nusabali

Pengusaha Bali Diajak Swadaya, Pameran ke Belanda

  • www.nusabali.com-pengusaha-bali-diajak-swadaya-pameran-ke-belanda

Pemprov Bali, khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) menawarkan agar pengusaha/eksportir Bali melakukan pameran dengan biaya swadaya (mandiri) dalam pasar raya yang rencananya digelar di Negeri Belanda, 14-15 September.

DENPASAR, NusaBali
Penawaran tersebut terpaksa dilakukan, dengan alasan Pemprov tak punya dana untuk membantu pengusaha berpameran ke luar negeri, khususnya ke Belanda.  Sejumlah produk Bali, di antaranya kopi, mutiara, aneka produk fesyen dan produk sandang lainnya dinilai punya peminat di Belanda.  “Sayang kalau peluang memperkenalkan produk-produk industri kerajinan Indonesia, khusus dari Bali, ‘terbuang’ karena ketiadaan biaya,” kata  Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Putu Astawa, Jumat (1/6).

Karena itulah, kata Astawa, pameran di Belanda yakni di kota Den Haag, salah satu media untuk mempromosikan produk industri kerajinan secara langsung. “Hanya kita tak temani eksportir untuk pameran,”  ujarnya. Harapannya, pengusaha/ekportir bisa membiayai pameran secara swadaya/mandiri.

Persoalan ini, menurut Astawa sudah dia sampaikan kepada Dubes RI untuk Kerajaaan Balanda ( I Gusti Agung Waisaka Puja). “Kebetulannya dubesnya kan sameton (orang Bali), agar bisa dibantu,”  tambahnya.

Putu Astawa menambahkan, pameran dagang dan industri di Den Hag, merupakan  even tahunan yang mempertemukan pengusaha dan produk-produk atau komodita dari negara-negara di dunia. "Pengunjungnya dari tahun ke tahun meningkat," ujar Astawa.

Sementara itu kalangan pengusaha/eksportir mengatakan ada beberapa  kategori fasilitasi pameran ke luar daerah, termasuk ke luar negeri. Di antaranya ada bantuan pembiayaan pameran yang dilakukan atau difasilitasi pemerintah. “Biasanya ini lewat Pusat yakni melalui kementerian terkait,” ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Handicraft Indonesia (Aspehi) Bali I Ketut Dharma Siaja.

Selanjutnya, pameran dengan biaya sendiri atau mandiri. Dan yang ketiga pameran dibantu atau difasilitasi BUMN lewat dana CSR. “Kalau pengusaha besar yang sudah mapan, biasanya ikut pameran dengan biaya sendiri atau mandiri. Sementara yang baru memulai atau merintis, biasanya meminta bantuan difasilitasi, baik bantuan pemerintah atau CSR (BUMN),” ujarnya.

Namun tegas Dharma Siaja, hal itu tidak mutlak. “Karena tergantung  besar-kecilnya perusahan. Terus pangsa dan peluang pasar di tempat (daerah atau negara) tujuan pameran,” jelasnya.  “Seperti saya, karena dominan produk industri kerajinan kayu, mungkin tak cocok pameran di Belanda,”  ujar Dharma Siaja.

Kemungkinan, lanjut Dharma Siaja, yang lebih  pas untuk promo dan pameran di Belanda adalah produk yang lebih mengarah ke ritel, seperti kerajinan, perhiasan perak atau produk-produk lain yang tidak terlalu memakan banyak ruang.

Hal senada disampaikan Hariyanto, Wakil Ketua Kadin Bali, Bidang ekspor –impor. Dikatakan, sepanjang yang diketahuinya, khususnya untuk pameran ke luar negeri, biasanya difasilitasi kementerian terkait atau per sektor. Sedang, fasilitasi (bantuan biaya) berpameran dari Pemprov Bali, Haryanto mengatakan tidak tahu pasti. “Tidak  tahu sektor yang lain. Yang saya ketahuinya hanya sektor perikanan,” kata Haryanto. *k17

Komentar