desa yang dulunya sering mabuk, kini kebiasaan tersebut bisa dihilangkan secara perlahan.
Jumat (11/5), Perbekel Desa Padangan I Wayan Warditha menjelaskan, dana desa yang didapatkan Desa Padangan tahun 2018 mencapai Rp 817.417.000. Dari jumlah itu, Rp 67 juta atau sekitar 8,2 persen digunakan untuk mendukung pengembangan seni dan budaya Bali khususnya tabuh dan tari. Warditha menerangkan, program seni dan budaya ini diwujudkan dalam pelatihan seni untuk anak-anak dan remaja. Untuk anak SD diberikan latihan dasar kerawitan, sikap duduk, tata cara memegang panggul, tatekep dada, dan kedisiplinan sebelum nantinya diajarkan untuk magambel (menabuh) secara sempurna. Anak-anak SMP sudah diajarkan menabuh dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Bahkan untuk belajar tari khusus anak-anak SD dan SMP dikategorikan dalam pembinaan. Untuk SD (pemula) terfokus pada pelajaran agem dan SMP sudah diajarkan penguasaan teknik dasar dan keindahan dalam suatu pementasan. Sedangkan untuk SMA diberikan kebebasan dalam berekspresi dan akan disokong dengan pendanaan. "Jadi program ini terorganisir matang dalam Sanggar Seni Sundara Budaya," ujarnya.
Jelas Wardhita, program seni dan budaya dimaksud sangat bagus untuk menghibur masyarakat Desa Padangan yang lokasinya memang jauh dari perkotaan. Selain itu, program bidang seni ini juga untuk melestarikan dan meletakkan dasar-dasar karakter yang kuat dalam program pemerintah yaitu Revolusi Mental. Sebab di dalam pelatihan seni juga ditempa tentang kedisiplinan, belajar tentang tanggung jawab kelompok, menghargai waktu dan keberanian dalam pementasan. "Dan dari Pemkab pun, kami juga dibantu anggaran untuk pembinaan seni ini," imbuh Warditha.
Bahkan atas program yang diterapkan ini, antusias masyarakat sangat bagus. Apalagi disuguhi hiburan, semua warga senang, terutama saat anak-anak tampil dalam berbagai acara seperti piodalan di pura-pura, pementasan pada hari Ngarupuk sehari setelah Hari Raya Nyepi, dan pada even-even tertentu yang diselenggarakan Pemkab Tabanan. Antara lain, memeriahkan HUT Kota Tabanan. "Respon masyarakat sangat mendukung, dan tokoh-tokoh desa selalu mensuport. Karena ada berlatih seni, para teruna (pemuda desa) tidak sempat menyentuh alkohol," bebernya.
Diakui Warditha, dalam pelatihan seni budaya itu pihaknya menggunakan pelatih baik dari dalam Desa Padangan maupun luar Desa Padangan. Lebih dari 100 anak dari lima banjar tergabung dalam pelatihan untuk menghidupkan seni budaya di desa ini.
Tak hanya itu, kata Warditha, ibu-ibu PKK dan krama lansia (lanjut usis) juga mendapatkan bagian dalam melestarikan budaya. Lansia dilatih Tari Rejang Renteng lewat program Posyandu, disamping itu juga dilatih senam. Dan untuk Tari Rejang Renteng untuk ibu-ibu PKK dibiayai dengan anggaran dalam Pos PKK. "Sedangkan untuk latihan tari joged, angklung, dan gong, kami carikan sumber lain, seperti APBD kabupaten maupun Provinsi Bali," tegasnya. *d
TABANAN, NusaBali
Krama Desa Padangan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, amat mendambakan hasil pembangunan desa yang seimbang dimaksud.
Keseimbangan itu diupayakan dengan memanfaatkan peruntukan dana desa dalam APBDes. Selain untuk membangun fisik atau infrastruktur, juga memberdayakan masyarakat dalam bentuk pembinaan seni budaya desa. Murid SD, siswa SMP, dan pelajar SMA di desa ini belajar kesenian Bali di Sanggar Seni Sundara Budaya, Desa Padangan. Poin penting yang ingin diraih krama desa yakni meluruskan perilaku remaja yang sebelumnya tak terkontrol, kini jadi terarah secara positif. Berkat ikut sanggar seni, pemuda desa yang dulunya sering mabuk, kini kebiasaan tersebut bisa dihilangkan secara perlahan.
Jumat (11/5), Perbekel Desa Padangan I Wayan Warditha menjelaskan, dana desa yang didapatkan Desa Padangan tahun 2018 mencapai Rp 817.417.000. Dari jumlah itu, Rp 67 juta atau sekitar 8,2 persen digunakan untuk mendukung pengembangan seni dan budaya Bali khususnya tabuh dan tari. Warditha menerangkan, program seni dan budaya ini diwujudkan dalam pelatihan seni untuk anak-anak dan remaja. Untuk anak SD diberikan latihan dasar kerawitan, sikap duduk, tata cara memegang panggul, tatekep dada, dan kedisiplinan sebelum nantinya diajarkan untuk magambel (menabuh) secara sempurna. Anak-anak SMP sudah diajarkan menabuh dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Bahkan untuk belajar tari khusus anak-anak SD dan SMP dikategorikan dalam pembinaan. Untuk SD (pemula) terfokus pada pelajaran agem dan SMP sudah diajarkan penguasaan teknik dasar dan keindahan dalam suatu pementasan. Sedangkan untuk SMA diberikan kebebasan dalam berekspresi dan akan disokong dengan pendanaan. "Jadi program ini terorganisir matang dalam Sanggar Seni Sundara Budaya," ujarnya.
Jelas Wardhita, program seni dan budaya dimaksud sangat bagus untuk menghibur masyarakat Desa Padangan yang lokasinya memang jauh dari perkotaan. Selain itu, program bidang seni ini juga untuk melestarikan dan meletakkan dasar-dasar karakter yang kuat dalam program pemerintah yaitu Revolusi Mental. Sebab di dalam pelatihan seni juga ditempa tentang kedisiplinan, belajar tentang tanggung jawab kelompok, menghargai waktu dan keberanian dalam pementasan. "Dan dari Pemkab pun, kami juga dibantu anggaran untuk pembinaan seni ini," imbuh Warditha.
Bahkan atas program yang diterapkan ini, antusias masyarakat sangat bagus. Apalagi disuguhi hiburan, semua warga senang, terutama saat anak-anak tampil dalam berbagai acara seperti piodalan di pura-pura, pementasan pada hari Ngarupuk sehari setelah Hari Raya Nyepi, dan pada even-even tertentu yang diselenggarakan Pemkab Tabanan. Antara lain, memeriahkan HUT Kota Tabanan. "Respon masyarakat sangat mendukung, dan tokoh-tokoh desa selalu mensuport. Karena ada berlatih seni, para teruna (pemuda desa) tidak sempat menyentuh alkohol," bebernya.
Diakui Warditha, dalam pelatihan seni budaya itu pihaknya menggunakan pelatih baik dari dalam Desa Padangan maupun luar Desa Padangan. Lebih dari 100 anak dari lima banjar tergabung dalam pelatihan untuk menghidupkan seni budaya di desa ini.
Tak hanya itu, kata Warditha, ibu-ibu PKK dan krama lansia (lanjut usis) juga mendapatkan bagian dalam melestarikan budaya. Lansia dilatih Tari Rejang Renteng lewat program Posyandu, disamping itu juga dilatih senam. Dan untuk Tari Rejang Renteng untuk ibu-ibu PKK dibiayai dengan anggaran dalam Pos PKK. "Sedangkan untuk latihan tari joged, angklung, dan gong, kami carikan sumber lain, seperti APBD kabupaten maupun Provinsi Bali," tegasnya. *d
Komentar