Mutiara Air Tawar Terjual Rp 5,1 M
Sebuah mutiara air tawar yang diklaim sebagai terbesar di dunia telah terjual dalam pelelangan di Belanda senilai 320.000 euro atau lebih dari Rp 5,1 miliar.
DEN HAAG, NusaBali
Dilansir kompas dari AFP, Kamis (31/5), mutiara yang juga dikenal dengan nama Mutiara Singa Tidur, karena bentuknya yang unik, tersebut diperkirakan terbentuk pada abad ke-18 di perairan China. Bahkan banyak yang kemudian mengaitkannya dengan Sungai Zhujiang yang berarti Sungai Mutiara di China selatan sebagai tempat terbentuknya mutiara tersebut.
Para juru lelang mengatakan, mutiara tersebut memiliki berat sekitar 120 gram dengan ukuran diameter hampir tujuh sentimeter. Mutiara Singa Tidur ini dianggap sebagai salah satu dari tiga mutiara terbesar yang pernah ditemukan di dunia. Mutiara itu ditawarkan dalam pelelangan yang digelar rumah lelang Venduehuis, di Den Haag, Belanda.
Lelang mutiara tersebut dimenangkan seorang pedagang asal Jepang, yang tak diungkapkan namanya, dengan harga 320.000 euro. Namun ditafsir nilai mutiara tersebut dapat mencapai 340.000 hingga 540.000 euro (sekitar Rp 8,7 miliar).
Dipaparkan dalam situs rumah lelang, mutiara Singa Tidur pernah dibawa ke Batavia atau Jakarta pada 1765. Mutiara itu dibawa oleh pedagang Belanda dari perusahaan Hindia Timur. Di Batavia, mutiara itu dibeli oleh seorang akuntan bernama Hendrik Coenraad Sander.
"Setelah Sander meninggal dunia, mutiara tersebut dilelang di Amsterdam pada 1778 dan menjadi milik dari Ratu Rusia, Catherine Yang Agung," tulis rumah lelang Venduehuis.
Selama dimiliki Catherine, mutiara itu dipamerkan di St Petersburg hingga tahun 1796. Namun setelah kematian Catherine, keberadaan mutiara tidak diketahui hingga kembali muncul di Polandia.
Pada 1865, mutiara tersebut kembali menemukan pemilik, yakni seorang pandai besi di Belanda, dan tetap dalam kepemilikan keluarga tersebut selama empat generasi.
"Perkumpulan Mutiara Amsterdam kemudian membelinya pada 1979 dengan tujuan untuk meneliti dan mengetahui proses terbentuknya mutiara tersebut," tulis situs rumah lelang. *
Dilansir kompas dari AFP, Kamis (31/5), mutiara yang juga dikenal dengan nama Mutiara Singa Tidur, karena bentuknya yang unik, tersebut diperkirakan terbentuk pada abad ke-18 di perairan China. Bahkan banyak yang kemudian mengaitkannya dengan Sungai Zhujiang yang berarti Sungai Mutiara di China selatan sebagai tempat terbentuknya mutiara tersebut.
Para juru lelang mengatakan, mutiara tersebut memiliki berat sekitar 120 gram dengan ukuran diameter hampir tujuh sentimeter. Mutiara Singa Tidur ini dianggap sebagai salah satu dari tiga mutiara terbesar yang pernah ditemukan di dunia. Mutiara itu ditawarkan dalam pelelangan yang digelar rumah lelang Venduehuis, di Den Haag, Belanda.
Lelang mutiara tersebut dimenangkan seorang pedagang asal Jepang, yang tak diungkapkan namanya, dengan harga 320.000 euro. Namun ditafsir nilai mutiara tersebut dapat mencapai 340.000 hingga 540.000 euro (sekitar Rp 8,7 miliar).
Dipaparkan dalam situs rumah lelang, mutiara Singa Tidur pernah dibawa ke Batavia atau Jakarta pada 1765. Mutiara itu dibawa oleh pedagang Belanda dari perusahaan Hindia Timur. Di Batavia, mutiara itu dibeli oleh seorang akuntan bernama Hendrik Coenraad Sander.
"Setelah Sander meninggal dunia, mutiara tersebut dilelang di Amsterdam pada 1778 dan menjadi milik dari Ratu Rusia, Catherine Yang Agung," tulis rumah lelang Venduehuis.
Selama dimiliki Catherine, mutiara itu dipamerkan di St Petersburg hingga tahun 1796. Namun setelah kematian Catherine, keberadaan mutiara tidak diketahui hingga kembali muncul di Polandia.
Pada 1865, mutiara tersebut kembali menemukan pemilik, yakni seorang pandai besi di Belanda, dan tetap dalam kepemilikan keluarga tersebut selama empat generasi.
"Perkumpulan Mutiara Amsterdam kemudian membelinya pada 1979 dengan tujuan untuk meneliti dan mengetahui proses terbentuknya mutiara tersebut," tulis situs rumah lelang. *
Komentar