nusabali

Terpapar Abu, 10 Warga Balik ke Pengungsian

  • www.nusabali.com-terpapar-abu-10-warga-balik-ke-pengungsian

Gunung Agung Keluarkan Asap Putih dan Kelabu

AMLAPURA, NusaBali

Gunung Agung kembali erupsi, ditandai keluarnya asap berwarna putih dan kelabu dengan intensitas sedang, setinggi 1.000 m di atas puncak kawah, dengan durasi 240 detik pada Sabtu (19/5) pukul 17.19 Wita. Tercatat Banjar Bukit Galah, Banjar Sebun, dan Banjar Sogra di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, terpapar hujan abu vulkanik. Akibatnya, 10 orang warga Banjar Bukit Galah yang sempat kembali ke rumahnya, balik mengungsi ke Bale Banjar Tegeh, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat.

Sekretaris Relawan Pasametonan Jagabaya (Pasebaya) Agung Karangasem yang juga Perbekel Amerta Bhuana I Wayan Suara Arsana, mengatakan adanya letusan di pada Sabtu sore kemarin, secara umum tidak membuat warga jadi gusar. Sebab, selama ini telah belajar dari pengalaman sebelumnya sejak status awas Gunung Agung ditetapkan pada 22 September 2017.

Apalagi sebelumnya berpuluh-puluh kali terjadi letusan ditandai hujan abu dan keluarkan lava pijar. “Kami telah berikan edukasi masyarakat. Kami berikan pemahaman maksud dari letusan itu, dan cara-cara menyelamatkan diri,” kata Suara Arsana. Menurutnya, setiap kelian banjar, tokoh masyarakat di 28 desa terdampak memiliki handy talky (HT), untuk memantau informasi dari Relawan Pasebaya Agung Karangasem.

Sedangkan khusus untuk 10 orang warga Banjar Bukit Galah, yang sebelumnya mengungsi di Bale Banjar Tegeh, Desa Amerta Bhuana, sempat kembali ke rumahnya. Karena muncul letusan ditandai asap putih, mereka langsung diminta kembali ke tempat pengungsian.

“Sebab, jika terjadi letusan lebih dahsyat, petugas sulit mengevakuasi warga di Banjar Bukit Galah. Karena tidak ada akses kendaraan roda dua dan roda empat, jalannya putus dan berlubang,” ujarnya. “Kami telah beri arahan dan pemahaman, agar kembali ke tempat pengungsian. Sebab, jalur Banjar Bukit Galah untuk keluar dari kampung itu jalannya sangat rusak dan terputus,” imbuh Suara Arsana.

Sementara itu, selama 18 jam terakhir, pukul 00.00–18.00 Wita, hanya sekali terjadi letusan dengan durasi 240 detik. Ekses dari hujan abu yang terjadi, jatuh di sekitar radius 4 kilometer di sebagian KRB III, dengan pergerakan asap kelabu condong ke tenggara.

Munculnya asap putih kelabu, tidak disertai letusan susulan. Tanpa adanya gempa vulkanik. Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, I Dewa Made Mertayasa, melaporkan selain sempat terjadi letusan juga disertai gempa tektonik jauh satu kali durasi 140 detik.

Sesuai laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) wilayah Timur, disebutkan bahwa kolom abu berwarna putih dan kelabu dengan intensitas sedang teramati dari atas puncak Gunung Agung mengarah ke arah tenggara. Hingga saat ini status Gunung Agung masih ditetapkan pada level III atau Siaga.

PVMBG juga merekomendasikan dua hal. Pertama, masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual/terbaru.

Kedua, masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi, terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak. Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.

Sebelumnya pada Senin (30/4), Gunung Agung erupsi ditandai menghembuskan asap tebal berupa abu vulkanik. Dua desa terpapar abu vulkanik tipis, masing-masing di Banjar Kiduling Kreteg, Desa Besakih, Kecamatan Rendang dan Banjar Pura Gae, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Karangasem.

Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Kementerian ESDM Devy K Syahbana, mengingatkan hembusan bisa saja terjadi setiap saat. Sebab, Gunung Agung yang status siaga atau level III masih aktif. Aktivitasnya bisa naik turun, belakangan ini cenderung fluktuasi.Setelah terjadi erupsi, ditandai mengeluarkan material abu vulkanik, selanjutnyaGunung Agung kembali tenang. Padahal dapur magma terus melakukan aktivitas.

Atas berfluktuasinya perkembangan Gunung Agung, kata Devy K Syahbana, sehingga belum memungkinkan melakukan evaluasi. Sebab syarat evaluasi memerlukan banyak data. Selain dari visual, deformasi (tubuh) Gunung Agung belum sepenuhnya normal, masih tahap mengempes. Sedangkan kondisi geokimia (gas) belakangan mulai tidak ada yang keluar, dan temperatur mulai stabil. *k16

Komentar