Kebutuhan Babi di Bali 100 Ribu Ekor
Bali membutuhkan tidak kurang dari 100 ribu ekor babi untuk pasokan memenuhi kebutuhan terkait hari raya Galungan dan Kuningan, Rabu (30/5) dan Sabtu (9/6).
DENPASAR, NusaBal
Jumlah tersebut cukup banyak. Namun demikian diyakini mampu terpenuhi. Keyakinan tersebut didasarkan atas perkiraan populasi babi mencapai 500 ribu ekor dari segala jenis, yakni babi lokal, saddle back, babi landrace dan persilangannya.
Kepastian kesiapan kebutuhan babi tersebut disampaikan Dinas Peternakan Provinsi Bali. “Kebutuhan meningkat sampai dua kali lipat,” ungkap Kabid Produksi dan Pembibitan Disnak Provinsi Bali I Ketut Nata Kesuma, Jumat (18/5). Namun dengan populasi yang ada, Bali tidak akan kekurangan babi potong untuk kebutuhan hari raya Galungan dan Kuningan.
Diakui Nata Kesuma, di wilayah perkotaan seperti Denpasar peternakan babi rakyat memang berkurang, karena semakin sempitnya lahan untuk budidaya. Namun di kawasan pedesaan di seluruh Bali, peternakan masih masih eksis. Baik peternakan skala besar atau intensifikasi maupun peternakan kecil dengan 3-5 ekor ternak peliharaan. “Disebut peternakan berbasis masyarakat,” jelasnya.
Pola peternakan ini merupakan bagian kehidupan sehari-hari warga. “Karena itulah tak masalah dengan kebutuhan babi potong,” kata Nata Kesuma. Untuk diketahui populasi atau peternakan babi tersebar di seluruh kabupaten/kota di Bali. Untuk jenis babi landrace dan persilangannnya populasi terbanyak ada di Kabupaten Gianyar yakni 107.997 ekor dari segela umu , betina dan jantan.
Sedang di posisi kedua Kabupaten Tabanan dengan populasi 83.915 ekor. Populasi ketiga terbesar yakni 60.508 ekor di Kabupaten Badung. Sedang untuk babi saddle back populasi terbanyak di Kabupaten Buleleng yakni 177.129 ekor. Kabupaten Gianyar di posisi kedua dengan populasi babi saddle back 119.861 ekor. Dan di Tabanan dengan populasi 90.461 ekor di posisi ketiga.
Sementara itu untuk jenis babi lokal terbanyak juga di Buleleng sebanyak 109.679 ekor , 34.679 ekor di Karangasem dan 14.462 ekor di Klungkung. Kalangan peternak mengaku naik turun harga ternak babi dipengaruhi populasi babi yang cepat. “ Tahun 2013 dan 2014 harga bagus. Tahun 2015 mulai menurun,” ungkap I Ketut Mupu, seorang peternak babi dari Bangli.
Harga babi lepas 2015 kata Mupu, terus fluktuatif, dan kemudian mulai membaik sejak September 2017 lalu. “ Dan sekarang sejak April lalu mulai ada peningkatan,” ungkapnya. Diharapkan peningkatan kebutuhan daging untuk hari raya Galungan dan Kuningan dan hari raya lainnya memberi dampak positif bagi peternak. “Agar sama-sama jalan. Maksudnya peternak juga menikmati harga yang wajar,” ujar Mupu. Menurutnya harga per kilogram babi hidup sekarang berkisar antara Rp 29.000 sampai Rp 30.000 per kilogram. *k17
Jumlah tersebut cukup banyak. Namun demikian diyakini mampu terpenuhi. Keyakinan tersebut didasarkan atas perkiraan populasi babi mencapai 500 ribu ekor dari segala jenis, yakni babi lokal, saddle back, babi landrace dan persilangannya.
Kepastian kesiapan kebutuhan babi tersebut disampaikan Dinas Peternakan Provinsi Bali. “Kebutuhan meningkat sampai dua kali lipat,” ungkap Kabid Produksi dan Pembibitan Disnak Provinsi Bali I Ketut Nata Kesuma, Jumat (18/5). Namun dengan populasi yang ada, Bali tidak akan kekurangan babi potong untuk kebutuhan hari raya Galungan dan Kuningan.
Diakui Nata Kesuma, di wilayah perkotaan seperti Denpasar peternakan babi rakyat memang berkurang, karena semakin sempitnya lahan untuk budidaya. Namun di kawasan pedesaan di seluruh Bali, peternakan masih masih eksis. Baik peternakan skala besar atau intensifikasi maupun peternakan kecil dengan 3-5 ekor ternak peliharaan. “Disebut peternakan berbasis masyarakat,” jelasnya.
Pola peternakan ini merupakan bagian kehidupan sehari-hari warga. “Karena itulah tak masalah dengan kebutuhan babi potong,” kata Nata Kesuma. Untuk diketahui populasi atau peternakan babi tersebar di seluruh kabupaten/kota di Bali. Untuk jenis babi landrace dan persilangannnya populasi terbanyak ada di Kabupaten Gianyar yakni 107.997 ekor dari segela umu , betina dan jantan.
Sedang di posisi kedua Kabupaten Tabanan dengan populasi 83.915 ekor. Populasi ketiga terbesar yakni 60.508 ekor di Kabupaten Badung. Sedang untuk babi saddle back populasi terbanyak di Kabupaten Buleleng yakni 177.129 ekor. Kabupaten Gianyar di posisi kedua dengan populasi babi saddle back 119.861 ekor. Dan di Tabanan dengan populasi 90.461 ekor di posisi ketiga.
Sementara itu untuk jenis babi lokal terbanyak juga di Buleleng sebanyak 109.679 ekor , 34.679 ekor di Karangasem dan 14.462 ekor di Klungkung. Kalangan peternak mengaku naik turun harga ternak babi dipengaruhi populasi babi yang cepat. “ Tahun 2013 dan 2014 harga bagus. Tahun 2015 mulai menurun,” ungkap I Ketut Mupu, seorang peternak babi dari Bangli.
Harga babi lepas 2015 kata Mupu, terus fluktuatif, dan kemudian mulai membaik sejak September 2017 lalu. “ Dan sekarang sejak April lalu mulai ada peningkatan,” ungkapnya. Diharapkan peningkatan kebutuhan daging untuk hari raya Galungan dan Kuningan dan hari raya lainnya memberi dampak positif bagi peternak. “Agar sama-sama jalan. Maksudnya peternak juga menikmati harga yang wajar,” ujar Mupu. Menurutnya harga per kilogram babi hidup sekarang berkisar antara Rp 29.000 sampai Rp 30.000 per kilogram. *k17
1
Komentar