Sanggar Seni Jegeg Bagus Bikin Joged Bumbung Deha Sari
Selain untuk hiburan dengan batasan pakem penari dan pengibing, Tari Joged Bumbung Deha Sari juga bersifat sakral dan bisa dipentaskan untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya. Sebab, penarinya orang-orang pilihan dari murid SDN 1 Desa Mambang yang masih suci
Berusaha Kembalikan Pakem Joged Bumbung yang Tergerus oleh Munculnya Joged Jaruh
TABANAN, NusaBali
Sanggar Seni Jegeg Bagus Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan rancang Tari Joged Bumbung Deha Sari, dengan para penari para siswi SD yang masih suci. Tujuannya, untuk mengembalikan pakem joged bumbung yang belakangan tergerus oleh kemunculan joged jaruh (porno).
Persiapan untuk rancang Tari Joged Bumbung Desa Sari oleh Sanggar Seni Jegeg Bagus ini pun sudah matang. Kini tinggal melatih penabuh dan penari joged, karena perangkat gambelan gerantang (tingklik) sudah selesai dibuat, meskipun ada beberapa instrumen yang masih kurang. Sanggar Seni Jegeg Bagus ini beranggotakan siswa-siswi SDN 1 Mambang, Desa Mambang.
Pembina Sanggar Seni Jegeg Bagus, I Nyoman Budi Susila, menjelaskan terobosan merancang Tari Joged Bumbung Deha Sari dibuat untuk mengembalikan pakem joged bumbung, yang belakangan tergerus oleh kemunculan joged jaruh. Apalagi, joged bumbung merupakan warisan seni budaya leluhur.
“Kita wajib ikut dalam mempertahankan seni budaya warisan leluhur. Karena itu, kami buat joged dengan pakem yang sebenarnya, dengan melibatkan para siswa-siswi Kelas IV, Kelas V, dan Kelas VI SDN 1 Mambang. Sekaa penabuh juga sepenuhnya anak-anak dari SDN 1 Mambang," ungkap Nyoman Budi Susila kepada NusaBali, Jumat (1/6).
Budi Susila memaparkan, selain sifatnya hiburan dengan batasan pakem penari dan pengibing, Tari Joged Bumbung Deha Sari juga bersifat sakral dan bisa dipentaskan untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya. Pasalnya, para penari yang dilibatkan adalah orang-orang pilihan, yakni murid SD yang masih suci (belum menstruasi).
Selaiin itu, kata Budi Susila, busana yang dikenakan penari Joged Bumbung Deha Sari adalah baju kebaya putih dan kamben (kain) warna kuning. "Jadi, hanya gelungannya saja yang sama dengan gelungan joged pada umumnya," jelas Budi Susila yang juga Guru Agama Hindu di SDN 1 Mambang.
Menurut Budi Susila, sejauh ini Tari Joged Bumbung Deha Sari yang dibuat Sanggar Seni Jegeg Bagus belum siap dipentaskan, meskipun perangkat gambelan mepelawah yang terbuat dari bambu sudah siap. Masalahnya, masih ada sejumlah instrumen gambelan yang kurang, yakni kendang, kesyur, dan jublang.
"Kami baru mampu membuat tingklik bersama anak-anak. Sedangkan instrumen yang lainnya masih kurang. Kami masih mengharapkan bantuan dari siapa pun dalam melengkapi perangkat gambelan ini," harap Budi Susila.
Meski demikian, para penabuh sudah mulai latihan intensif. Demikian pula penari Joged Bumbung Deha Sari berjumlah tiga orang sudah rutin latihan. Instruktur (pelatih) tari dan tabuh merupakan relawan dari Wardah Foundation, yang sudah sejak lama bekerja sama dengan Sanggar Seni Jegeg Bagus milik SDN 1 Mambang. Wardah Foundation selama ini sudah banyak berkontribusi terhadap SDN 1 Mambang dalam menghidupkan seni budaya di Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur.
Menurut Budi Susila, ke depanya para penari Joged Bumbung Deha Sari akan terus ditambah. Nantinya, setiap banjar yang ada di Desa Mambang diharapkan menyumbang penari. Dengan begitu, bila ada ada upacara Manusa Yadnya di masing-masing banjar, ada penari yang asli banjar setempat yang menari joged bumbung. "Intinya, para penari kami pilih mereka yang masih suci," tegas Budi Susila.
Pihak Desa Mambang sendiri, kata Budi Susila, sanga mendukung rancangan Tari Joged Bumbung Deha Sari dengan para penari dari kalangan siswi SD yang masih suci. Masyarakat merestui dan sekaligus mendukungnya, karena joged bumbung yang dibuat sesuai pakem, tidak ada unsur jaruh. Lagipula, pengibing juga ada batasannya di panggung. "Masyarakat menyambut positif upaya kami," tandas Budi Susila. *d
TABANAN, NusaBali
Sanggar Seni Jegeg Bagus Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan rancang Tari Joged Bumbung Deha Sari, dengan para penari para siswi SD yang masih suci. Tujuannya, untuk mengembalikan pakem joged bumbung yang belakangan tergerus oleh kemunculan joged jaruh (porno).
Persiapan untuk rancang Tari Joged Bumbung Desa Sari oleh Sanggar Seni Jegeg Bagus ini pun sudah matang. Kini tinggal melatih penabuh dan penari joged, karena perangkat gambelan gerantang (tingklik) sudah selesai dibuat, meskipun ada beberapa instrumen yang masih kurang. Sanggar Seni Jegeg Bagus ini beranggotakan siswa-siswi SDN 1 Mambang, Desa Mambang.
Pembina Sanggar Seni Jegeg Bagus, I Nyoman Budi Susila, menjelaskan terobosan merancang Tari Joged Bumbung Deha Sari dibuat untuk mengembalikan pakem joged bumbung, yang belakangan tergerus oleh kemunculan joged jaruh. Apalagi, joged bumbung merupakan warisan seni budaya leluhur.
“Kita wajib ikut dalam mempertahankan seni budaya warisan leluhur. Karena itu, kami buat joged dengan pakem yang sebenarnya, dengan melibatkan para siswa-siswi Kelas IV, Kelas V, dan Kelas VI SDN 1 Mambang. Sekaa penabuh juga sepenuhnya anak-anak dari SDN 1 Mambang," ungkap Nyoman Budi Susila kepada NusaBali, Jumat (1/6).
Budi Susila memaparkan, selain sifatnya hiburan dengan batasan pakem penari dan pengibing, Tari Joged Bumbung Deha Sari juga bersifat sakral dan bisa dipentaskan untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya. Pasalnya, para penari yang dilibatkan adalah orang-orang pilihan, yakni murid SD yang masih suci (belum menstruasi).
Selaiin itu, kata Budi Susila, busana yang dikenakan penari Joged Bumbung Deha Sari adalah baju kebaya putih dan kamben (kain) warna kuning. "Jadi, hanya gelungannya saja yang sama dengan gelungan joged pada umumnya," jelas Budi Susila yang juga Guru Agama Hindu di SDN 1 Mambang.
Menurut Budi Susila, sejauh ini Tari Joged Bumbung Deha Sari yang dibuat Sanggar Seni Jegeg Bagus belum siap dipentaskan, meskipun perangkat gambelan mepelawah yang terbuat dari bambu sudah siap. Masalahnya, masih ada sejumlah instrumen gambelan yang kurang, yakni kendang, kesyur, dan jublang.
"Kami baru mampu membuat tingklik bersama anak-anak. Sedangkan instrumen yang lainnya masih kurang. Kami masih mengharapkan bantuan dari siapa pun dalam melengkapi perangkat gambelan ini," harap Budi Susila.
Meski demikian, para penabuh sudah mulai latihan intensif. Demikian pula penari Joged Bumbung Deha Sari berjumlah tiga orang sudah rutin latihan. Instruktur (pelatih) tari dan tabuh merupakan relawan dari Wardah Foundation, yang sudah sejak lama bekerja sama dengan Sanggar Seni Jegeg Bagus milik SDN 1 Mambang. Wardah Foundation selama ini sudah banyak berkontribusi terhadap SDN 1 Mambang dalam menghidupkan seni budaya di Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur.
Menurut Budi Susila, ke depanya para penari Joged Bumbung Deha Sari akan terus ditambah. Nantinya, setiap banjar yang ada di Desa Mambang diharapkan menyumbang penari. Dengan begitu, bila ada ada upacara Manusa Yadnya di masing-masing banjar, ada penari yang asli banjar setempat yang menari joged bumbung. "Intinya, para penari kami pilih mereka yang masih suci," tegas Budi Susila.
Pihak Desa Mambang sendiri, kata Budi Susila, sanga mendukung rancangan Tari Joged Bumbung Deha Sari dengan para penari dari kalangan siswi SD yang masih suci. Masyarakat merestui dan sekaligus mendukungnya, karena joged bumbung yang dibuat sesuai pakem, tidak ada unsur jaruh. Lagipula, pengibing juga ada batasannya di panggung. "Masyarakat menyambut positif upaya kami," tandas Budi Susila. *d
Komentar