Perkakas Dapur Pinggir Jalan
Banyak cara dan usaha yang bisa dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Salah satunya dengan menjadi pedagang perabotan atau perkakas rumah tangga dan pertanian di pinggir jalan.
DENPASAR, NusaBali
Seperti yang dilakoni I Made Niki, warga asal Desa Sukawati, Gianyar. Lelaki usia 30 tahun ini, sehari-hari berjualan perabotan rumah tangga,mulai dari blakas, pisau, temutik, cangkul, linggis hingga jebak tikus. “Dulu saya jualan keliling, sekarang tiap hari di sini,” ujarnya, Minggu (27/5).
Meski melego dagangan di jalanan, bukan berarti produk yang disajikan merupakan barang murahan. “Harga barang ditentukan mutu ” ujar Niki. Dia menunjuk, harga sebilah blakas dari Rp 130.000 sampai Rp 1 juta. Perbedaan harga tersebut, kata Niki memang tergantung kualitasnya.
Barang dari besi baja yang digarap ‘pande besi’ (ahli pembuat perabotan) , tentu lebih mahal dari blakas yang berbahan besi biasa. Juga jenis pisau dapur, dari yang hanya Rp 35.000 sebiji, hingga ada pisau dapur yang harganya Rp 100.000. Termasuk perkakas lainnya. “Lebih bagus bahannya, lebih ribet garapannya, apalagi gagangnya diukir tentu lebih mahal lagi,” kata Niki ayah dua anak ini.
Hanya saja, karena kondisi perekonomian yang melesu, Niki juga merasakan imbasnya. Penjualannya perabotan dapur, menurutnya juga melesu. “Kalau dulu dapat jualan satu juta sehari , kini hanya setengahnya,” ujar Niki, yang sehari-hari mangkal di pinggir jalan raya Celuk, Sukawati.
Semestinya jika kondisi perekonomian baik, penjualan banyak dan ramai. Apalagi kini jelang hari raya Galungan. Tetapi kenyataanya tidak demikian. “Beda sekali dengan dulu pak,” ujar Niki. Namun demikian, Niki mengaku tetap bersyukur karena masih ada yang laku. “Mudah-mudahan keadaan segera membaik pak,” ujar Niki sambil melayani beberapa pembeli. *k17
Seperti yang dilakoni I Made Niki, warga asal Desa Sukawati, Gianyar. Lelaki usia 30 tahun ini, sehari-hari berjualan perabotan rumah tangga,mulai dari blakas, pisau, temutik, cangkul, linggis hingga jebak tikus. “Dulu saya jualan keliling, sekarang tiap hari di sini,” ujarnya, Minggu (27/5).
Meski melego dagangan di jalanan, bukan berarti produk yang disajikan merupakan barang murahan. “Harga barang ditentukan mutu ” ujar Niki. Dia menunjuk, harga sebilah blakas dari Rp 130.000 sampai Rp 1 juta. Perbedaan harga tersebut, kata Niki memang tergantung kualitasnya.
Barang dari besi baja yang digarap ‘pande besi’ (ahli pembuat perabotan) , tentu lebih mahal dari blakas yang berbahan besi biasa. Juga jenis pisau dapur, dari yang hanya Rp 35.000 sebiji, hingga ada pisau dapur yang harganya Rp 100.000. Termasuk perkakas lainnya. “Lebih bagus bahannya, lebih ribet garapannya, apalagi gagangnya diukir tentu lebih mahal lagi,” kata Niki ayah dua anak ini.
Hanya saja, karena kondisi perekonomian yang melesu, Niki juga merasakan imbasnya. Penjualannya perabotan dapur, menurutnya juga melesu. “Kalau dulu dapat jualan satu juta sehari , kini hanya setengahnya,” ujar Niki, yang sehari-hari mangkal di pinggir jalan raya Celuk, Sukawati.
Semestinya jika kondisi perekonomian baik, penjualan banyak dan ramai. Apalagi kini jelang hari raya Galungan. Tetapi kenyataanya tidak demikian. “Beda sekali dengan dulu pak,” ujar Niki. Namun demikian, Niki mengaku tetap bersyukur karena masih ada yang laku. “Mudah-mudahan keadaan segera membaik pak,” ujar Niki sambil melayani beberapa pembeli. *k17
Komentar