Melahirkan di Jalan, Dievakuasi TNI/Polri
Seorang ibu di Banjar Anyar, Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Karangasem, Ni Luh Suartini, 38, melahirkan bayi prematur di jalan setapak Bukit Anyar, Kamis (17/5) siang pukul 13.00 Wita.
AMLAPURA, NusaBali
Perempuan yang kesehariannya bekerja sebagai dagang canang ini pun harus dievakuasi ke RSUD Karangasem dengan melibatkan anggota TNI dan Polri. Saat tiba-tiba melahirkan di tengah jalan setapak saat usia kandungannya baru 7,5 bulan, Kamis siang, Luh Suartini dalam perjalanan dari rumahnya hendak menuju tempat praktik bidan Ni Wayan Kanis di Banjar Kalanganyar, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Luh Suartini jalan kaki bersama suaminya, I Wayan Suartana, 41, dan anak ketiganya, I Komang Adi Raditya, 6.
Perjalanan baru sekitar 500 meter menyusuri jalan setapak di Bukit Anyar, ketika Luh Suartini mendadak sakit perut. Perempuan berusia 38 tahun ini pun langsung berhenti sambil duduk. Ternyata, itu pertanda akan melahirkan. Benar saja, bayi laki-laki lahir dari rahimnya.
Karena bayinya keburu lahir di jalan setapak kawasan Bukit Anyar saat hendak periksa kandungan ke bidan, Luh Suaritini pun balik kucing dengan berjalan tertatih-tatih sambil memegangi jabang bayinya yang tali pusarnya masih melekat. Sang suami, Wayan Suartana, tidak bisa menuntun Luh Suartini karena jalannya sangat sempit dan lokasinya di tepi jurang. Sedangkan putra ketiganya, Komang Adi Raditya, mendahului pulang untuk memberitahukan masalah ini kepada sang kakek, Wayan Mangku Putu.
Melalui perjuangan berat, Luh Suartini akhirnya berhasil tiba di gubuknya. Sementara mertuanya, Wayan Mangku Putu, mencari bidan Wayan Kanis dengan jalan kaki. Begitu tiba di gubuk Luh Suartini, bidan Wayan langsung lakukan penanganan memotong tali pusar untuk memisahkan bayi dengan ari-ari.
Karena kondisi ibunda si bayi masih lemah, bidan Wayan Kanis kemudian menghubungi Babinkamtibmas (Bayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) Desa Sibetan, Aiptu I Nyoman Sueca, agar memberikan pertolongan untuk mengantar ke RSUD Karangasem. Selanjutnya, Aitpu Nyoman Sueca minta back up dengan menghubungi Babinsa Desa Sibetan, Sertu I Made Suda. Polisi dan tentara ini kemudian meluncur ke gubuk Luh Suartini.
Singkat cerita, setelah bernegosiasi, Serti Made Suda dan Aiptu Nyoman Sueca berhasil membujuk Luh Suartini untuk diantar ke RSUD Karangasem di Amlapura dengan jalan kaki tanpa digotong. Hal itu sangat menyulitkan, mengingat medan yang teramat berat.
Maka, Sertu Made Suda mencari bambu dan meminta kain yang masih kuat untuk tempat duduk Luh Suartini. Selanjutnya, Luh Suartini dimasukkan ke dalam kain, lalu digotong berempat oleh Sertu Made Suda, Aiptu Nyoman Sueca, sang suami Wayan Suantara, dan seorang keluarganya. Perjalanan mereka harus mendaki bukit terjal, menyusuri jalan setapak sejauh 250 meter yang licin sehabis diguyur hujan, sebelum tioba di jalan tanah. Selanjutnya, Luh Suartini diantar ke RSUD Karangasem dengan mobil ambulans Puskesmas Bebandem.
Sehari kemudian, Jumat (18/5), Luh Suartini menjalani operasi steril di RSUD Karangasem. Maklum, sebelum kelahiran bayi di tengah jalan setapak ini, Luh Suartini sudah dikaruniai 3 anak: ketiga Ni Wayan Ita Dewi, 12, Ni Kadek Yunita Dayanti, 9, dan Komang Adi Raditya, 6. "Sebenarnya saya malu dibantu dengan cara digotong petugas. Mulanya, saya mencoba jalan kaki, tapi akhirnya tak ada pilihan lain,” cerita Luh Suartini di Sal Kamboja RSUD Karangasem, Jumat kemarin.
Sementara itu, Sertu Made Suda dan Aiptu Nyoman Sueca mengaku dengan senang hati bantu mengantar ibu yang habis melahirkan di tengan jalan ke rumah sakit ini, meskipun tempat kejadian bukan di wilayah kerjanya. "Saya senang bisa memberikan bantuan. Saya toh terbiasa latihan fisik," ujar Sertu Made Suda. *k16
Perempuan yang kesehariannya bekerja sebagai dagang canang ini pun harus dievakuasi ke RSUD Karangasem dengan melibatkan anggota TNI dan Polri. Saat tiba-tiba melahirkan di tengah jalan setapak saat usia kandungannya baru 7,5 bulan, Kamis siang, Luh Suartini dalam perjalanan dari rumahnya hendak menuju tempat praktik bidan Ni Wayan Kanis di Banjar Kalanganyar, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Luh Suartini jalan kaki bersama suaminya, I Wayan Suartana, 41, dan anak ketiganya, I Komang Adi Raditya, 6.
Perjalanan baru sekitar 500 meter menyusuri jalan setapak di Bukit Anyar, ketika Luh Suartini mendadak sakit perut. Perempuan berusia 38 tahun ini pun langsung berhenti sambil duduk. Ternyata, itu pertanda akan melahirkan. Benar saja, bayi laki-laki lahir dari rahimnya.
Karena bayinya keburu lahir di jalan setapak kawasan Bukit Anyar saat hendak periksa kandungan ke bidan, Luh Suaritini pun balik kucing dengan berjalan tertatih-tatih sambil memegangi jabang bayinya yang tali pusarnya masih melekat. Sang suami, Wayan Suartana, tidak bisa menuntun Luh Suartini karena jalannya sangat sempit dan lokasinya di tepi jurang. Sedangkan putra ketiganya, Komang Adi Raditya, mendahului pulang untuk memberitahukan masalah ini kepada sang kakek, Wayan Mangku Putu.
Melalui perjuangan berat, Luh Suartini akhirnya berhasil tiba di gubuknya. Sementara mertuanya, Wayan Mangku Putu, mencari bidan Wayan Kanis dengan jalan kaki. Begitu tiba di gubuk Luh Suartini, bidan Wayan langsung lakukan penanganan memotong tali pusar untuk memisahkan bayi dengan ari-ari.
Karena kondisi ibunda si bayi masih lemah, bidan Wayan Kanis kemudian menghubungi Babinkamtibmas (Bayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) Desa Sibetan, Aiptu I Nyoman Sueca, agar memberikan pertolongan untuk mengantar ke RSUD Karangasem. Selanjutnya, Aitpu Nyoman Sueca minta back up dengan menghubungi Babinsa Desa Sibetan, Sertu I Made Suda. Polisi dan tentara ini kemudian meluncur ke gubuk Luh Suartini.
Singkat cerita, setelah bernegosiasi, Serti Made Suda dan Aiptu Nyoman Sueca berhasil membujuk Luh Suartini untuk diantar ke RSUD Karangasem di Amlapura dengan jalan kaki tanpa digotong. Hal itu sangat menyulitkan, mengingat medan yang teramat berat.
Maka, Sertu Made Suda mencari bambu dan meminta kain yang masih kuat untuk tempat duduk Luh Suartini. Selanjutnya, Luh Suartini dimasukkan ke dalam kain, lalu digotong berempat oleh Sertu Made Suda, Aiptu Nyoman Sueca, sang suami Wayan Suantara, dan seorang keluarganya. Perjalanan mereka harus mendaki bukit terjal, menyusuri jalan setapak sejauh 250 meter yang licin sehabis diguyur hujan, sebelum tioba di jalan tanah. Selanjutnya, Luh Suartini diantar ke RSUD Karangasem dengan mobil ambulans Puskesmas Bebandem.
Sehari kemudian, Jumat (18/5), Luh Suartini menjalani operasi steril di RSUD Karangasem. Maklum, sebelum kelahiran bayi di tengah jalan setapak ini, Luh Suartini sudah dikaruniai 3 anak: ketiga Ni Wayan Ita Dewi, 12, Ni Kadek Yunita Dayanti, 9, dan Komang Adi Raditya, 6. "Sebenarnya saya malu dibantu dengan cara digotong petugas. Mulanya, saya mencoba jalan kaki, tapi akhirnya tak ada pilihan lain,” cerita Luh Suartini di Sal Kamboja RSUD Karangasem, Jumat kemarin.
Sementara itu, Sertu Made Suda dan Aiptu Nyoman Sueca mengaku dengan senang hati bantu mengantar ibu yang habis melahirkan di tengan jalan ke rumah sakit ini, meskipun tempat kejadian bukan di wilayah kerjanya. "Saya senang bisa memberikan bantuan. Saya toh terbiasa latihan fisik," ujar Sertu Made Suda. *k16
Komentar