nusabali

Merpati Airlines Diminati Investor Dalam Negeri

  • www.nusabali.com-merpati-airlines-diminati-investor-dalam-negeri

Setelah sekian lama tak terdengar, nama Merpati Airlines kembali diperbincangkan pekan ini.

JAKARTA, NusaBali
Ya, maskapai pelat merah ini dikabarkan diincar investor baru. "Dari hasil pengumuman itu ada beberapa investor yang menyatakan minatnya. Namun dilihat dari hal itu, paling potensial ada satu investor, ini investor dalam negeri tapi aliansinya luar negeri," kata Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) Henry Sihotang kepada wartawan, Sabtu (26/5).

Investor tersebut diberikan waktu hingga 4 Juni untuk menyampaikan proposal rencana pengembangan Merpati ke depannya. Dari yang terpilih akan dibawa dalam proses persidangan PKPU yang tengah dialami Merpati. Sidang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) akan dilakukan pada 20 Juli 2018.

Jika dalam sidang PKPU tersebut Merpati dinyatakan layak untuk bangkit lagi. Hal itu menjadi titik awal perseroan untuk bisa kembali mengudara. Kondisi PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) sendiri memang berada dalam keadaan memprihatinkan. Utang yang kini mencapai Rp 10,7 triiun membuat misi Merpati untuk kembali terbang cukup sulit.Henry menjelaskan, saat ini Merpati Nusantara Airlines masih memiliki tunggakan pembayaran pesangon karyawannya sebesar Rp 365 miliar dari total tunggakannya Rp 461 miliar. "Karena sebagian kita sudah bayarkan, sementara sisanya akan kita masukkan dalam proposal penawaran dengan investor," tambah dia.

Namun sebaliknya, jika hingga masa persidangan sejumlah investor tersebut mengundurkan diri atau proposal penawarannya ditolak, Merpati akan benar-benar dihapus dari daftar BUMN.

Sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno mencoba memutar otak untuk mengatasi BUMN yang masih merugi hingga akhir 2017. Untuk mencari jalan keluar itu, dirinya mengumpulkan seluruh CEO BUMN di Parapat, Toba Samosir, Sumatera Utara, akhir tahun lalu.

Beberapa BUMN yang masih merugi antara lain PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Kertas Leces (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero). " Ada yang merugi sudah dari puluhan tahun, ada yang merugi karena memang operasionalnya sangat jelek," kata Rini saat itu.

Rini Soemarno mengatakan, kerugian total BUMN mencapai Rp 13 triliun pada 2013. Kemudian pada 2016 kerugian sekitar Rp 5 triliun dan diperkirakan kerugian sekitar Rp 4 triliun pada 2017. Dari total kerugian tahun ini, Rini Soemarno menuturkan, BUMN yang paling besar kerugiannya adalah Garuda Indonesia dan Krakatau Steel. Kerugian masing-masing BUMN di atas Rp 1 triliun.

Dua BUMN itu menjadi paling banyak merugi karena Garuda Indonesia tengah menghadapi persoalan persaingan bisnis. Untuk itu, Rini meminta efisiensi harus terus dilakukan Garuda Indonesia. Sementara untuk Krakatau Steel, kerugian lebih banyak disebabkan adanya dumping baja dari China. "Tahun 2018 kita targetkan tidak ada lagi BUMN yang rugi," tutur dia. *

Komentar