nusabali

Seni Sakral Penjaga Kelestarian Alam

  • www.nusabali.com-seni-sakral-penjaga-kelestarian-alam

Tarian Rejang Kahyangan hanya mengunakan kostum seragam dari ibu-ibu krama ngarep. Para penari tidak mesti berhias secara khusus, apalagi sampai ke salon.

Tarian Rejang Kahyangan dan Baris Irengan


GIANYAR, NusaBali
Tarian Rejang Kahyangan dan Baris Irengan merupakan tarian sakral yang menjai tarian khas di Desa Pakraman Tengipis, Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, Gianyar. Tarian ini hanya ditarikan saat piodalan di Pura Batu Kapas, desa pakraman setempat, Buda Umanis Julungwangi. Namun tarian ini dipentas setiap tahun sekali.

Tahun 2018, piodalan di Pura Batu Kapas dilaksanakan pada Buda Umanis Julungwangi, Rabu (16/5). Pementasan Tarian Rejang Kahyangan dan Baris Irengan dipentaskan pada Sukra Pon Julungwangi, Jumat(18/5) malam. Rejang Kahyangan ditarikan oleh para ibu-ibu krama desa ngarep (warga desa pokok), 50 orang. Tari Baris Irengan ditarikan oleh krama ngarep laki-laki. Tarian Rejang Kahyangan hanya mengunakan kostum seragam dari ibu-ibu krama ngarep. Para penari tidak mesti berhias secara khusus, apalagi sampai ke salon.

Menurut para penari rejang itu, krama istri telah menerima keberadaan Rejang Kahyangan ini tanpa kostum khusus. ‘’Hanya saja, ibu-ibu sekarang menari dengan kostum seragam. Tanpa kostum seragam juga bisa, ya berpakaian apa adanya saat ke pura. Itu saja kami gunakan saat menari rejang ini ,” ujar Ni Made Ranis, salah seorang penari rejang, Jumat (18/5).

Sedangkan untuk penari Baris Irengan, sejak beberapa tahun lalu telah dibelikan kostum tari hingga seragam. Kostum yang dibelikan oleh pihak desa pakraman itu berupa saput poleng dan kamben hitam. Wajah penari dihias seadanya agar kelihatan lebih garang, layaknya penari baris. Dulu penari baris ini mengunakan kostum seadanya sata sembahyang ke pura. Hanya saja ditambah rias atau polesan wajah dan sumpang paku-paku (pakis) atau daun girang sebagai pelengkap di bagian telinga.

Sesuai tradisi yang diwarisi, krama ngarep lanang dan istri di Tengipis wajib menarikan tarian ini. Perkecualianya, khusus  krama yang menjabat sebagai prajuru desa. I Wayan Keplog, salah seorang krama desa ngarep lanang, mengatakan agar gerak tarian lebih kompak, biasanya beberapa hari sebelum piodalan dilaksanakan latihan. Demikian pula untuk krama istri yang ngayah menari rejang. Kata dia, gerakan tari baik baris dan rejang ini tak menjelimet seperti tarian di Bali umumnya. Namun selalu membutuhkan kekompakkan gerak.

Menurut Bendesa Desa Pakraman Tengipis I Made Sudarsana menjelaskan, keberadaan Tarian Rejang Kahyangan dan Baris Irengan merupakan salah satu warisan para tetua zaman dulu. Kata dia, tarian ini wajib dipersembahkan setiap piodalan di Pura Batu Kapas, Desa Pakraman Tengipis. ‘’Tarian ini tidak ditarikan saat piodalan di pura lain,’’ jelasnya.

Sebelum mementaskan tarian ini, terlebih dahulu Jero Mangku menghaturkan sesaji nasi gibungan di hulu lokasi menari. Setelah itu dipentaskan Tarian Rejang Kahyangan yang dilanjutkan dengan Baris Irengan. Ritual persembahan ini diakhiri dengan muspa/persembahyangan bersama.

Menurutnya, kelestarian tarian Rejang Kahyangan dan Baris Irengan ini karena wajib ditarikan  setiap piodalan di Pura Batu Kapas. krama selalu ingat gerak tari, jika menjelang piodalan pasti berlatih lagi untuk menari. Demikian berlangsung secara turun-menurun. Pihaknya tidak berani tidak mementaskan tarian ini karena takut akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan di desa.

Selama ini para prajuru belum pernah mendengar tarian ini tidak dipentaskan. Sehingga dampak dari tidak dipentaskannya tarian ini tidak ada yang tahu. Pura Batu Kapas merupakan sebuah pura tergolong pura swagina di Desa Pakraman Tengipis. Pura ini diemong oleh Desa Pakraman Tengipis dan Subak Tengipis. Pura ini dipercaya sebagai tempat memohon kesuburan dan keberhasilan tanaman pertanian. Pura ini berada dalam hutan sekitar tujuh hektare.

Menurut kisah secara turun temurun di Tengipis, tari Rejang Kahyangan dan Baris Irengan merupakan paket tarian khusus di Pura Batu Kapas. Tari Baris Irengan mengambarkan perburuan terhadap satwa irengan (kera hitam). Tarian ini juga terkait erat dengan keberadaan Pura Batu Kapas.

Dikisahkan zaman dulu ada paica (anugerah ) berupa tiga biji mirip biji kapas. Biji ini kemdiaan ditanam di lokasi Pura Batu Kapas sekarang.Saat itu, setiap petani menanam sesuatu pasti dirusak oleh hama kera terutama kera hitam di sekitar itu. Agar bisa tumbuh biji itu krama desa saat itu, memagari dengan bambu tipis dan menjaga kera hitam dengan menyamar berkostum mirif kera hitam. Dan sampai sekarang, lokasi itu bernama Pura Batu Kapas, dan  tarian perburuan itu disebut Baris Irengan dan Rejang Kahyangan. Maka warga menduga tarian ini hanya ada di Desa Pakraman Tengipis. Satu lagi kekhasan dalam piodalan di Pura Batu Kapas adalah harus mengunakan daging babi hitam mulus. *lsa 

Komentar