Muncul Bank Sampah Berbasis Aplikasi
Sekelompok anak muda Gianyar berbuat kreatif dalam hal peduli lingkungan.
GIANYAR, NusaBali
Anak muda yang dikoordinir Ida Bagus Mandhara Brasika ini tergabung dalam sosiopreuner Griya Luhu. Seperti namanya, Griya Luhu berarti Rumah Sampah. Komunitas ini membuat konsep Bank Sampah berbasis aplikasi.
Ditemui di kediamannya, Jalan Cendrawasih, Kelurahan Beng, Gianyar, IB Mandahara alias Gus Nara mengaku sudah cukup lama prihatin melihat kondisi sampah di Bali, khususnya di Gianyar. Menurut Gus Nara, permasalahan sampah sejatinya bersumber di hulu. Ketika masyarakat akan menghasilkan sampah. “Kami ingin ubah mind set masyarakat bahwa, sampah itu harus dipilah sebelum dibuang. Selama ini kan sampah yang dibuang tercampur, sehingga masalah sampah hanya berpindah dari tempat A ke tempat B. Tidak ada solusi,” jelasnya.
Bersama tujuh teman dia melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan rapat-rapat PKK. Dia mengajak masyarakat untuk bijak memilah sampah menjadi tiga jenis; sampah organik, anorganik dan recycle (yang bisa di daur ulang). Oleh Griya Luhu, hanya sampah anorganik yang dibuang ke TPA. Sedangkan sampah recycle, diolah kembali. “Sampah plastik kami jual ke pengepul. Sedangkan sampah kain perca kami olah kembali menjadi keset,” jelasnya. Untuk pengolahan keset ini, Griya Luhu pun memberdayakan ibu PKK di wilayah Kintamani. “Caranya membuat tidak dijarit, melainkan diulat dan diikat. Hasilnya cukup bagus, banyak yang berminat,” jelasnya.
Griya Luhu pun membuat Bank Sampah Griya Luhu menggunakan aplikasi Simalu.id. “Aplikasi ini hasil kerjasama dengan anggota komunitas kami di Unud. Singkatannya, sistem manajemen luu (simalu), bagaimana kita bisa memanajemen sampah,” jelas PNS Dinas Lingkungan Hidup Bangli ini.
Aplikasi yang bisa diunggah di playstore ini, dikatakan baru dilaunching sekitar tiga bulan. Hingga kini, masyarakat yang telah mendownload aplikasi ini sekitar 800 orang. Keunggulan dari aplikasi ini adalah data nasabah tersimpan rapi. “Biasanya Bank Sampah kan masih manual pencatatnya, dengan aplikasi ini bisa terecord di Hp,” terangnya. Termasuk untuk penjemputan sampah, dilakukan secara online. “Jadi masyarakat tinggal isi berapa kilo punya sampah, lalu tentukan kapan waktu penjemputan bisa dilakukan. Jadi semua berbasis online,” jelasnya.
Selain melayani sampah rumah tangga, Griya Luhu juga melakukan kerjasama dengan delapan SD dan SMP di Gianyar. “Kami siapkan konsep dan keranjang sampahnya. Lalu fasilitasi pengangkutan setiap hari Sabtu,” jelasnya. Dipilihnya SD, kata bujang kelahiran 23 Juni 1992 ini, untuk membiasakan anak-anak memilah sampah sejak dini. Dia yakin kedepan konsepnya ini akan diminati banyak orang. *nvi
Anak muda yang dikoordinir Ida Bagus Mandhara Brasika ini tergabung dalam sosiopreuner Griya Luhu. Seperti namanya, Griya Luhu berarti Rumah Sampah. Komunitas ini membuat konsep Bank Sampah berbasis aplikasi.
Ditemui di kediamannya, Jalan Cendrawasih, Kelurahan Beng, Gianyar, IB Mandahara alias Gus Nara mengaku sudah cukup lama prihatin melihat kondisi sampah di Bali, khususnya di Gianyar. Menurut Gus Nara, permasalahan sampah sejatinya bersumber di hulu. Ketika masyarakat akan menghasilkan sampah. “Kami ingin ubah mind set masyarakat bahwa, sampah itu harus dipilah sebelum dibuang. Selama ini kan sampah yang dibuang tercampur, sehingga masalah sampah hanya berpindah dari tempat A ke tempat B. Tidak ada solusi,” jelasnya.
Bersama tujuh teman dia melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan rapat-rapat PKK. Dia mengajak masyarakat untuk bijak memilah sampah menjadi tiga jenis; sampah organik, anorganik dan recycle (yang bisa di daur ulang). Oleh Griya Luhu, hanya sampah anorganik yang dibuang ke TPA. Sedangkan sampah recycle, diolah kembali. “Sampah plastik kami jual ke pengepul. Sedangkan sampah kain perca kami olah kembali menjadi keset,” jelasnya. Untuk pengolahan keset ini, Griya Luhu pun memberdayakan ibu PKK di wilayah Kintamani. “Caranya membuat tidak dijarit, melainkan diulat dan diikat. Hasilnya cukup bagus, banyak yang berminat,” jelasnya.
Griya Luhu pun membuat Bank Sampah Griya Luhu menggunakan aplikasi Simalu.id. “Aplikasi ini hasil kerjasama dengan anggota komunitas kami di Unud. Singkatannya, sistem manajemen luu (simalu), bagaimana kita bisa memanajemen sampah,” jelas PNS Dinas Lingkungan Hidup Bangli ini.
Aplikasi yang bisa diunggah di playstore ini, dikatakan baru dilaunching sekitar tiga bulan. Hingga kini, masyarakat yang telah mendownload aplikasi ini sekitar 800 orang. Keunggulan dari aplikasi ini adalah data nasabah tersimpan rapi. “Biasanya Bank Sampah kan masih manual pencatatnya, dengan aplikasi ini bisa terecord di Hp,” terangnya. Termasuk untuk penjemputan sampah, dilakukan secara online. “Jadi masyarakat tinggal isi berapa kilo punya sampah, lalu tentukan kapan waktu penjemputan bisa dilakukan. Jadi semua berbasis online,” jelasnya.
Selain melayani sampah rumah tangga, Griya Luhu juga melakukan kerjasama dengan delapan SD dan SMP di Gianyar. “Kami siapkan konsep dan keranjang sampahnya. Lalu fasilitasi pengangkutan setiap hari Sabtu,” jelasnya. Dipilihnya SD, kata bujang kelahiran 23 Juni 1992 ini, untuk membiasakan anak-anak memilah sampah sejak dini. Dia yakin kedepan konsepnya ini akan diminati banyak orang. *nvi
Komentar