nusabali

Banten Upacara Ngenteg Linggih Harus Dibeli ke Kalimantan Timur

  • www.nusabali.com-banten-upacara-ngenteg-linggih-harus-dibeli-ke-kalimantan-timur

Upacara Ngeteg Linggih di Pura Agung Jagat Benuanta dilaksanakan tepat Purnamaning Kalima pada November 2017. Selanjutnya, karya pujawali Pura Agung Jagat Benuanta dilaksanakan setahun sekali setiap Purnamaning Kalima

Perjuangan Kerama Bali Perantauan Wujudkan Pura di Provinsi Termuda Kalimatan Utara

SINGARAJA, NusaBali
Krama Bali perantauan di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara) telah memiliki pura yang cukup megah, yakni Pura Agung Jagat Benuanta. Sebelum dibangunnya Pura Agung Jagat Benuanta yang dirintis sejak 2004 dan akhirnya rampung tahun 2017, krama Bali (umat Hindu) melaksanakan persembahyangan di rumah masing-masing. Uniknya, saat upacara Ngenteg Linggih setelah pura berhasil dibangun, bantennya harus dibeli ke Kalimantan Timur, karena kaum istri (perempuan) belum paham majejahitan.

Proses pembangunan Pura Agung Jagat Benuanta ini cukup panjang, dimulai tahun 2004 dengan pembangunan Palinggih Padmasana. Namun, Palinggih Pandamasana baru bisa diupacarai pamelaspas empat tahun kemudian, karena berbagai kendala. Setelah itu, barulah krama Bali berjumlah 25 KK dengan 100 jiwa melanjutkan pembangunan palinggih-palinggih lainnya di pura yang berlokasi di Kota Tanjung Selor, sekitar 1 kilometer dari Kantior Gubernur Kaltara ini. Termasuk di antaranya membangun Kori Agung dan penataan di Madya Mandala Pura Agung Jagat Benuanta.

Krama Bali akhirnya bisa merampungkan pembangunan dan melaksanakan Upacara Ngeteg Linggih di Pura Agung Jagat Benuanta tepat Purnamaning Kalima pada November 2017. Selanjutnya, karya pujawali di Pura Agung Jagat Benuanta dilaksanakan setahun sekali setiap Purnamaning Kalima.

Ketua PHDI Kabupaten Bulungan, Drg Ida Bagus Komang Sida Raharja, mengisahkan pelaksanaan upacara Ngenteg Linggih Pra Agung Jagat Benuanta saat itu dihadapkan pada sejumlah kendala. Salah satunya, kendala dalam dalam menyiapkaan sarana banten untuk upacara. Masalahnya, hanya segelintir krama istri yang bisa majejahitan. Padahal, bahan-bahan seperti busung (janur), bunga, dan lainnya cukup berlimpah.

Maklum, sebagian besar krama istri merupakan warga lokal asal Kalimantan Utara yang diperistri oleh putra Bali perantauan. Karenanya, mereka belum begitu paham soal majejahitan. Selain itu, dari sekitar 25 KK krama Bali di Kabupaten Bulungan, yang aktif hanya sekitar 10 KK. Sedangkan 15 KK lainnya tinggal di berbagai kecamatan yang lokasinya cukup jauh dari Kota Tanjung Selor.

“Ketika piodalan, barulah krama 15 KK di kecamatan itu bisa tangkil ke Pura Agung Jagat Benuanta ini untuk melaksanakan persembahyangan bersama,” ungkap IB Komang Sida Raharja ketika ditemui NusaBali yang mengikuti rombongan ‘Orientasi Kehumasan’ Pemkab Buleleng ke Provinsi Kaltara, di Pura Agung Jagat Benuanta, Kamis (17/5) lalu.

Nah, untuk melaksanakan upacara Ngenteg Linggih saat Purnamaning Kalima pada November 2017, krama Bali di Kabupaten Bulungan harus membeli sebagian besar banten yang sudah jadi. Banten tersebut dibeli di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, yang lokasinya terdekat dari Kabupaten Bulungan.

Sedangkan untuk muput (memimpin) upacara Ngenteg Linggih, krama Bali penyungsung Pura Agung Jagat Benuantu nuur peranda (sulinggih) ke Balikpapan, Kalimantan Timur. “Di sini (Kabupaten Bulungan, Red) belum ada sulinggih. Kami harus nuur peranda ke Balikpapan. Sedangkan pamangku pura juga baru kami pilih, karena pamangku sebelumnya sudah pulang kampung ke Buleleng,” jelas IB Sida Raharja, dokter gigi asal Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng yang kini bekerja sebagai PNS di Puskesmas Tanjung Selor.

Kini, Pura Agung Jagat Benuanta bukan hanya menjadi pura satu-satunya untuk tempat persembahyangan bagi krama Bali di Kabupaten Bulungan, Provinsi Kaltara. Seminggu sekali setiap akhir pekan, krama Bali perantauan juga berkumpul sambil gotong royong dan sembahyang bersama di pura yang dibangun di atas lahan perbukitan seluas 1,5 hektare ini.

Menurut Sida Raharja, Pura Agung Jagat Benuanta juga menjadi tempat bagi krama Bali menanamkan kenyakinan agama Hindu untuk anak-anak mereka. “Kebetulan, di sini ada guru kontrak tamatan IHDN Singaraja, yang mengajar SMP dan SMA. Jadi, sepekan sekali setiap Minggu beliau datang ke sini memberikan pelajaran agama pada anak-anak. Sebenarnya itu sangat kurang, kalau bisa dibantu lagi guru agama dari Bali,” harap Sida Raharja.

Sementara rombongan ‘Orientasi Kehumasan’ Pemkab Buleleng yang dipimpin Wakil Bupati dr Nyoman Sutjidra SpOG sempat melaksanakan persembahyangan bersama di Pura Agung Jagat Benuanta, Kamis pekan lalu. Usai persembahyangan, dilanjutkan dengan penyerahan sejumlah dana punia yang diterima langsung oleh Sida Raharja selaku Ketua PHDI Kabupaten Bulungan.

Dalam kesempatan itu ,Wabup Buleleng Nyoman Sutjidra sempat menanam pohon Cempaka di Utama Mandala Pura Agung Jagat Benuanta. Usai tanam pohon, rombongan ‘Orientasi Kehumasan’ Pemkab Buleleng, termasuk NusaBali, kembali ke Kabupaten Tarakan, Kalimantan Utara yang ditempuh melalui perjalanan laut dan sungai selama hampir 2 jam. *k19

Komentar