Upacara Hari Kebangkitan Nasional Diwarnai Pentas Cak
Menceritakan I Lastri, Pejuang Tabanan yang Berhasil Merebut Kongsi Dagang Belanda
TABANAN, NusaBali
Upacara Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) di Kabupaten Tabanan diwarnai dengan pementasan Cak yang dibawakan murid SMAN 2 Tabanan, di Lapangan Alit Saputra Desa Dajan Peken, Tabanan, Senin (21/2).
Pentas Cak yang disuguhkan selama sekitar 20 menit sebelum upacara dimulai itu memukau peserta upacara. Tari Cak menceritakan tentang seorang wanita bernama I Lastri, pejuang asal Tabanan yang membantu merebut kongsi dagang Belanda.
Komposer atau Pembina Kecak I Gusti Nengah Hari Mahardika menjelaskan, sekitar 500 siswa kelas I dan II SMAN 2 Tabanan dilibatkan dalam penampilan kecak yang menceritakan tentang I Lastri. “Kami latihan 1,5 bulan,” ujarnya saat ditemui seusai pementasan.
Kata dia, memilih menceritakan I Lastri karena dia adalah wanita biasa namun memiliki paras cantik, membantu dalam merebut kongsi dagang Belanda. Tetapi sampai I Lastri meninggal sekitar tahun 1980-an ternyata dia tokoh yang terlupakan di Tabanan. Padahal dia adalah seorang pedagang asal Gerokgak, Kecamatan Tabanan, yang membantu dalam perjuangan. “Oleh karena itu saya terketuk mengambil cerita ini, agar semua mengetahui pengorbanan I Lastri yang turut dalam memperjuangkan Indonesia merdeka,” tuturnya.
Diceritakan sekilas dalam penampilan tersebut, kala itu Debes adalah pimpinan Belanda yang menguasai kongsi dagang Belanda. Debes adalah kunci pengambilalihan persenjataan pasukan NICA di Tabanan. Kendati pimpinan pasukan, namun dalam jiwa raganya terpatri sebuah titik perjuangan yang membantu pihak lawan.
Sementara Lastri yang juga seorang pedagang adalah wanita cantik, anggun, dan bersahaja. Sebagai warga Indonesia dia juga ingin berjuang membantu pasukan Gusti Ngurah Rai yang minim senjata dalam perang Puputan Margarana. Lastri saat itu berkoordinasi dengan Wagimin. Ternyata satu-satunya cara untuk rebut senjata lawan adalah dengan cara mendekati Debes.
Lastri yang memiliki pesona kecantikan itu mampu mengambil hati Debes. “Saat itu terjadi koordinasi Lastri dengan Debes menyiasati sebuah strategi dalam menguasai kongsi dagang Belanda,” kata Mahardika.
Lastri memberikan pengaruh negatif terhadap kongsi Belanda. Minuman keras yang Lastri berikan melengahkan pasukan Belanda. Ketika mereka lupa akan tugasnya dalam menjaga pelengkapan persenjataan. Pejuang Tabanan pun datang mengambil alih semua perlengkapan perang Belanda. “Di sini terjadi pertempuran sengit yang dimenangkan oleh pejuang Tabanan berkat I Lastri,” tutur Mahardika, guru seni di SMPN 1 Tabanan.
Maka dari itu, dia ingin I Lastri ini lebih dikenal lagi oleh masyarakat Tabanan sehingga ditampilkan dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional. “Mari jangan tutup mata dan jangan lupakan akan pengorbanan pahlawan, karena mereka sudah berjuang sampai titik darah penghabisan,” tandas pimpinan Sanggar Haridwipa Gamelan Group Tabanan, ini.
Upacara Harkitnas itu dihadiri oleh Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya yang sekaligus menjadi Inspektrur Upacara. Hadir pula Sekda Tabanan I Nyoman Wirna Ariwangsa dan pimpinan instansi serta staf dan pelajar.
Dalam sambutannya Wabup Sanjaya mengatakan tema peringatan 110 tahun kebangkitan nasional adalah pembangunan sumber daya manusia memperkuat pondasi kebangkitan nasional Indonesia di era digital.
“Ini harus dimaknai dengan upaya-upaya penyadaran setiap masyarakat Indonesia untuk mengembangkan diri dan merebut setiap peluang untuk meningkatkan kapasitas diri yang terbuka oleh berbagai pihak, baik pemerintah dan swasta,” ujarnya. *d
Upacara Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) di Kabupaten Tabanan diwarnai dengan pementasan Cak yang dibawakan murid SMAN 2 Tabanan, di Lapangan Alit Saputra Desa Dajan Peken, Tabanan, Senin (21/2).
Pentas Cak yang disuguhkan selama sekitar 20 menit sebelum upacara dimulai itu memukau peserta upacara. Tari Cak menceritakan tentang seorang wanita bernama I Lastri, pejuang asal Tabanan yang membantu merebut kongsi dagang Belanda.
Komposer atau Pembina Kecak I Gusti Nengah Hari Mahardika menjelaskan, sekitar 500 siswa kelas I dan II SMAN 2 Tabanan dilibatkan dalam penampilan kecak yang menceritakan tentang I Lastri. “Kami latihan 1,5 bulan,” ujarnya saat ditemui seusai pementasan.
Kata dia, memilih menceritakan I Lastri karena dia adalah wanita biasa namun memiliki paras cantik, membantu dalam merebut kongsi dagang Belanda. Tetapi sampai I Lastri meninggal sekitar tahun 1980-an ternyata dia tokoh yang terlupakan di Tabanan. Padahal dia adalah seorang pedagang asal Gerokgak, Kecamatan Tabanan, yang membantu dalam perjuangan. “Oleh karena itu saya terketuk mengambil cerita ini, agar semua mengetahui pengorbanan I Lastri yang turut dalam memperjuangkan Indonesia merdeka,” tuturnya.
Diceritakan sekilas dalam penampilan tersebut, kala itu Debes adalah pimpinan Belanda yang menguasai kongsi dagang Belanda. Debes adalah kunci pengambilalihan persenjataan pasukan NICA di Tabanan. Kendati pimpinan pasukan, namun dalam jiwa raganya terpatri sebuah titik perjuangan yang membantu pihak lawan.
Sementara Lastri yang juga seorang pedagang adalah wanita cantik, anggun, dan bersahaja. Sebagai warga Indonesia dia juga ingin berjuang membantu pasukan Gusti Ngurah Rai yang minim senjata dalam perang Puputan Margarana. Lastri saat itu berkoordinasi dengan Wagimin. Ternyata satu-satunya cara untuk rebut senjata lawan adalah dengan cara mendekati Debes.
Lastri yang memiliki pesona kecantikan itu mampu mengambil hati Debes. “Saat itu terjadi koordinasi Lastri dengan Debes menyiasati sebuah strategi dalam menguasai kongsi dagang Belanda,” kata Mahardika.
Lastri memberikan pengaruh negatif terhadap kongsi Belanda. Minuman keras yang Lastri berikan melengahkan pasukan Belanda. Ketika mereka lupa akan tugasnya dalam menjaga pelengkapan persenjataan. Pejuang Tabanan pun datang mengambil alih semua perlengkapan perang Belanda. “Di sini terjadi pertempuran sengit yang dimenangkan oleh pejuang Tabanan berkat I Lastri,” tutur Mahardika, guru seni di SMPN 1 Tabanan.
Maka dari itu, dia ingin I Lastri ini lebih dikenal lagi oleh masyarakat Tabanan sehingga ditampilkan dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional. “Mari jangan tutup mata dan jangan lupakan akan pengorbanan pahlawan, karena mereka sudah berjuang sampai titik darah penghabisan,” tandas pimpinan Sanggar Haridwipa Gamelan Group Tabanan, ini.
Upacara Harkitnas itu dihadiri oleh Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya yang sekaligus menjadi Inspektrur Upacara. Hadir pula Sekda Tabanan I Nyoman Wirna Ariwangsa dan pimpinan instansi serta staf dan pelajar.
Dalam sambutannya Wabup Sanjaya mengatakan tema peringatan 110 tahun kebangkitan nasional adalah pembangunan sumber daya manusia memperkuat pondasi kebangkitan nasional Indonesia di era digital.
“Ini harus dimaknai dengan upaya-upaya penyadaran setiap masyarakat Indonesia untuk mengembangkan diri dan merebut setiap peluang untuk meningkatkan kapasitas diri yang terbuka oleh berbagai pihak, baik pemerintah dan swasta,” ujarnya. *d
Komentar