Bisnis Pendukung Properti Terimbas Lesu
Sub sektor bisnis terkait properti mengikuti bisnis induknya, masih melesu. Salah satunya industri kayu olahan berupa komponen rumah jadi, seperti gazebo, jineng bali, rumah kayu dan lainnya.
DENPASAR, NusaBali
Penjualan atau bisnis ‘rumah knock down ini’ anjlok sampai 40 persen. Teror teroris tempo hari di Surabaya dan tempat lainnya beberapa waktu lalu, dikhawatiri memperparah bisnis rumah jadi ini. Ironisnya di tengah kemerosotan itu, material maupun bahan komponen rumah jadi justru naik. “Hanya seseh (batang kelapa) yang harganya masih stabil,” ungkap I Gede Wirawan, pengusaha rumah jadi ‘Bale Gede’ di kawasan Bypass I Gusti Ngurah Rai, Sanur Denpasar, Kamis (24/5). Sedang jenis-jenis kayu, di antaranya kamper, bingkirai, yang disebut ‘kayu kalimantan’ rata-rata mengalami kenaikan hingga 10 persen.
Kamper kini harganya Rp 8,5 juta per kubik dari sebelumnya Rp 7,5 juta per kubik. Sedang harga seseh Rp 28.000 per meter yang masih kasar dan Rp 34.000 per meter untuk seseh yang bersih atau halus. “Rasanya ini dampak kelesuan ekonomi secara umum dan pengaruh teror bom tempo hari,” kata Wirawan.
Sebelumnya, dalam sebulan dia bisa menjual 20 unit ‘rumah jadi’, namun sejak beberapa waktu belakangan menyusut. “Mungkin 10 unit saja,” lanjut Wirawan. Menurut pengusaha keadaan ini tentu memberatkan. Mereka berharap kondisi perekonomian pulih, sehingga bisnis ‘rumah jadi’ ini kembali menggairahkan. “Dulu kan pihak properti yang banyak beli. Sekarang tidak,” ungkap Wirawan.
Pengusaha lain juga mengutarakan hal senada. Namun penurunan penjualan komponen rumah jadi, diperkirakan tak sepenuhnya karena kelesuan ekonomi secara umum maupun faktor dampak teror bom. “Mungkin karena dekat hari raya juga,” ujar I Ketut Sudipa, pengusaha gazebo Bali Eka Style di Bypass Ida Bagus Mantra di jalur Ketewel Sukawati, Gianyar.
Dikatakan Sudipa, karena sebagian besar orang fokus pada persiapan hari raya keagamaan ( Galungan-Kuningan dan Idul Fitri), sehingga mengesampingkan dulu pembelian barang-barang kebutuhan tak mendesak lainnya, sepert komponen rumah jadi.
Sementara itu Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Putu Astawa, komponen rumah jadi termasuk salah satu komoditas ekspor Bali. “Selain tentunya banyak diserap untuk kebutuhan lokal, seperti perhotelan, vila maupun yang lain,” jelas Astawa.
Sebagai salah satu komponen ekspor, kata Astawa, tentu berpengaruh terhadap nilai ekspor. “Hanya berapa pengaruh per item, saya mesti lihat data,” lanjut Astawa. Namun yang jelas, negara-negara di kawasan Timur Tengah, merupakan salah satu tujuan ekspor komoditi komponen rumah jadi. *k17
Penjualan atau bisnis ‘rumah knock down ini’ anjlok sampai 40 persen. Teror teroris tempo hari di Surabaya dan tempat lainnya beberapa waktu lalu, dikhawatiri memperparah bisnis rumah jadi ini. Ironisnya di tengah kemerosotan itu, material maupun bahan komponen rumah jadi justru naik. “Hanya seseh (batang kelapa) yang harganya masih stabil,” ungkap I Gede Wirawan, pengusaha rumah jadi ‘Bale Gede’ di kawasan Bypass I Gusti Ngurah Rai, Sanur Denpasar, Kamis (24/5). Sedang jenis-jenis kayu, di antaranya kamper, bingkirai, yang disebut ‘kayu kalimantan’ rata-rata mengalami kenaikan hingga 10 persen.
Kamper kini harganya Rp 8,5 juta per kubik dari sebelumnya Rp 7,5 juta per kubik. Sedang harga seseh Rp 28.000 per meter yang masih kasar dan Rp 34.000 per meter untuk seseh yang bersih atau halus. “Rasanya ini dampak kelesuan ekonomi secara umum dan pengaruh teror bom tempo hari,” kata Wirawan.
Sebelumnya, dalam sebulan dia bisa menjual 20 unit ‘rumah jadi’, namun sejak beberapa waktu belakangan menyusut. “Mungkin 10 unit saja,” lanjut Wirawan. Menurut pengusaha keadaan ini tentu memberatkan. Mereka berharap kondisi perekonomian pulih, sehingga bisnis ‘rumah jadi’ ini kembali menggairahkan. “Dulu kan pihak properti yang banyak beli. Sekarang tidak,” ungkap Wirawan.
Pengusaha lain juga mengutarakan hal senada. Namun penurunan penjualan komponen rumah jadi, diperkirakan tak sepenuhnya karena kelesuan ekonomi secara umum maupun faktor dampak teror bom. “Mungkin karena dekat hari raya juga,” ujar I Ketut Sudipa, pengusaha gazebo Bali Eka Style di Bypass Ida Bagus Mantra di jalur Ketewel Sukawati, Gianyar.
Dikatakan Sudipa, karena sebagian besar orang fokus pada persiapan hari raya keagamaan ( Galungan-Kuningan dan Idul Fitri), sehingga mengesampingkan dulu pembelian barang-barang kebutuhan tak mendesak lainnya, sepert komponen rumah jadi.
Sementara itu Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Putu Astawa, komponen rumah jadi termasuk salah satu komoditas ekspor Bali. “Selain tentunya banyak diserap untuk kebutuhan lokal, seperti perhotelan, vila maupun yang lain,” jelas Astawa.
Sebagai salah satu komponen ekspor, kata Astawa, tentu berpengaruh terhadap nilai ekspor. “Hanya berapa pengaruh per item, saya mesti lihat data,” lanjut Astawa. Namun yang jelas, negara-negara di kawasan Timur Tengah, merupakan salah satu tujuan ekspor komoditi komponen rumah jadi. *k17
Komentar