Perry Janjikan Stabilisasi Rupiah
Selaku Gubernur BI yang baru, Perry Warjiyo akan memanggil perbankan yang aktif dalam pengelolaan devisa untuk ‘menenangkan’ dan mensosialisasikan kebijakan moneter.
JAKARTA, NusaBali
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjanjikan penguatan kebijakan moneter melalui suku bunga acuan dan intervensi pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah setelah anjlok ke level depresiasi empat persen sejak Januari-21 Mei 2018. "Saya akan prioritaskan kebijakan moneter untuk bisa stabilkan kurs rupiah dengan kombinasi kebijakan suku bunga dan intervensi ganda," ujar Perry dalam pernyataan pertamanya setelah dilantik di Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis (24/5).
Perry yang selalu mengkampanyekan kebijakan moneter propertumbuhan dan prostabilitas itu menekankan instrumen kebijakan moneter akan sepenuhnya digunakan untuk menjaga stabilitas perekonomian. Instrumen moneter diprioritaskan untuk menghadapi tekanan yang disebabkan normaliasi kebijakan moneter AS dan terus naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS, US Treasuy Bill yang menyedot modal asing di Indonesia.
Namun, kata dia, BI tidak akan mengabaikan potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan instrumen makroprudensial. "BI masih memiliki empat instrumen lainnya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Perry yang menghabiskan lima tahun terakhirnya menjadi Deputi Gubernur BI.
Anak petani dari desa di Sukoharjo itu berjanji akan menerapkan kebijakan moneter yang terdepan dan antisipatif atau pre-emptive dan ahead the curve guna merespons dinamika ekonomi global yang penuh dibayangi ketidakpastian. "Nilai tukar sekarang sudah overshoot," ujar dia. "Kami juga akan pre-emptive, ahead the curve dalam resep kebijakan suku bunga. Kemudian lakukan intervensi ganda stabilkan kurs dan beli Surat Berharga Negara dari pasar," tambahnya.
Bank Sentral sudah menghabiskan Rp50 triliun untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) sejak awal tahun dan termasuk di dalamnya sebesar Rp13 triliun pada Mei 2018 ini. Intervensi itu untuk meredakan gejolak di pasar SBN karena tekanan modal keluar menyusul naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Perry dalam waktu dekat juga akan memanggil perbankan yang aktif dalam pengelolaan devisa untuk ‘menenangkan’ dan mensosialisasikan kebijakan moneter. "Saya juga akan perkuat koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan. Saya juga akan aktif berkomunikasi dengan perbankan, misalnya untuk membenarkan banyak mispersepsi," ujar dia.
Suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate saat ini sebesar 4,5 persen yang pada Mei 2018 ini baru mengalami kenaikan 0,25 persen, setelah sembilan bulan terkakhir dipertahankan di 4,25 persen. Perry Warjiyo resmi menjadi Gubernur Bank Indonesia periode 2018-2023 menggantikan mantan pemimpinnya, Agus Martowardojo, setelah mengucap sumpah jabatan di Mahkamah Agung, Kamis (24/5).
Perry yang alumnus Universitas Gadjah Mada merupakan Mantan Deputi Gubernur BI periode 2013-2018. Saat menjadi Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry banyak membenahi aspek kebijakan moneter, ekonomi internasional dan ekonomi syariah.
Tugas Perry cukup berat saat ini. Dia datang sebagai pucuk pimpinan tertinggi BI saat arus tekanan terhadap nilai tukar rupiah sedang kencang-kencangnya. Rupiah sudah melemah 4,53 persen hingga 21 Mei 2018 (year to date/ytd) dan kini berada di kisaran Rp14.100 per dolar AS, yang merupakan nilai terlemah rupiah sejak 2015.*ant
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjanjikan penguatan kebijakan moneter melalui suku bunga acuan dan intervensi pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah setelah anjlok ke level depresiasi empat persen sejak Januari-21 Mei 2018. "Saya akan prioritaskan kebijakan moneter untuk bisa stabilkan kurs rupiah dengan kombinasi kebijakan suku bunga dan intervensi ganda," ujar Perry dalam pernyataan pertamanya setelah dilantik di Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis (24/5).
Perry yang selalu mengkampanyekan kebijakan moneter propertumbuhan dan prostabilitas itu menekankan instrumen kebijakan moneter akan sepenuhnya digunakan untuk menjaga stabilitas perekonomian. Instrumen moneter diprioritaskan untuk menghadapi tekanan yang disebabkan normaliasi kebijakan moneter AS dan terus naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS, US Treasuy Bill yang menyedot modal asing di Indonesia.
Namun, kata dia, BI tidak akan mengabaikan potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan instrumen makroprudensial. "BI masih memiliki empat instrumen lainnya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Perry yang menghabiskan lima tahun terakhirnya menjadi Deputi Gubernur BI.
Anak petani dari desa di Sukoharjo itu berjanji akan menerapkan kebijakan moneter yang terdepan dan antisipatif atau pre-emptive dan ahead the curve guna merespons dinamika ekonomi global yang penuh dibayangi ketidakpastian. "Nilai tukar sekarang sudah overshoot," ujar dia. "Kami juga akan pre-emptive, ahead the curve dalam resep kebijakan suku bunga. Kemudian lakukan intervensi ganda stabilkan kurs dan beli Surat Berharga Negara dari pasar," tambahnya.
Bank Sentral sudah menghabiskan Rp50 triliun untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) sejak awal tahun dan termasuk di dalamnya sebesar Rp13 triliun pada Mei 2018 ini. Intervensi itu untuk meredakan gejolak di pasar SBN karena tekanan modal keluar menyusul naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Perry dalam waktu dekat juga akan memanggil perbankan yang aktif dalam pengelolaan devisa untuk ‘menenangkan’ dan mensosialisasikan kebijakan moneter. "Saya juga akan perkuat koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan. Saya juga akan aktif berkomunikasi dengan perbankan, misalnya untuk membenarkan banyak mispersepsi," ujar dia.
Suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate saat ini sebesar 4,5 persen yang pada Mei 2018 ini baru mengalami kenaikan 0,25 persen, setelah sembilan bulan terkakhir dipertahankan di 4,25 persen. Perry Warjiyo resmi menjadi Gubernur Bank Indonesia periode 2018-2023 menggantikan mantan pemimpinnya, Agus Martowardojo, setelah mengucap sumpah jabatan di Mahkamah Agung, Kamis (24/5).
Perry yang alumnus Universitas Gadjah Mada merupakan Mantan Deputi Gubernur BI periode 2013-2018. Saat menjadi Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry banyak membenahi aspek kebijakan moneter, ekonomi internasional dan ekonomi syariah.
Tugas Perry cukup berat saat ini. Dia datang sebagai pucuk pimpinan tertinggi BI saat arus tekanan terhadap nilai tukar rupiah sedang kencang-kencangnya. Rupiah sudah melemah 4,53 persen hingga 21 Mei 2018 (year to date/ytd) dan kini berada di kisaran Rp14.100 per dolar AS, yang merupakan nilai terlemah rupiah sejak 2015.*ant
Komentar