Perbanyak Ekspor Muatan Lokal
Ekspor dengan muatan lokal lebih menguntungkan karena komponennya dari dalam negeri bukan komponen impor.
Antisipasi Rupiah Melemah di Bali
DENPASAR, NusaBali
Bank Indonesia mendorong pelaku usaha di Bali mengoptimalkan ekspor muatan local, untuk mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS."Ekspor dengan muatan lokal lebih menguntungkan karena komponennya dari dalam negeri bukan komponen impor," kata Kepala Devisi Sistem Pembayaran Pengelolaan Uang Rupiah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Teguh Setiadi, di Denpasar, Selasa (15/5).
Menurut Setiadi, ekspor bermuatan lokal dari Bali yang potensial adalah kerajinan, seperti patung dan kerajinan kayu yang banyak diminati pasar luar negeri. Eksportir muatan lokal, kata Setiadi, juga berpotensi mendapat keuntungan. Sebab pembeli asing memiliki kesempatan lebih besar membeli lebih banyak produk dari Bali."Jika sebelumnya satu dolar AS, pembeli mendapatkan satu barang sekarang bisa mendapatkan lebih banyak," ucap Teguh.
Lebih lanjut Teguh menjelaskan, pelemahan rupiah tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia karena dialami juga sejumlah negara. Menurutnya, pelemahan rupiah disebabkan pengaruh global yakni kebijalan bank sentral Amerika Serikat, The Fed yang akan menaikkan suku bunga bahkan hingga empat kali dalam setahun.
"Setiap mereka menaikkan suku bunga maka akan memperkuat dolar AS. Tentu investor akan balik ke mata uang yang lebih aman yakni dolar AS," ucap Teguh Setiadi.Perekonomian dalam negeri, kata dia, juga tidak ada masalah karena masih sehat yang tercermin dari pertumbuhan tetap tinggi, inflasi terkendali, cadangan devisa cukup dan anggaran masih di bawah target.
Bank Indonesia di Bali mendorong perluasan ekspor termasuk mendorong minimalisasi produk impor seperti memperkuat kelompok tani atau cluster untuk beberapa komoditas pertanian seperti bawang merah, bawang putih, cabai dan beras. Pihaknya membina pelaku usaha berorientasi ekspor seperti perkebunan kopi dan cokelat.
Sejak beberapa pekan terakhir nilai tukar rupiah melemah bahkan sempat menyentuh Rp14.000. Bahkan nilai tukar rupiah antarbank di Jakarta pada Selasa (15/5) pagi melemah 49 poin menjadi Rp14.012 dibanding posisi sebelumnya Rp13.963 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah relatif masih bergerak stabil seiring dengan cukup kuatnya optimisme pemerintah terhadap ekonomi nasional," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Selasa.Ia menambahkan bahwa sejumlah data ekonomi nasional yang telah dirilis juga menunjukan perbaikan. Data terbaru yakni defisit transaksi berjalan tercatat 5,5 miliar dolar AS (2,1 persen PDB) pada triwulan I 2018, lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai 6,0 miliar dolar AS (2,3 persen PDB). ant
DENPASAR, NusaBali
Bank Indonesia mendorong pelaku usaha di Bali mengoptimalkan ekspor muatan local, untuk mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS."Ekspor dengan muatan lokal lebih menguntungkan karena komponennya dari dalam negeri bukan komponen impor," kata Kepala Devisi Sistem Pembayaran Pengelolaan Uang Rupiah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Teguh Setiadi, di Denpasar, Selasa (15/5).
Menurut Setiadi, ekspor bermuatan lokal dari Bali yang potensial adalah kerajinan, seperti patung dan kerajinan kayu yang banyak diminati pasar luar negeri. Eksportir muatan lokal, kata Setiadi, juga berpotensi mendapat keuntungan. Sebab pembeli asing memiliki kesempatan lebih besar membeli lebih banyak produk dari Bali."Jika sebelumnya satu dolar AS, pembeli mendapatkan satu barang sekarang bisa mendapatkan lebih banyak," ucap Teguh.
Lebih lanjut Teguh menjelaskan, pelemahan rupiah tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia karena dialami juga sejumlah negara. Menurutnya, pelemahan rupiah disebabkan pengaruh global yakni kebijalan bank sentral Amerika Serikat, The Fed yang akan menaikkan suku bunga bahkan hingga empat kali dalam setahun.
"Setiap mereka menaikkan suku bunga maka akan memperkuat dolar AS. Tentu investor akan balik ke mata uang yang lebih aman yakni dolar AS," ucap Teguh Setiadi.Perekonomian dalam negeri, kata dia, juga tidak ada masalah karena masih sehat yang tercermin dari pertumbuhan tetap tinggi, inflasi terkendali, cadangan devisa cukup dan anggaran masih di bawah target.
Bank Indonesia di Bali mendorong perluasan ekspor termasuk mendorong minimalisasi produk impor seperti memperkuat kelompok tani atau cluster untuk beberapa komoditas pertanian seperti bawang merah, bawang putih, cabai dan beras. Pihaknya membina pelaku usaha berorientasi ekspor seperti perkebunan kopi dan cokelat.
Sejak beberapa pekan terakhir nilai tukar rupiah melemah bahkan sempat menyentuh Rp14.000. Bahkan nilai tukar rupiah antarbank di Jakarta pada Selasa (15/5) pagi melemah 49 poin menjadi Rp14.012 dibanding posisi sebelumnya Rp13.963 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah relatif masih bergerak stabil seiring dengan cukup kuatnya optimisme pemerintah terhadap ekonomi nasional," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Selasa.Ia menambahkan bahwa sejumlah data ekonomi nasional yang telah dirilis juga menunjukan perbaikan. Data terbaru yakni defisit transaksi berjalan tercatat 5,5 miliar dolar AS (2,1 persen PDB) pada triwulan I 2018, lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai 6,0 miliar dolar AS (2,3 persen PDB). ant
1
Komentar