20 Tahun Reformasi, Aktivis di Bali Deklarasikan ProDEM
Puluhan aktivis lintas generasi di Bali, Minggu (20/5/2018) sore berkumpul memperingati 20 tahun gerakan reformasi.
DENPASAR, NusaBali.com
Mereka adalah aktivis mahasiswa dari era 80 an, 90 an hingga tahun 2000. Tak hanya itu, acara yang bertajuk "Refleksi 20 Tahun Reformasi" tersebut juga dihadiri para mahasiswa yang kini menempuh studi di Universitas Udayana (Unud) Denpasar, Universitas Warmadewa Denpasar, dan kampus lain di Denpasar.
Acara yang digelar di Warung Kubu Kopi Jalan Hayam Wuruk 111 Denpasar itu, diawali dengan diskusi yang menghadirkan narasumber dari lintas generasi. Agus Samijaya SH yang mewakili aktivis dari era tahun 80. Agus yg kini menekuni dunia lawyer, saat mahasiswa getol terlibat dalam advokasi para petani di Bali. Agus juga pernah terlibat di LBH Bali hingga menjabat direktur PBHI Bali.
Dari era tahun 90 an, hadir Wayan "Gendo" Suardana dan Made Ariel Suardana. Keduanya saat mahasiswa getol terlibat di gerakan antar-kampus dalam menumbangkan rezim otoriter Orde Baru. Gendo di kampus Unud, sementara Made Ariel di kampus Warmadewa. Kemudian dari era tahun 2000 an, diwakili Nonik Widyantara yang kini menekuni dunia jurnalis.
Dalam diskusi mengemuka bahwa gerakan reformasi menumbangkan Orde Baru tahun 1998 telah membawa Indonesia menjadi negara yang sistem demokrasinya lebih baik. Ada pembatasan masa jabatan presiden hingga multi partai.
Selain diskusi, acara juga diisi kegiatan pameran foto aksi mahasiswa dan rakyat Bali dalam menumbangkan Orde Baru. Foto-foto yang dipamerkan adalah karya fotografer senior Bali Joko Sugianto. Juga ada pembacaan pusisi oleh sejumlah seniman dan penampilan Band Geekssmile, The Bullhead dan Persma Band.
Pada puncak acara dilakukan deklarasi wadah aktivis lintas generasi yakni ProDEM Bali. Ketua ProDEM Bali I Nyoman Mardika menyatakan, deklarasi ini buntut keprihatinan aktivis di Bali atas kehidupan demokrasi yang mulai mengkhawatirkan. "Saat ini konflik horisontal semakin meruncing. Isu-isu SARA digunakan oleh kelompok-kelompok radikal untuk memecah kehidupan berbangsa dan bernegara demi meraih kekuasaan. Sikap-sikap toleransi semakin dikesampingkan," ujar Mardika saat membacakan pernyataan sikap ProDEM Bali.
ProDEM Bali menyayangkan munculnya kelompok-kelompok radikal yang menjauhnya cita-cita reformasi ditandai dengan menguatnya isu mayoritas dan minoritas berbasiskan keagamaan. Bahkan muncul gerakan-gerakan anti demokrasi yang ingin membelokkan arah kehidupan berbangsa yang plural menjadi satu warna yang dominan sehingga menimbulkan aneka diskriminasi.
"Karena itu, ProDEM Bali akan turun mengawal demokrasi yang berpegang pada Pancasila dan yang menjunjung nilai-nilai toleransi," tegas Mardika.
Maklumat ProDem Bali.
Acara yang digelar di Warung Kubu Kopi Jalan Hayam Wuruk 111 Denpasar itu, diawali dengan diskusi yang menghadirkan narasumber dari lintas generasi. Agus Samijaya SH yang mewakili aktivis dari era tahun 80. Agus yg kini menekuni dunia lawyer, saat mahasiswa getol terlibat dalam advokasi para petani di Bali. Agus juga pernah terlibat di LBH Bali hingga menjabat direktur PBHI Bali.
Dari era tahun 90 an, hadir Wayan "Gendo" Suardana dan Made Ariel Suardana. Keduanya saat mahasiswa getol terlibat di gerakan antar-kampus dalam menumbangkan rezim otoriter Orde Baru. Gendo di kampus Unud, sementara Made Ariel di kampus Warmadewa. Kemudian dari era tahun 2000 an, diwakili Nonik Widyantara yang kini menekuni dunia jurnalis.
Dalam diskusi mengemuka bahwa gerakan reformasi menumbangkan Orde Baru tahun 1998 telah membawa Indonesia menjadi negara yang sistem demokrasinya lebih baik. Ada pembatasan masa jabatan presiden hingga multi partai.
Selain diskusi, acara juga diisi kegiatan pameran foto aksi mahasiswa dan rakyat Bali dalam menumbangkan Orde Baru. Foto-foto yang dipamerkan adalah karya fotografer senior Bali Joko Sugianto. Juga ada pembacaan pusisi oleh sejumlah seniman dan penampilan Band Geekssmile, The Bullhead dan Persma Band.
Pada puncak acara dilakukan deklarasi wadah aktivis lintas generasi yakni ProDEM Bali. Ketua ProDEM Bali I Nyoman Mardika menyatakan, deklarasi ini buntut keprihatinan aktivis di Bali atas kehidupan demokrasi yang mulai mengkhawatirkan. "Saat ini konflik horisontal semakin meruncing. Isu-isu SARA digunakan oleh kelompok-kelompok radikal untuk memecah kehidupan berbangsa dan bernegara demi meraih kekuasaan. Sikap-sikap toleransi semakin dikesampingkan," ujar Mardika saat membacakan pernyataan sikap ProDEM Bali.
ProDEM Bali menyayangkan munculnya kelompok-kelompok radikal yang menjauhnya cita-cita reformasi ditandai dengan menguatnya isu mayoritas dan minoritas berbasiskan keagamaan. Bahkan muncul gerakan-gerakan anti demokrasi yang ingin membelokkan arah kehidupan berbangsa yang plural menjadi satu warna yang dominan sehingga menimbulkan aneka diskriminasi.
"Karena itu, ProDEM Bali akan turun mengawal demokrasi yang berpegang pada Pancasila dan yang menjunjung nilai-nilai toleransi," tegas Mardika.
Maklumat ProDem Bali.
- Penegakan Supremasi Hukum Kewajiban Setiap Warga Negara.
- Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme harus menjadi musuh bersama.
- Penyebaran nilai-nilai Demokrasi dan HAM oleh setiap warga negara.
- Pendidikan demokrasi dan kaderisasi menjadi tanggung jawab setiap elemen demokrasi, utamanya Parpol
- Menjunjung demokrasi dengan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi dan keadilan sosial.
Komentar