Konjen Australia Peduli Sampah Laut di Bali
Diawali Bersih-bersih di Pantai Biaung
DENPASAR, NusaBali
Kondisi sampah di laut Bali hingga kini masih menjadi masalah besar. Selain berdampak pada kesehatan lingkungan, perlahan bisa menjadi momok bagi kelangsungan pariwisata Bali yang sebagian juga menampilkan keindahan pantainya. Peduli dengan keadaan ini, Konsulat Jenderal (Konjen) Australia berinisiatif melakukan kegiatan bertajuk ‘Waste to Wealth’ yang diawali dengan Clean-Up atau bersih-bersih sampah di Pantai Biaung, Desa Kertalangu, Denpasar Timur, Sabtu (2/6).
Dalam kegiatan bersih-bersih sampah kemarin pagi, Konjen Australia di Bali bekerja sama dengan Trash Hero Kertalangu dan Eco-Bali Recycling. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 100 sukarelawan yang berpartisipasi dalam pembersihan, terdiri dari anggota masyarakat dan kepala Desa Kertalangu, beberapa LSM lingkungan dan komunitas seperti Trash Hero Saba, Tol Tol, Dolly Hardliner, KNSP, Bye Bye Plastic, dan Malu Dong. Sekitar 42 karung dengan total 350 kg sampah non-organik dikumpulkan. Selain itu, satu truk sampah organik juga terkumpul.
Konsul Jenderal Australia, Dr Helena Studdert mengatakan, pembersihan pantai ini adalah kegiatan pertama yang dilaksanakan dalam rangka inisiatif Waste to Wealth, program yang diselenggarakan selama seminggu oleh Konsulat Jenderal Australia untuk mempromosikan praktik pariwisata ramah lingkungan di Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Hari ini kami memulai inisiatif Waste to Wealth dengan membersihkan salah satu pantai di Bali. Kami percaya ada cara-cara kreatif dan inovatif untuk mengolah limbah menjadi barang yang bermanfaat. Inilah tema inisiatif Waste to Wealth,” ujarnya di sela pembersihan pantai.
Dia menjelaskan, kegiatan utama dari acara ini adalah seminar di Alila Seminyak di Bali pada 5 Juni 2018 yang bertepatan dengan Hari Lingkungan Dunia PBB, dan pada 7 Juni, dalam kemitraan dengan Universitas Mataram, Konsulat-Jenderal Australia akan menyelenggarakan seminar membahas solusi inovatif untuk tantangan pengelolaan limbah.
Kegiatan Waste to Wealth lainnya termasuk kompetisi poster untuk inisiatif pengelolaan limbah di tingkat masyarakat, sebuah lokakarya yang berfokus pada daur ulang plastik menjadi objek bernilai dan beberapa kegiatan di universitas di Bali.
Sementara seniman lingkungan hidup Australia, Dr John Dahlsen dan mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang bergabung dalam pembersihan pantai ini akan menggunakan limbah yang ditemukan di pantai-pantai di Bali untuk membuat instalasi seni selama lokakarya Waste to Wealth yang berjudul Waste as Art di ISI Denpasar pada Senin (4/6) besok.
Instalasi seni kolaboratif tersebut kemudian akan dipamerkan selama seminar Waste to Wealth pada tanggal 5 Juni di Alila Seminyak, di mana Dr Dahlsen akan menjadi pembicara tamu. Sedangkan sampah lainnya, menurut Putu Evie Hatch dari Komunitas Trash Hero Kertalangu, akan dikoordinasikan dengan bank sampah serta beberapa sampah organik akan dijadikan kompos.
Direktur Eco Bali, Ketut Mertaadi pun saat itu memberikan demonstrasi informatif tentang bagaimana memisahkan sampah yang dikumpulkan di pantai untuk memungkinkannya didaur ulang atau digunakan kembali. *ind
Kondisi sampah di laut Bali hingga kini masih menjadi masalah besar. Selain berdampak pada kesehatan lingkungan, perlahan bisa menjadi momok bagi kelangsungan pariwisata Bali yang sebagian juga menampilkan keindahan pantainya. Peduli dengan keadaan ini, Konsulat Jenderal (Konjen) Australia berinisiatif melakukan kegiatan bertajuk ‘Waste to Wealth’ yang diawali dengan Clean-Up atau bersih-bersih sampah di Pantai Biaung, Desa Kertalangu, Denpasar Timur, Sabtu (2/6).
Dalam kegiatan bersih-bersih sampah kemarin pagi, Konjen Australia di Bali bekerja sama dengan Trash Hero Kertalangu dan Eco-Bali Recycling. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 100 sukarelawan yang berpartisipasi dalam pembersihan, terdiri dari anggota masyarakat dan kepala Desa Kertalangu, beberapa LSM lingkungan dan komunitas seperti Trash Hero Saba, Tol Tol, Dolly Hardliner, KNSP, Bye Bye Plastic, dan Malu Dong. Sekitar 42 karung dengan total 350 kg sampah non-organik dikumpulkan. Selain itu, satu truk sampah organik juga terkumpul.
Konsul Jenderal Australia, Dr Helena Studdert mengatakan, pembersihan pantai ini adalah kegiatan pertama yang dilaksanakan dalam rangka inisiatif Waste to Wealth, program yang diselenggarakan selama seminggu oleh Konsulat Jenderal Australia untuk mempromosikan praktik pariwisata ramah lingkungan di Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Hari ini kami memulai inisiatif Waste to Wealth dengan membersihkan salah satu pantai di Bali. Kami percaya ada cara-cara kreatif dan inovatif untuk mengolah limbah menjadi barang yang bermanfaat. Inilah tema inisiatif Waste to Wealth,” ujarnya di sela pembersihan pantai.
Dia menjelaskan, kegiatan utama dari acara ini adalah seminar di Alila Seminyak di Bali pada 5 Juni 2018 yang bertepatan dengan Hari Lingkungan Dunia PBB, dan pada 7 Juni, dalam kemitraan dengan Universitas Mataram, Konsulat-Jenderal Australia akan menyelenggarakan seminar membahas solusi inovatif untuk tantangan pengelolaan limbah.
Kegiatan Waste to Wealth lainnya termasuk kompetisi poster untuk inisiatif pengelolaan limbah di tingkat masyarakat, sebuah lokakarya yang berfokus pada daur ulang plastik menjadi objek bernilai dan beberapa kegiatan di universitas di Bali.
Sementara seniman lingkungan hidup Australia, Dr John Dahlsen dan mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang bergabung dalam pembersihan pantai ini akan menggunakan limbah yang ditemukan di pantai-pantai di Bali untuk membuat instalasi seni selama lokakarya Waste to Wealth yang berjudul Waste as Art di ISI Denpasar pada Senin (4/6) besok.
Instalasi seni kolaboratif tersebut kemudian akan dipamerkan selama seminar Waste to Wealth pada tanggal 5 Juni di Alila Seminyak, di mana Dr Dahlsen akan menjadi pembicara tamu. Sedangkan sampah lainnya, menurut Putu Evie Hatch dari Komunitas Trash Hero Kertalangu, akan dikoordinasikan dengan bank sampah serta beberapa sampah organik akan dijadikan kompos.
Direktur Eco Bali, Ketut Mertaadi pun saat itu memberikan demonstrasi informatif tentang bagaimana memisahkan sampah yang dikumpulkan di pantai untuk memungkinkannya didaur ulang atau digunakan kembali. *ind
1
Komentar